Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah, dan bertahan lama. Kekuatan yang memberikan energi dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Baron 1992). Keadaan
internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku.
Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam
psikologi.
Perspektif Behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau
negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan
insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan
pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan
menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk, 2000).
Perspektif Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib mereka dan peka terhadap orang lain.
Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar
tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih
tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow diberi
perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
Perspektif Kognitif
Pemikiran murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti
penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan
menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk,
2001). Jadi perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai
konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif
berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan.
Perspektif kognitif mengusulkan konsep menurut White (1959) tentang
motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi
lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses
informasi secara efisien.
Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan
hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid
tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman,
kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk
menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan
penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sifat akademik yang
positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar