PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Kamis, 12 Mei 2011

ICT

PERANCANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (STUDI KASUS MATA KULIAH PENGANTAR TEORI GRAPH)
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, Menurut statistik yang dikeluarkan oleh www.internetworldstats.com per 30 Juni 2008, dari sekitar 6.5 milyar populasi dunia hampir 1.5 milyar merupakan pengguna internet, yang berarti sekitar 20% penduduk dunia telah memiliki akses ke internet, dengan porsi pengguna terbanyak di Asia berkisar 40 % dari seluruh pengguna internet dunia. TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, stidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur. Penelitian pengembangan ini mencoba melihat efektifitas dan efisiensi pembelajaran dengan mengngunakan media video berbasis web untuk mata kuliah pengantar teori grah. Situs dengan alamat http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/ telah diimplementasikan terhadap kurang lebih 50 mahasiswa. Sembilan puluh enam persen menyatakan program ini sangat menarik dan sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu 90 % menyatakan program ini dapat mengatasi kebosanan terhadap perkuliahan di kelas dalam bentuk metode ceramah Kata kunci : perancangan media video 1. Pendahuluan “ suka atau tidak suka , mau atau tidak mau, siap atau tidak siap, kita tetap harus menghadapi globalisasi “. Itulah sepenggal pernyataan yang sering kita dengar terkait dengan isu globalisasi. Pernyataan tersebut menggugah kita bersama bahwa globalisasi sudah menjadi keniscayaan saat ini. Keniscayaan yang di dorong dan difasilitasi oleh perkembangan teknoilogi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat cepat. TIk merupakan rangkain kegiatan yang difasilitasi peraltan elektronik yang mencakup pengolahan , transmisi, dan penyajian informasi . TIK merupakan konvergensi dari tiga wilayaj yaitu teknologi informasi, data dan informasi, serta masalah – masalah sosialekonominya. Bagaimana tingkat penetrasi atau adopsi TIK di Indonesia untuk tahun 2006, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Indikator Indonesia Rata – rata Asia Rata – rata dunia Total Telpon per 100 penduduk 34,87 44,92 60,04 Cellular Mobile per 100 penduduk 28,30 29,28 40,91 Main Telepon per 100 penduduk 6,57 15,81 19,39 Internet User per 100 penduduk 7,81 11,57 17,39 Broadband Subscriber per 100 penduduk 0,05 2,71 4,30 Sumber : Ineternational Communiacation Union (2007) Statistic tersebut di atas menunjukan bahwa untuk semua indicator TIK di atas, Indonesia masih di bawah rata – rata Asia dan Dunia. Secara rata – rata , PC per 100 penduduk dan pengguna internet per 10000 penduduk Indonesia lebih tinggi dibandingkan India, namu lebih rebndah dari china, rata – rata Asia, dan rata – rata Dunia. Jika dibandingkan dengan dua Negara ASEAN yaitu Malaysia dan Singapura, Indonesia relative tertinggal cukup jauh dilihat dari penguna internet per 100 penduduk. Pada tahun 2006, berturut – turut data untuk Malaysia, Singapura dan Indonesia adalah 43,77; 39,21 dan 7,18 (ITU,2006). Tinsiri member perumpamaan yang sangat baik dalam menghadapi perkembangan TIK. Ia mengatakan , apabila TIK tersebut di ibaratkan arus badai, maka setidak – tidaknya ada tiga kemungkinan sikap kita menghadapinya, yaitu mencoba bertahan melawan arus, hanyut terbawa arus atau memamfaatkan arus. Dalam perumpamaan ini, sikap yang tepat adalah yang terakhir, memamfaatkan arus sebagai sumber energy. Demikan pula dalam dunia pendidikan. Arus TIK telah masuk ke dalam dunia pendidikan . Hadirnya TIK disekolah , di ruang kelas, di rumah, bahkan dikamar tidur siswa, tidak lagi dapat di bending. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita memilih ataupun tidak , era TIK telah hadir. TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimamfaatkan dalam dunia pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, setidak – tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, system administrasi , pendukung keputusan, sebagai infrastruktur. 2. Tinjauan Pustaka Pembelajaran dewasa ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan yang pertama datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajr itu sendiri dan tantangan kedua datangnya dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Kontruksivisme pada dasarnya telah menjawab tantangan yang pertama dengan meredefinisi belajr sebagai proses kontruktif dimana informasi diubah menjadi pengetahuan melalui proses interpretasi, korespondensi, representasi, dan elaborasi. Sementara itu, kamajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan – kemudahan baru dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi selfguided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut juga memainkan peran penting dalam pemperbaharui konsepsi pembelajaran yang semula focus pada pembelajaran sebagai semata – mata suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi social budaya yang kaya akan pengetahuan. Pemamfaatan teknologi informasi dan kominakasi (TIK/ICT) dalam pembelajaran saat ini terus berkembang. Bahan belajar merupakan elemen penting dalam pememfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis web menjadi sanagt penting. Bahan ajar adalah segala bentuk conten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya , bahyan ajar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja di rancang untuk belajar dan bahan yang tidak di rancang namun dapat dimamfaatkan untuk belajar. Banyak bahan yang tidak dirancang untuk belajar, namun dapat digunakan untuk belajar, misalnya kliping Koran, film, sinetron, iklan, berita, dll. Karena sifatnya yang tidak di rancang , maka pemamfaatan bahan ajar seperti ini perlu diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bahan belajar yang di rancang adalah bahan yang denga senagaja di siapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsinya , bsahan ajar yang di rancang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yakni bahan prentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Sedangkan ditinjau dari media , bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan ajar cetak, audio, televisi, multimedia, dan web. Media Video Pembelajaran Media videodisk atau VCD adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan bersamaan dengan monitor televisi. Menurut Salomon kekuatan penyajian materi melalui televisi dapat dilihat dari segi "filmis", yaitu bagaimana gambar-gambar disajikan sehingga memiliki pesan yang utuh. Ia mengatakan ada tiga macam bentuk penyajian, yaitu: (1). Secara harfiah, (2). Menggunakan sistem lambang, dan (3). Menggunakan perlambang kompleks. Berikut ini penjelasan masing-masing bentuk penyajian: (a). Penyajian secara harfia, yaitu penyajian gambar secara realistis. Atau dengan kata lain gambar yang diliput kamera disajikan secara utuh tanpa adanya proses manipulasi di dalamnya sehingga pesan yang disampaikan mewakili kejadian yang sesungguhnya. (b). Penyajian menggunakan sistem lambang, yaitu penyajian yang bersifat representative yang menembus keterbatasan ruang dan waktu, memperbesar dan memperkecil objek, penguluran waktu (slow motion), penyingkatan waktu (cutting) dan sebagainya serta adanya contoh-contoh yang bersifat representatif. (c). Penyajian menggunakan perlambang kompleks, adalah kombinasi dari kedua penyajian di atas dengan sangat memperhatikan permainan warna, musik, bunyi-bunyian, ekspresi wajah, "acting" dan sebagainya. Penyajian bentuk ketiga ini disebut juga penyajian secara “filmis”, yaitu suatu bentuk penyajian yang memperhatikan unsur-unsur film dan pemainnya. Penyajian program-program pembelajaran Graf yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk penyajian ketiga. Melalui bentuk penyajian tersebut, peristiwa-peristiwa Graf dapat dihadirkan ke dalam kelas, konsep-konsep Graf yang bersifat abstrak dapat diaktualisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan motivasi yang lebih besar bagi siswa untuk mempelajari Graf. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan Bates tentang beberapa pertimbangan penggunaan media televisi dalam pembelajaran, yaitu: kemampuannya menembus ruang dan waktu, kemampuannya menghadirkan contoh-contoh konkrit ke dalam kelas, kemampuannya mengatasi keterbatasan pengamatan, dan kemampuan memotivasi penonton. (a). Kemampuan menembus ruang, yaitu kemampuan media televisi hadir ke tempat-tempat tertentu yang sulit atau tidak mungkin dijangkau siswa. Sedangkan kemampuan menembus waktu adalah kemampuan media televisi untuk menghadirkan peristiwa-peristiwa masa lalu dan peristiwa masa kini. (b). Kemampuan menghadirkan contoh-contoh konkrit, merupakan kemampuan media televisi memberikan gambaran nyata tentang peristiwa atau kejadian tertentu. Melalui kemampuan kedua ini siswa dapat melihat bagaimana Graf diterapkan dalam berbagai keperluan manusia. (c). Kemampuan mengatasi keterbatasan pengamatan, merupakan kemampuan media televisi untuk menampilkan hal-hal yang tidak terlihat oleh mata telanjang, seperti benda-benda yang terlalu kecil, gerak yang terlalu cepat, proses pertumbuhan yang sangat lambat dan sebagainya. (d). Kemampuan memotivasi penontonnya, merupakan suatu kemampuan media televisi untuk menarik perhatian penonton yang mungkin jarang ditemui pada media lain. Kekuatan warna, gambar, suara dan gerak adalah sesuatu yang tak dapat diingkari sebagai unsur yang dapat mempengaruhi emosi penonton. Sekurang – kurangnya ada empat ciri bahan ajar yang sengaja dirancang, yakni adanya tujuan yang jelas, ada sajian materi , ada petunjuk belajar, dan ada evaluasi keberhasilan belajar. Tahapan Perancangan media video berbasis web adalah sebagai berikut Perancangan media video berbasis web Tahap pemrograman Tahap Perancangan 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Universitas Gunadarma. Penulis dalam melakukan penelitian ini memfokuskan pada pemanfaatan media video berbasis web. Alat utama untuk pengukuran pemanfaatan pengembangan media pembelajaran berbasis web dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang telah diisi oleh mahasiswa kemudian ditetapkan melalui sebuah nilai (skor). Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) model pembelajaran, khususnya berupa produk pembelajaran melalui media pembelajaran berbasis web untuk mata kuliah graf, Dimensi kajian pengembangan dalam penelitian ini mengacu pada model Gephart, seperti dikutip Miarso (2003) berikut ini : 1. Tujuan pengkajian : mengejakan, menciptakan dan mencari solusi baru berkaitan dengan media video berbasis eweb bagi mahasiswa Universitas Gunadarma, 2. Hasil pengkajian merupakan sesuatu yang dapat diterapkan, tidak hanya berupa model konseptual dan prosedural, tetapi juga dalam bentuk model fiskal, 3. Nilai yang ingin dicapai adalah sesuai dengan kemajuan teknologi pembelajaran dewasa ini, yakni berupa media pembelajaran berbasis web, 4. Dorongan melakukan pengkajian adalah upaya inovasi, 5. Kriteria keberhasilan menggunakan standar kinerja mencakup : efektifitas, efisiensi, dan daya tarik 6. Landasan konseptual adalah operasional media pembelajaran mata kuliah graf 7. Paradigma yang menjadi acuan adalah pendekatan efektifitas dan relevansi, 8. Proses pelaksanaan pengkajian sebagai berikut : a. identifikasi situasi, b. deskripsi alternatif, c. rumusan pemecahan, dan disain pengujian Penelitian & pengembangan (Research and Development) ini terdiri dari tiga tahap, di mana langkah-langkah penelitian mengacu pada R&D Cycle Borg dan Gall (1983), dengan uraian penjelasan yang telah dimodifikasi dan diselaraskan dengan tujuan dan kondisi penelitian yang sebenarnya, seperti yang digambarkan secara ringkas pada tabel 1 Tabel .1 Tahapan Pengembangan Model Tahap Langkah Aktivitas Pra Pengembangan Model 1 Penelitian dan pengumpulan data awal Penelitian pendahuluan Penyusunan hasil penelitian pendahuluan - Analisa kebutuhan Pengembangan Model 2 3 Pembuatan Web-Based Evaluasi Formatif, mengacu pada : Hannafin & Peck (1988) Uji Coba Awal Kajian ahli dengan ahli materi, ahli media, dan ahli teknologi informasi dan komunikasi Perbaikan Penerapan Model 5 6 Uji Coba Lapangan Uji coba pada 50 responden mahasiswa Universitas Gunadarma. Perbaikan Operasional Penyempurnaan video berbasis web 4. Hasil Penelitian Peserta uji coba terdiri dari 50 mahasiswa dengan responden mahasiswa yang pernah mengikuti perkuliahan Penganatar teori graf. Proses pelaksanaan ujicoba di lakukan di sekitar kampus gunadarma dengan pertimbangan di sekitar kampus memiliki lebar jalur data yang besar sehigga ketika membuka url http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/ dapat berjalan dengan lancar Instrumen lembar kuesioner yang digunakan untuk mengukur efektivitas, efisiensi dan daya tarik produk mengacu pada indikator-indikator yang dikembangkan oleh Hannafin dan Peck dan kusnandar yang dimodifikasi sedemikian rupa, disesuaikan dengan tujuan penelitian Katagori dimensi penelitian ini meliputi kualitas situs wweb, kualitas tampilan dam kualitas penyajian materi Histogram Penilaian Kualitas Situs Web Tabel 5.1 Skor penilaian mahasiswa terhadap kualitas situs Web NO. pertanyaan rata-rata skor skor median 1 Penamaan website mudah diingat 2.90 2.00 2 Pengaksesan website mudah 2.78 2.00 3 Penggunaan logo pada website 2.88 2.00 4 Penyajian teks dapat dibaca dan mudah dipahami 3.04 2.00 5 Penggunaan jenis dan ukuran huruf 2.72 2.00 6 Warna teks dengan latar belakang kontras 2.76 2.00 7 Fitur website ini dapat berfungsi dengan baik menggunakan browser Internet Explorer 3.08 2.00 8 Fitur website ini dapat berfungsi dengan baik menggunakan browser open source / Mozilla Firefox? 3.18 2.00 9 Kejelasan link dalam website ini 3.00 2.00 10 Pennyajian informasi pada website 2.94 2.00 2.93 2.00 Hasil evaluasi dari dimensi kualitas web mencerminkan penilaian kualitas situs web. Tabel diatas memperlihatkan bahwa hasil rata-rata skor aspek kualitas situs web 2,93 diatas atau disebelah kanan nilai media skala likert. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil evaluasi terhadap kualitas situs web menarik Uji coba terhadap program ini dilakukan terhadap 50 mahasiswa Universitas Gunadarma. Berdasarkan respon yang diberikan mereka, diperoleh rata – rata skor aspek kualitas tampilan sebesar 2.8 (tabel 1). Nilai ini berada diatas atau disebelah kanan nilai median skala linkert. Secara umum dapat dikatakan bahwa aspek kualitas tampilan ini bagus. Kejelasan petunjuk program dan kejelasan suara atau narasi dinilai paling baik diantara aspek lain. Tabel 1. Skor penilaian Mahasiswa terhadap Kualitas Tampilan No. PERNYATAAN Skor rata – rata Skor median skala likert 1. Kejelasan petunjuk penggunaan program 3.0 2.5 2. Keterbatasan teks atau tulisan 2.9 2.5 3. Kualitas tampilan gambar 2.7 2.5 4. Sajian animasi 2.6 2.5 5. Komposisi warna 2.8 2.5 6. Kejelasan suara atau narasi 3.1 2.5 7. Daya dukung music 2.5 2.5 Rata – rata skor 2.8 2.5 5. Pembahasan Di Universitas Gunadarma, sebagian besar metode pengajaran yang dilakukan oleh dosen hanya berupa kuliah mimbar yaitu dosen hanya menjelaskan materi-materi diajarkan melalui ceramah didepan kelas. Hal ini menyebabkan metode belajar mahasiswa menjadi terbatas yaitu mahasiswa hanya duduk, diam, baca dan mendengar. Selain itu, media pembelajaran yang digunakan oleh dosen hanya berupa media transparansi yang ditampilkan dengan menggunakan Proyektor Transparansi (OHP) dan media cetak seperti buku dan fotocopy materi. Untuk sebagian mata kuliah terdapat materi-materi yang seharusnya dijelaskan dengan menggunakan gambar bergerak atau animasi. Dengan terbatasnya media pembelajaran, mahasiswa hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk atau visualisasi dari materi tersebut secara abstrak. graf merupakan mata kuliah yang sebagian besar materi-materinya bersifat abstrak sehingga memerlukan penjelasan yang konkrit agar dapat dimengerti oleh mahasiswa. berisi . jika teks-teks tersebut ditampilkan dalam bentuk visual, animasi, atau video. Mahasiswa dapat dengan mudah memahami maksud dari materi tersebut karena proses penyampaiannya lebih menarik dan tidak membosankan. Video berbasis web merupakan salah satu media pembelajaran yang menggunakan media komputer sebagai alat penyaji informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya dan dapat diakses oleh setiap orang dimanapun dan kapanpun dengan menggunakan saluran internet. Dalam media pembelajaran berbasis web, format penyajian pesan dan informasi dapat berupa tayangan statis maupun dinamis yang disertai animasi, audio, atau video. 6. Simpulan Media pembelajaran berbasis web atau biasa disebut Web based Learning merupakan sesuatu media pembelajaran yang memanfaatkan komputer yang terkoneksi dengan internet sebagai alat bantu/perangkat yang menyajikan informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya berupa tutorial, drill and practice (latihan), simulasi, atau permainan instruksional yang disajikan dalam sebuah website. Dengan kata lain media pembelajaran berbasis web merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan berbantuan komputer atau CAI yang disajikan dalam bentuk situs internet (website). Mengacu pada penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, maka selanjutnya diputuskan untuk mengembangkan model pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia berbasis web yang mengahasilkan media pembelajaran bebentuk on line yang dapat dibuka melalui jaringan internet dengan alamat url http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/ Hasil ujicoba efektivitas, efisiensi dan daya tarik produk pada 50 responden memperlihatkan bahwa . Hasil evaluasi dari dimensi kualitas web mencerminkan penilaian kualitas situs wweb. Hasil rata-rata skor aspek kualitas situs web 2,93 diatas atau disebelah kanan nilai media skala likert. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil evaluasi terhadap kualitas situs web menarik Hasil ujicoba dari dimensi kualitas tampilan mencerminkan penilaian daya tarik model pembelajaran bahasa Indonesia berbasis WEB dari para responden. hasil skor rata-rata aspek kualitas tampilan sebesar 2,82 7. Daftar Pustaka : ( 1) Depdiknas, Blue Print ICT untuk Pendidikan, Jakarta, 2004 (2) Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif, Jakarta, 2007 (3) Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan Ajar, Jakarta, 2006 (4) Moore, peter, environment of e-learning, UNESCO, 2003 (5) Siribodhi, Tinsiri, ICT Tools For Learning Materials Development, UNESCO, Bangkok, 2000 (6) Salomon. Interaction Of Media, Cognition, and Learning. San Fransisco, CA : Jossey-bass. 1977.Simonson Dan Thomson. Education Computing Foundation Columbus : Merril, 1994

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ