Iklan yang disampaikan
oleh beberapa media elektronik (TV) Swasta tentang Siapakah Indonesia? Apakah
mereka yang terlahir sebagai suku Jawa, Dayak, Papua atau lebih dari 300 suku
lainnya, atau mereka yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu dan
Aliran kepercayaan lainnya. Selanjutnya lanjutan iklan tersebut dikatakan bukan
mereka Indonesia akan tetapi Indonesia mereka yang cinta dan peduli dengan
kesejahteraan dan kemakmuran Indonesia yang di ikuti dengan penampilan Ketua
Partai PERINDO di antara kerumunan orang-orang disekitarnya. Menurut saya
redaksi iklan tersebut telah terjadi pengkaburan terhadap siapa sebenarnya
Indonesia. Berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 2006 perubahan dari beberapa UU RI
tetnag kewarganegaraan tahun sebelumnya jelas bahwa masyarakat Indonesia adalah
mereka yang terlahir sebagai warga Negara Indonesia tentunya dari berbagai suku
di Indonesia baik Jawa, Dayak, Papua, termasuk Aceh, dan beragam suku lainnya dan
mereka yang memiliki agama sesuai dengan agama yang di akui Negara sesuai
dengan amanat UUD Tahun 1945 pasal 29 ayat 1. Adapun kepedulian dan cinta terhadap
Indonesia adalah kewajiban sebagai warga Negara karena yang namanya Indonesia
adalah wilayah yang tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sedangkan Bangsa Indonesia mereka dari beragam suku dan agama yang terikat
dengan hukum yang berlaku dan diakui oleh negara. Oleh karena itu kiranya
kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) baik di tingkat pusat maupun daerah
agar mengevaluasi serta menindaklanjuti iklan sebagaimana dimaksud, karena
kurang tepat untuk menjadi pembelajaran bagi publik tentang siapa yang
dikatakan sebagai Indonesia. Redaksi yang tepat menurut saya Siapakah
Indonesia? Jawabannya bahwa Indonesia adalah mereka lahir dari berbagai suku
dalam NKRI dan menganut agama sebagaimana agama dan kepercayaan yang diakui
Negara, wujudkan nasionalisme dengan cinta tanah air, peduli sesama untuk
kesejahteraan dan ayo kerja untuk kemakmuran bangsa. Sekali lagi kiranya iklan
yang sudah lama menjadi tontonan masyarakat se Indonesia itu dan tidak menjadi
tuntunan untuk generasi bangsa, perlu dikaji dan dipahami lebih lanjut, serta
kedepannya terhadap berbagai iklan untuk kepentingan politik selain sebagai
tontonan perlu dibarengi menjadi tuntunan untuk Negara dan Bangsa Indonesia yang
lebih baik. Amin…
Muhammad Yani, M. Ag
Guru PAI SMAN 1 Peukan Bada Aceh Besar