Perasaan sepi yang meluap
“Tuhan... rangkul aku sejenak, aku lelah
dengan semua ini, aku tau Kau menyanyangiku hingga Kau uji aku dengan berbagai
masalah yang tak kutemukan ujungnya. Mereka semua tak pernah menyanyangiku.
Mereka tak tau kalau aku benci dibentak, disindir, dan menyuruhku seenak nya
layaknya pembantu. Mengapa aku hanya dipojokkan seperti orang yang tak layak
bersama mereka? aku sudah terlalu jenuh menghadapi semua ini, izinkan aku menyusul
ibuku saja ya ? tak ada yang mengerti
perasaanku, disini, ditempat ini aku merasa kesepian. hanya ayahku yang membuat
aku bertahan. Kebahagianku adalah mempunyai seorang ayah yang mengajarkanku
bertahan hidup dilingkungan yang terus berulang-ulang mencaci makiku. Ya,
memang hanya ayahku tak ada yang lain. Namun, ayah tak punya banyak waktu untuk
menemaniku mencurahkan semua isi hatiku karena kesibukannya mencari sesuap nasi menghidupi
keluarga agar kami dapat bertahan hidup.”
Tak ada tempatnya untuk
melampiaskan cerita ini, ku raih buku kecil berwarna merah jambu bergambar tiga
princess seakan-akan tersenyum dan menyuruhku untuk tetap semangat menjalani
hidup ini. Ku buka perlahan buku diary kesayanganku. Mata ku terhenti melihat
tulisan “Kalau mau buka senyum dulu” ya, tulisan itu yang mengawali lembaran
pertama. Lalu, aku lerai lembaran-lembaran yang sudah terisi dengan berbagai
problema. ku ambil pena yang bertinta hitam yang berada diatas meja belajarku.
Kini, tinta hitam itu menari-nari diatas kertas yang aku nodai dengan kisah
kesedihan dan air mata. Mungkin, bagi orang lain bahagia itu adalah satu kata
yang selalu ada dalam hidup dan selalu menghiasi hari-harinya. Namun, tidak
untuk hidup ku, kebahagian adalah satu hal yang amat langka dalam hidupku.
Disini aku kesepian, Sejenak aku memandang sahabat yaitu diaryku, aku berharap
suatu hari nanti aku menemukan seseorang yang benar-benar mau merelakan telinganya
untuk ocehanku. Lalu, Ku tutup diaryku
sambil meletakkan pena diatasnya dan ku baringkan tubuhku diatas ranjang tidur
dan berusaha menutup kedua mataku. Fikiranku mulai melayang beberapa bulan lalu
saat aku frustasi menghadapi masalah-masalah yang menghiasi hidupku dan
mengenang apa yang terjadi dahulu dan tak akan ku biarkan kembali dihidupku
kedepan nanti.