Menjadi Pemimpin yang Baik (How Be The Best Performance)!
Tidak seorang pun bisa menjadi
pemimpin yang hebat bila segalanya dilakukan seorang diri, atau karena
ingin mendapat pujian, demikian yang dikatakan Andrew Carnegie. Pasti
sebagian besar dari kita sependapat dengan Carnegie bahwa kita
memerlukan orang lain untuk menjalankan tugas-tugas besar.
Dwight Eishenhower mengatakan bahwa pemimpin yang besar mampu memotivasi orang sehingga mereka mau melaksanakan apa yang diinginkan sang pemimpin karena mereka ingin melakukannya. Namun, masalahnya bagaimana kita bisa memotivasi orang lain sehingga mereka bersedia dengan senang hati melakukan apa yang kita arahkan untuk mereka perbuat. Inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam Tulisan berikut
MULAI DARI MOTIVASI DIRI
Jim Dorman dan John C Maxwell dalam buku mereka Strategi Menuju Sukses mengatakan bahwa sebelum kita memotivasi orang, selain perlu mengetahui tujuan yang ingin kita capai dengan benar, kita perlu juga memiliki motivasi tinggi
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tanpa memiliki sendiri motivasi yang
tinggi, akan sulit sekali bagi kita untuk memotivasi orang lain
melakukan hal yang sama. Berikut adalah cara untuk memotivasi diri sendiri.
melakukan hal yang sama. Berikut adalah cara untuk memotivasi diri sendiri.
“Cost-Benefit Analysis”. Sebelum kita memulai sesuatu, kenali benar keuntungan yang bisa kita peroleh bersama dengan orang-orang yang kita motivasi karena melakukan kegiatan tersebut, dan kerugian yang diderita jika
tidak melakukan hal ini. Keuntungan yang dianalisis di sini bukan yang menyangkut uang semata, melainkan juga yang menyangkut penghematan waktu, peningkatan reputasi, pembentukan kredibilitas, penciptaan peluang sukses
yang lebih besar, kesehatan, penghargaan, pengalaman, perbaikan, dan lain-lain. Kerugian juga tidak hanya dari segi materi, tetapi juga bisa dilihat dari segi kerugian waktu, kehilangan peluang untuk maju, pencorengan nama baik, sanksi moral di masyarakat, dan lain lain. Jika setelah keduanya dijumlahkan, ternyata keuntungannya lebih besar secara signifikan dari pada kerugiannya, pasti
kita akan sangat termotivasi untuk meraihnya. Kondisi ini akan membantu kita untuk lebih mudah memotivasi orang lain melakukan suatu tindakan.
tidak melakukan hal ini. Keuntungan yang dianalisis di sini bukan yang menyangkut uang semata, melainkan juga yang menyangkut penghematan waktu, peningkatan reputasi, pembentukan kredibilitas, penciptaan peluang sukses
yang lebih besar, kesehatan, penghargaan, pengalaman, perbaikan, dan lain-lain. Kerugian juga tidak hanya dari segi materi, tetapi juga bisa dilihat dari segi kerugian waktu, kehilangan peluang untuk maju, pencorengan nama baik, sanksi moral di masyarakat, dan lain lain. Jika setelah keduanya dijumlahkan, ternyata keuntungannya lebih besar secara signifikan dari pada kerugiannya, pasti
kita akan sangat termotivasi untuk meraihnya. Kondisi ini akan membantu kita untuk lebih mudah memotivasi orang lain melakukan suatu tindakan.
Misalnya: Pada waktu Indonesia berada di
titik pusar krisis ekonomi, banyak perusahaan terpaksa menerapkan
kebijakan penghematan biaya pada waktu krisis. Jika sang pemimpin
perusahaan bisa meyakinkan diri sendiri bahwa kebijakan ini bisa
memberikan keuntungan uang, peningkatan daya saing bagi perusahaan dan
karyawannya untuk kelanjutan hidup bersama (perusahaan dan karyawan),
maka akan lebih mudah bagi pemimpin tersebut untuk memotivasi diri
sendiri (setelah
itu, karyawannya), dibandingkan jika ia hanya mampu melihat cost-benefit ini dari satu sisi saja.
itu, karyawannya), dibandingkan jika ia hanya mampu melihat cost-benefit ini dari satu sisi saja.
“Sense of urgency”.
Ciptakan suatu rasa mendesak untuk melakukan tindakan nyata. Rasa
mendesak ini dapat mendorong kita untuk segera melakukan tindakan. Jika
kita tidak memiliki rasa mendesak untuk melakukan tindakan tersebut,
maka orang lain juga tidak akan termotivasi untuk memulai atau
menyelesaikannya dengan segera. Yang bisa kita lakukan untuk menciptakan
rasa terdesak adalah dengan menentukan target dan menerapkan kerangka
waktu bagi tindakan yang akan kita lakukan. Dengan demikian kita bisa
menyusun strategi untuk pelaksanaan tindakan tersebut dengan hasil
seoptimal mungkin.
Misalnya: Untuk tindakan penghematan
dalam contoh di atas, yang bisa kita lakukan, misalnya adalah menetapkan
target penghematan biaya 30% dalam waktu 3 bulan yang dilakukan secara
bertahap dengan rata-rata 10% per bulan. Dari penetapan target dan
jangka waktu ini, kita cenderung akan merasa “terdesak” untuk melakukan
suatu tindakan nyata segera, guna mewujudkan target tersebut dalam waktu
yang sudah ditetapkan.
Keyakinan. Orang lain
akan bersedia melakukan tindakan yang kita inginkan jika mereka melihat
bahwa kita memiliki keyakinan tinggi bahwa tindakan tersebut memang
bisa, pantas, dan menguntungkan untuk dilakukan. Tanpa memiliki
keyakinan kuat, akan sulit bagi kita menularkan keyakinan ini kepada
orang lain. Ada banyak cara untuk membangun keyakinan dalam diri
sendiri. Cara pertama adalah dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kuat yang menyangkut pelaksanaan tindakan ini. Jika kita belum memilikinya, kita perlu melengkapi diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, misalnya melalui training, konsultasi dengan para ahli di bidangnya, ataupun membaca dan berdiskusi dengan orang-orang yang telah berpengalaman melakukan tindakan tersebut. Cara berikutnya adalah menyusun rencana yang rinci mengenai pelaksanaan tindakan tersebut berikut orang-orang yang terlibat, target, jangka waktu penyelesaian, dan standar prosedur operasional yang jelas.
sendiri. Cara pertama adalah dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kuat yang menyangkut pelaksanaan tindakan ini. Jika kita belum memilikinya, kita perlu melengkapi diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, misalnya melalui training, konsultasi dengan para ahli di bidangnya, ataupun membaca dan berdiskusi dengan orang-orang yang telah berpengalaman melakukan tindakan tersebut. Cara berikutnya adalah menyusun rencana yang rinci mengenai pelaksanaan tindakan tersebut berikut orang-orang yang terlibat, target, jangka waktu penyelesaian, dan standar prosedur operasional yang jelas.
Misalnya: Untuk kasus penghematan yang
sedang kita bahas ini, sang pemimpin perusahaan bisa membaca buku-buku
mengenai pemangkasan biaya dan strategi yang bisa diterapkan, berdiskusi
dengan pengusaha-pengusaha lain (di dalam maupun di luar negeri) dan
menimba pelajaran dari apa yang telah mereka lakukan. Bertanya pada para
ahli mengenai strategi mengurangi biaya
produksi. Setelah itu, ia bisa menyusun rencana berdasarkan prioritas, target, prosedur dan jangka waktu pelaksanaan yang jelas.
produksi. Setelah itu, ia bisa menyusun rencana berdasarkan prioritas, target, prosedur dan jangka waktu pelaksanaan yang jelas.
MODAL DASAR “4 k”
Jika kita telah mampu memotivasi diri
sendiri untuk melakukan suatu tindakan, barulah kita siap untuk mulai
memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan yang kita inginkan.
Kebutuhan. Orang akan
terdorong untuk melakukan suatu tindakan karena adanya kebutuhan. Bahkan
“kebutuhan” dianggap oleh Abraham Maslow, pakar motivasi, sebagai
motivator yang paling kuat. Menurut Maslow, orang-orang memiliki jenis
dan tingkat motivasi yang berbeda dalam melakukan suatu tindakan.
Beberapa motivasi yang dikemukakan Maslow adalah motivasi untuk memenuhi
kebutuhan fisik (makan, minum, sandang, perumahan), kebutuhan akan rasa
aman (perlindungan dari bahaya), kebutuhan sosial (sosialisasi, diakui
dalam masyarakat), kebutuhan akan pengakuan (penghargaan, status), dan
kebutuhan untuk mendapat kesempatan mengaktualisasi diri (pengembangan
diri). Yang perlu kita lakukan adalah mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan tersebut dan mencari persamaan antara kebutuhan
kita ataupun perusahaan dengan kebutuhan orang-orang yang akan kita
motivasi. Persamaan kebutuhan ini akan menjadi alat pemersatu yang
memiliki daya dorong luar biasa untuk mencapai hasil nyata.
Misalnya: Pimpinan perusahan bisa
mengatakan bahwa tindakan penghematan memang diperlukan agar operasional
perusahaan bisa dipertahankan. Jika perusahaan bisa tetap beroperasi,
maka karyawanpun bisa tenang bekerja dan mendapat gaji. Jika target
penghematan tercapai, perusahaan bisa menjadi gesit untuk bersaing di
pasar, sehingga akan lebih mudah meraih peluang-peluang yang ada.
Hasilnya, produktivitas meningkat, pemasukan bertambah, dan perusahaan
bisa memberikan bonus bagi prestasi yang dapat diraih bersama, dan
penghargaan bagi karyawan yang bisa memberikan kontribusi terbesar dalam
pelaksanaan tindakan tersebut. Jadi sang pemimpin perusahaan bisa
menunjukan bahwa dengan melakukan tindakan penghematan, banyak kebutuhan
karyawan yang bisa terpenuhi (kebutuhan akan perkerjaan, keamanan,
kelangsungan pekerjaan, kebutuhan bekerja dalam satu tim yang kompak,
dan peluang untuk mendapat penghargaan karena berprestasi).
Kompetensi. Para ahli
berpendapat bahwa setiap pada dasarnya ingin dihargai. Setiap orang
senang mendapat pujian yang tulus. Setiap orang juga rindu diakui orang
lain karena kemampuan, prestasi yang diraihnya. Charles Schwab juga
mengatakan bahwa orang lain akan melakukan pekerjaannya dengan kualitas
lebih baik atas dasar dorongan sebuah pujian dibandingkan dengan
ancaman. Dornan dan Maxwell juga menegaskan bahwa setiap orang senang
untuk menjadi seorang ahli. Jika seorang pemimpin memotivasi pengikutnya
dengan menggunakan pendekatan kompetensi ini, maka pemimpin tersebut
mengangkat harga diri para pengikut, sehingga akan lebih mudah bagi si
pemimpin untuk memotivasi bawahan untuk bekerja sama meraih sukses.
Misalnya: Untuk memotivasi orang untuk
melakukan penghematan di bidang masing- masing, sang pemimpin bisa
berkata, misalnya: “Anda memiliki kemampuan dan pengalaman yang di
bidang pekerjaan Anda masing-masing. Dengan itulah Anda pertama-tama
diterima bekerja di sini. Saya yakin, dengan kedua modal penting ini,
Anda akan mampu melihat celah peluang yang bisa diraih untuk melakukan
penghematan di bidang kerja Anda masing-masing.”
Keakraban. Jika kita
perhatikan, orang-orang dekat dengan kita mempunyai kemampuan yang besar
untuk mendorong kita agar rela bersedia melakukan banyak hal untuk
mereka, tanpa pamrih dan tanpa diperintah sekalipun. Mengapa hal ini
bisa terjadi? Alasannya adalah karena kita akrab dengan mereka,
mengasihi mereka, dan menganggap mereka sebagai bagian yang penting
dalam hidup kita, sehingga kita senantiasa ingin membuat mereka merasa
aman, dan merasa bahagia. Demikian pula dengan orang-orang
yang akan kita motivasi. Dengan mereka kita perlu menjalin “keakraban” sehingga bisa saling menghormati, menghargai, mengasihi dan saling menganggap penting. Keakraban ini perlu dibina dan dipupuk setiap saat agar tidak layu dan mati.
yang akan kita motivasi. Dengan mereka kita perlu menjalin “keakraban” sehingga bisa saling menghormati, menghargai, mengasihi dan saling menganggap penting. Keakraban ini perlu dibina dan dipupuk setiap saat agar tidak layu dan mati.
Misalnya: Untuk menjalin keakraban
dengan para pengikut, seorang pemimpin perlu mengenal para pengikutnya
dengan baik, sering berinteraksi dengan mereka, bersedia mendengar
keluhan mereka dan bersama mereka mencoba mencari jalan keluar dari
masalah-masalah yang dihadapi. Pemimpin juga perlu memberikan kesempatan
bagi orang lain untuk menyatakan pendapat mereka, ia juga perlu
menghargai pendapat mereka, dan membantu mereka menciptakan peluang
sukses. Setiap tindakan yang diambil seorang pemimpin harus
memperhatikan dampaknya bukan semata-mata pada untuk dirinya sendiri,
tetapi juga pada orang-orang yang ingin dimotivasi, sehingga mereka
merasa diperhatikan, diperjuangkan, dan dihargai.
Komunikasi. Orang akan
bersedia melakukan suatu tindakan, jika mereka juga tahu dengan jelas
tindakan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukanya, apa yang harus
dilakukan jika menghadapi masalah. Semua ini perlu dikomunikasikan
seorang pemimpin pada para pengikutnya. Tanpa komunikasi yang lancar,
tindakan akan sulit dilaksanakan. Kalaupun bisa dilaksanakan,
kemungkinan akan terjadi masalah dalam pelaksanaan menjadi besar. Tanpa
komunikasi yang lancar, konflik cenderung akan terjadi. Jadi seorang
pemimpin perlu mengkomunikasikan dengan jelas, dalam “bahasa” yang
dimengerti oleh orang yang akan dimotivasi. Efektifitas komunikasi akan
lebih meningkat jika disertai contoh yang jelas.
Misalnya: Dalam memberi motivasi, perlu
dijelaskan tujuannya, target yang ditentukan, prioritas kegiatan yang
harus diselesaikan, prosedur pelaksanaan, orang-orang yang perlu
dihubungi, risiko yang dihadapi, peluang yang menanti. Semua ini perlu
dikomunikasi secara bertahap sesuai dengan kapasitas serap para
pengikut, agar tidak terjadi “information overload.” Komunikasi yang
jelas juga mencakup pemberian kesempatan pada anak buah untuk bertanya.
Selain itu, pemimpin juga harus bersedia mendengarkan masalah,
kebingungan yang dihadapi anak buah. Mengkomunikasi dengan jelas apa
yang ada dibenaknya merupakan keterampilan yang perlu diasah seorang
pemimpin.Agar kita bisa menguasai seni memotivasi orang lain, yang perlu
kita lakukan terlebih dahulu adalah memotivasi diri sendiri. Setelah
itu, barulah kita bisa memotivasi orang lain dengan mengidentifikasikan
kebutuhan mereka, kemampuan mereka, menjalin keakraban dengan mereka, dan membina komunikasi yang jelas dan lancar. Dengan semua inilah kita bisa memotivasi orang lain sehingga mereka tidak merasa terpaksa melainkan dengan senang hati melakukan pekerjaan yang kita berikan.
kebutuhan mereka, kemampuan mereka, menjalin keakraban dengan mereka, dan membina komunikasi yang jelas dan lancar. Dengan semua inilah kita bisa memotivasi orang lain sehingga mereka tidak merasa terpaksa melainkan dengan senang hati melakukan pekerjaan yang kita berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar