Kompetensi Dasar
Peserta Pelatihan mampu memahami pengertian tulisan ilmiah, mengenal
prinsip dasar, karakteristik karya ilmiah, desain dan prosedur, serta mampu
melakukan karya tulis ilmiah.
A. Pendahuluan
Benarkah guru
tidak mampu menulis atau tidak terbiasa menulis ? Jawabannya pasti bermacam
ragam. Namun dalam realitasnya, memang sangat sedikit guru yang menulis.
Jangankan untuk menulis di media massa, jurnal atau yang lainnya, untuk membuat
karya tulis yang diajukan dalam pengurusan kenaikan pangkat saja, banyak yang
tidak bisa. Padahal, guru harus membuat karya tulis kalau mau cepat naik
pangkat. Ketidak mampuan ini telah melahirkan sebuah kebohongan baru di dalam
diri sebagian guru yang ingin cepat naik pangkat. Caranya banyak, bisa dengan
meminta tanaga orang lain, dengan cara membayar dan bahkan bahkan dengan
melakukan tindakan pemalsuan. Ini sebuah tindakan memalukan dan merendahkan
kredibilitas guru. Padahal, kalau bisa menulis karya tulis sendiri, aktivitas ini
adalah sebuah upaya pengembangan diri guru dalam mengekspresikan diri. Namun
sekali lagi, budaya menulis di kalangan guru itu sangat rendah. Idealnya,
seorang guru harus mau dan pintar menulis. Mengapa demikian ?
Dilihat
dari perspektif guru sebagai subjek, sebagai praktisi pendidikan para guru
memiliki potensi menulis yang sangat besar. Ya, guru sebenarnya memiliki
segudang bahan berupa pengalaman pribadi tentang system dan model pembelajaran
yang dijalankan. Guru bisa menulis tentang indahnya menjadi guru, atau bisa
juga menuliskan soal duka cita menjadi guru. Bisa pula memaparkan tentang
sisi-sisi kehidupan guru dan sebagainya. Di pihak lain, sebagai objek, selama
ini banyak orang menjadikan guru sebagai bahan perbincangan, sebagai bahan
tulisan. Berbagai sorotan dan kritik dilemparkan orang dalam tulisan mengenai
profesi guru yang semakin marginal ini. Berbagai keprihatinan terhadap profesi
guru yang semakin langka ini, menjadi sejuta bahan untuk ditulis. Sayangnya,
tulisan-tulisan mengenai guru, kebanyakan tidak ditulis oleh para guru.
Padahal, kalau semua ini ditulis oleh guru, maka penulisan sang guru itu akan
menjadi sebuah proses pembelajaran bagi semua orang.
Betapa
banyak hikmah dan keuntungan yang dapat dipetik guru, kalau mereka mau menulis.
Keuntungan-keuntungan itu antara lain: *Pertama*, kegiatan menulis adalah
sebuah aktivitas yang dapat memberikan motivasi tinggi kepada guru. Ketika
tulisan–tulisan (karya tulis) dipublikasikan di media, kita biasanya sangat
senang (fun) serta terdorong untuk menulis lagi. Kita juga merasa bangga
(pride) dengan pemuatan itu. Ini sering menjadi motivasi. Nah, bila guru banyak
menulis, maka sang guru akan sangat termotivasi bahwakan mendapat nilai tambah
(added value) karena bisa digolongkan ke dalam kelompok intelektual. Ini
salah satu nilai positifnya. *Kedua,*kegiatan menulis bisa membuat guru menjadi
manusia pembelajar (istilah yang dipakai penulis Harefa). Karena kalau guru mau
atau akan menulis, ia pasti harus melakukan aktivitas membaca. Membaca dalam arti
ril seperti membaca berbagai referensi atau literature dan juga membaca
realitas social. Pada proses ini sang guru yang suka menulis akan terbiasa
dengan aktivitas belajar mengidentifikasi masalah, belajar menganalisisnya
serta mengasah kemampuan mencari solusi. Pembelajaran yang demikian bisa
membuat guru menjadi sosok pendidik yang kritis. Kalau ini dilakukan, kesan
guru malas belajar akan pupus. *Ketiga*, percaya atau tidak, menulis bisa
memberikan keuntungan popularitas. Para penulis yang sering menulis di media
massa, biasanya akan dikenal oleh banyak orang. Apalagi kalau ia mampu
menyajikan hal-hal yang menarik, pasti para pembaca akan selalu teringat dengan
si penulisnya. Guru juga akan bisa memiliki banyak penggemar di bidang ini.
B. MATERI POKOK
·
Pengertian Tulisan Ilmiah
Istilah
karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai hasil
mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu
selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk
teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan
hasil penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai
hasil ilmiah. Itulah sebabnya tulisan tentang bagaimana bercocok tanam jagung,
pemeliharaan ikan bandeng, proses pembuatan es, dapat disajikan secara ilmiah.
Sedangkan
istilah tulisan (karya tulis) dimaksudkan, untuk menyatakan karangan
yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta
pernyataan dan gagasan orang lain. Itulah sebabnya kita mengenal istilah
penulis. Dalam hal ini harus dibedakan antara penulis dengan pengarang. Penulis di samping mengungkapkan ide
yang terkandung di dalam dirinya, dapat juga ide tersebut didukung oleh gagasan
dan pernyataan orang lain, bahkan kadang-kadang penulis hanya mengkombinasikan
pendapat dari banyak orang, serta didukung oleh informasi yang diolah dalam
bentuk baru dan utuh.
Ciri
khas sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah
keobyektifan pandangan yang dikemukakan, dan kedalaman makna yang disajikan.
Keobyektifan dan kedalaman, dua hal yang senantiasa diusahakan agar tulisan
dapat dirasakan ilmiah. Sedangkan pengarang
semata-mata mengungkapkan pernyataan dan pendapat berdasar ide yang mencuat
dari dalam dirinya, tanpa didukung oleh data dan informasi yang jelas.
Sebuah
tulisan akan dirasakan ilmiah apabila tulisan itu mengandung kebenaran secara
obyektif, karena didukung oleh informasi yang sudah teruji kebenarannya (dengan
data pengamatan yang tidak subyektif) dan disajikan secara mendalam, berkat
penalaran dan analisa yang mampu menukik ke dasar masalah. Tulisan ilmiah akan
kehilangan keilmiahannya apabila yang dikemukakan ilmu (teori dan fakta)
pengetahuan saja yang sudah diketahui oleh umum dan berulang kali dikemukakan.
Penulisan
ilmiah menuntut adanya keterampilan khusus dari penulisannya, karena di samping
harus mengumpulkan data, menganalisa data, dengan menggunakan metode ilmiah
juga menyajikan dalam bentuk tulisan. Bahasa dalam karya ilmiah dituntut
lugas/harfiah makna kata-katanya. Atau boleh dikatakan pembaca tidak
menafsirkan arti kata-katanya satu persatu. Itulah sebabnya tulisan ilmiah
mengandung makna denotataif.
·
Macam-Macam Tulisan IImiah
Hasil
dari suatu penelitian dapat ditulis dalam berbagai
bentuk tulisan ilmiah seperti karya tulis, paper, report, skripsi atau tesis,
desertasi, dan sebagainya.
Karyatulis
ialah karya ilmiah yang disusun siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA)
untuk melengkapi syarat-syarat mengikuti Evaluasi Belajar Tahap akhir (EBTA).
Karyatulis harus bersifat pemecahan persoalan dari suatu tema, sehingga
kesimpulan-kesimpulan karyatulis memberi sumbangan yang nyata bagi perkembangan
hasil pengolahan mengenai suatu hal dengan mempergunakan metode-metode
ilmiah. Karyatulis harus bertemakan persoalan dalam lingkungan jurusan siswa
yang bersangkutan.
Paper
ialah hasil penelitian ilmiah yang ditulis oleh seseorang sebagai bahan
pertanggungjawaban yang dibebankan kepadanya. Kadang-kadang seorang mahasiswa
menyusun paper untuk dipertanggungjawabkan kepada dosennya kalau ia ingin lulus
dari sesuatu mata kuliah tertentu. Begitu pula kadang-kadang seorang pejabat
atau seorang ahli diminta membuat paper untuk bahan seminar atau simposium,
kalau ia ditunjuk sebagai pemasaran atau pembahas utama.
Report
atau laporan, juga merupakan karya tulis dari hasil suatu tugas atau
penelitian, yang harus diserahkan pada suatu instansi. Berbeda dengan paper
biasanya report kalau sudah diserahkan tidak lagi dipertanggungjawabkan. Khusus
bagi lingkungan perguruan tinggi report ini biasanya diminta dari hasil kerja
mahasiswa sesuai dengan profesi atau spesialisasinya masing-masing.
Skripsi
dan tesis sebenarnya sama, hanya istilahnya saja yang berbeda. Tetapi ada
beberapa pihak yang sengaja membedakan antara skripsi dengan tesis, dengan
alasan isi dan mutu tesis harus lebih baik daripada skripsi. Oleh sebab itu
skripsi dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari
syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana dari suatu perguruan tinggi.
Sedangkan tesis
dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari syarat-syarat ujian
untuk mencapai gelar Master/Magister dari suatu perguruan tinggi. Buah
skripsi hendaknya mahasiswa melaksanakan penelitian empiris, dan untuk menyusun
tesis hendaknya mahasiswa mengadakan penelitian yang bersifat studi
eksperimental. Analisa statistik akhir-akhir ini juga sering digunakan baik
pada skripsi maupun pada tesis.
Desertasi
yaitu suatu tulisan ilmiah yang biasaya dipergunakan oleh seseorang untuk
memperoleh gelar doktor dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Desertasi ini
biasanya dipertahankan oleh penyusun promovendus di depan para guru besar dari
suatu lingkungan perguruan tinggi. Dalam hubungan ini biasanya promenvendus
biasanya didampingi oleh suatu konsultan yang biasanya disebut promotor dan
seorang pembantu konsultan yang disebut co-promotor.
· Memilih Tema
Pertama-tama
yang perlu dipersiapkan sebelum menulis yaitu menentukan tema. Pokok persoalan
yang akan ditulis harus jelas agar nantinya di dalam mengerjakannya tidak salah
tafsir dan salah dalam mengumpulkan data serta arah tulisan tersebut. Mengenai
tema tulisan, memang kadang- kadang kita harus menentukan sendiri tetapi juga
tidak jarang yang mendapat pesanan dari pembimbing, lengkap dengan topiknya.
Menurut
arti katanya tema berarti subyek atau pokok pembicaraan. Tema adalah suatu
pemberitaan yang khusus, sebuah pengalaman, proses, atau sebuah ide di dalam
karya ilmiah (termasuk karya tulis) tema selalu menjadi judul karya tersebut.
Mengenai
tema atau pokok persoalan mana yang akan ditulis, sebenarnya sumber-sumber ada
di sekitar kita menyediakan bahan yang tidak akan habis untuk kita tulis.
Segala sesuatu yang menarik perhatian kita, pengalaman dimasa lampau atau masa
kini dapat dijadikan tema tulisan. Beberapa jenis tema yang biasa dipakai dalam
penulisan ialah autobiografi, atau tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif-naratif
lainnya.
Apabila kita
memilih tema ekspositoris (yang bersifat informatif) maka tema tersebut akan
diuraikan dalam suatu proses, misalnya bagaimana memimpin perusahaan, bagaimana
beternak kelinci, bagaimana menanam jamur, dan sebagainya.
Bagi
suatu tulisan ilmiah topik haruslah dibatasi, baik ruang lingkup (scope) maupun
istilah yang dipakainya semakin sempit ruang lingkup permasalahannya, menjadi
semakin menguntungkan karena akan semakin mudah didalam mempertanggung
jawabkannya. Di dalam memilih tema hendaknya kita memperhatikan beberapa
pedoman seperti dibawah ini;
1.
Tema hendaknya sesuai dengan
profesi/spesialisasi kita masing-masing.
2.
Tema hendaknya dipilih dari masalah yang
aktual supaya selalu menarik.
3.
Sesuatu tema tulisan hendaknya mempunyai
ruang lingkup dan masalah yang terbatas, makin sempit ruang lingkup makin baik.
4.
Pilihlah tema yang bahan-bahan mudah
diperoleh dan dapat dikuasai.
5.
Tiap-tiap istilah yang di anggap penting
dalam judul tulisan (yang merupakan cerminan tema) haruslah diberi batasan arti
supaya tidak timbul penafsiran yang salah dari pihak lain.
Di pihak
lain, tema yang baik haruslah mempunyai ciri-ciri positif sebagai berikut :
1. Kejelasan
Kejelasan merupakan
hal yang esensial bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat dari
ide sentralnya, melalui subordinasinya, maupun kalimat-kalimatnya. Struktur
kalimat harus matang dan bervariasi, karena dengan demikian tampak bahwa
penulisannya telah memikirkan sematang- matangnya sampai kepada
kalimat-kalimatnya.
2. Kesatuan dan
Keharmonisan
Sebuah tulisan yang
baik harus tetap membatasi dirinya dalam mengemukakan ide tunggal, sehingga
karena ia bertolak dari ide tunggal maka pembaca-pembaca justru dapat
menyimpulkan karangan itu dalam sebuah kalimat tunggal.
3. Kesalahan yang sering
dibuat adalah mengenai perkembangan.
Kesatuan dapat
dicapai dengan beberapa latihan singkat, tetapi membuat perincian sedetail-detailnya
merupakan hal yang sangat sulit. Penulis tentu tahu tentang masalah yang
ditulisnya, tetapi pembaca belum tentu dapat memahami maksud penulis.
Itulah sebabnya diperlukan adanya perincian-perincian yang konkrit dan teratur
dari pokok-pokok persoalan tersebut.
4. Keaslian
Tema yang baik harus
mengandung keaslian. Keaslian mungkin terletak pada topiknya, segi
pandangannya, tetapi dapat juga terdapat dalam pendekatannya dalam rangkaian
kalimat-kalimat atau pilihan judulnya.
· Merencanakan Penulisan Ilmiah
Seorang
Insiyur teknik sipil yang akan membangun jembatan atau gedung, ia akan
membutuhkan sebuah perencanaan yang serius. Demikian Juga seorang penulis
sebelum ia melakukan tugasnya hendaklah merencanakan segala sesuatu berkenaan
karyanya. Agar pembicaraan menjadi teratur diperlukan suatu susunan atau yang
lebih dikenal dengan sistematika. Untuk itu, sebelum mulai menulis baiklah
dibuat lebih dahulu garis besar karangan. Garis besar karangan, yang didalam
bahasa lnggris disebut 'Outline" yang dianggap sebagai rencana kerja
sebelum penulis mulai melangkah. dapat menolong penulis menyusun pikirannya.
Seorang
penulis profesional memang tidak membutuhkan lagi garis besar, mereka terus
menghadapi mesin ketik dan yang hendak ditulisnya seakan meluncur begitu saja,
tanpa tersendat-sendat. Akan tetapi jumlah mereka tidaklah banyak. Pada umumnya
kita membutuhkan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan untuk melahirkan
sebuah karya. Dalam hal ini garis besar sangat menolong sekali, teristimewa
lagi bagi penulis pemula. Garis besar, yang boleh dikatakan bagian umum suatu
rencana, kelak setelah karya tersebut selesai sejajar dengan isi atau malah
menjadi "daftar isi" karangan tersebut.
Kegunaan Garis Besar
:
- Dengan membuat garis besar maka akan kelihatan maksud tulisan tersebut, atau jika maksud tersebut telah ditetapkan dalam pikiran maka kita harus mengarah pada tujuan yang hendak dicapai.
- Dari garis besar akan kelihatan juga penentuan persoalan dan pembatasannya.
- Garis-garis juga memberikan kemungkinan untuk kalimat hal-hal apa (misalnya buku-buku bacaan) yang diperlukan untuk menulis, atau hendaknya apa yang diperlukan, serta metode yang sesuai untuk memecahkan persoalan tersebut.
- Garis besar memungkinkan kita meninjau perimbangan bab-bab atau bagian-bagian dalam karangan tersebut. Kita dapat merencanakan berapa halaman panjangnya, menurut suatu perimbangan yang baik.
- Garis besar memperlihatkan juga pemecahan persoalan (kesimpulan)
- Dengan menghadapi sebuah garis besar penulis dapat melihat dengan jelas materi-materi yang diperlukan, serta materi-materi yang telah diperoleh harus dimasukkan dalam bab-bab yang mana. Dengan demikian nantinya sebuah karya ( karangan) akan kelihatan teratur, mempunyai hubungan timbal balik, dan tepat pada sasarannya.
Kita mengenal
bermacam-macam garis besar. Namun didalam karangan ini disebutkan dua macam,
yaitu garis besar ringkas dan garis besar terurai.
Contoh garis besar
terurai ;
1. Pengertian koran
masuk desa
a. KMD
sebagai sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol
b. KMD
bukan berarti koran dibagikan pada masyarakat desa
2. KMD ( Koran Masuk
Desa) sebagai sarana pembangunan
a. Usaha
merangsang masyarkat pedesaan untuk membangun
b.
Menjadikan desa sebagai subyek
3. KMD sebagai arena
promosi pembangunan
a. Apa
yang dimuat dalam KMD
b. Upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun.
Contoh-contoh
Garis besar ringkas :
1. KMD -
pengertiaannya
a. Sarana
informasi, pendidikan, dan sosial kontrol
b. Bukan
berarti dibagi-bagikan
2. KMD - sebagai
pembangunan
a.
Merangsang masyarakat
b.
Menjadikan subyek
3. KMD - arena
promosi
a. Apa
yang dimuat
b. Upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat.
4. Kesimpulan.
Melihat
kedua contoh di atas jelas bahwa antara garis besar terurai dengan garis besar
ringkas lebih menguntungkan garis besar terurai. Di satu pihak garis besar
terurai merupakan kalimat-kalimat selesai, sehingga nantinya di dalam
mengerjakannya tidak akan timbul keragu-raguan lagi. Di pihak lain garis besar
ringkas hanya tercantum kepala-kepala persoalan yang memungkinkan kita tidak
ingat lagi dalam waktu beberapa hari saja. Itulah sebabnya garis besar terurai
di dalam merencanakan karya ilmiahnya. Oleh sebab itu sebagai penulis katakan
di atas bahwa garis besar adalah sesuatu yang dapat menolong pengarang/penulis
didalam jalan pikirannya. maka garis besar selamanya dapat diubah. dan kalau
perlu dirombak, apabila tidak sesuai dengan jalan pikiran
kita. Itulah sebabnya kadang-kadang kita membuat garis besar/outline yang baru
setelah karya tersebut selesai kita kerjakan. Sekali lagi jangan dilupakan
bahwa garis besar hanyalah alat penolong, bukan tujuan.
Syarat-syarat garis besar yang baik
Sebelum kita
melangkah pada masalah bagaimana kita memperoleh data untuk penyusunan penulsan
ilmiah. sebaiknya kita membicarakan tentang garis besar/outline
yang baik. Sebenarnya di dalam membicarakan perencanaan garis besar telah
disinggung pula mengenai persyaratan untuk menyusun garis besar. Tetapi untuk
mendapatkan gambaran secara khusus maka hal itu akan kita bicarakan secara
tersendiri. Lepas dari besar kecilnya garis besar yang dibuat. sebuah garis
besar/outline haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
- Tiap unit (satuan) garis besar harus mengandung hanya satu ide.
Di dalam tiap unit
garis besar tidak boleh memiliki lebih dari satu ide pokok. Akibatnya tidak
boleh ada pokok yang terdiri atas dua kalimat atau topik. Kalau terjadi maka
ide pokok tersebut haruslah dipecah ke dalam dua topik atau dua kalimat.
Apabila dua ide pokok tersebut dibiarkan dalam satu unit maka hubungan
strukturnya tidak akan tampak jelas. Oleh sebab itu kalau terjadi hal yang
demikian maka garis besar tersebut harus segera direvisi (diperbaiki). Bila
kedua ide tersebut berada dalam situasi yang setara, maka masing-masingnya
harus ditempatkan pada urutan simbol yang sama derajatnya. Namun apabila
berbeda maka ide-ide tersebut haruslah ditempatkan dalam simbol yang berbeda
derajatnya.
Agar memperoleh
gambaran secara nyata maka perhatikan contoh berikut :
Tema
a.
Kekerasan hidup
1.
Manusia dalam proses pencarian identitas dirinya.
2.
Kesulitan manusia dalam berhubungan dengan sesamanya.
b.
Keingintahuan manusia terhadap segala sesuatu
1.
Segala yang dipikirkan orang lain
2.
Apa yang dirasakan oleh orang lain
c.
Pokok-pokok dalam garis besar harus disusun secara logis.
Persoalan-persolan
atau fakta-fakta yang dicatat dibawah judul utama haruslah merupakan
bawahan langsung dan tidak boleh sama pentingnya dengan judul utamanya. Hal ini
dimaksudkan agar pembicaraan dalam bab-bab tersebut mengarah pada sasarannya.
Demikian juga tiap pokok tambahan haruslah secara langsung menunjang atau
mendukung dan memperkuat pokok yang penting, sehingga urut-urutannya logis.
Perhatikan
contoh dibawah ini :
Salah
|
Benar
|
I. KUD berazaskan gotong royong dan kekeluargaan
A. Mewajibkan para anggotanya untuk membayar iuran pokok, wajib
dan sukarela.
II. Meningkatkan taraf hidup anggotanya.
III. Menyadarkan masyarakat untuk saling
membantu.
A. Keuntungannya dibagi – bagikan anggotanya.
B. Memberikan kesadaran untuk tidak menggantungkan dirinya pada
orang lain.
1. Mudah mendapatkan pinjaman
2. Bunganya kecil
3. Tidak berbelit – belit.
|
I. KUD membawa manfaat langsung bagi para anggotanya.
A. Meningkatnya taraf hidupnya
B. Menyadarkan kepentingannya arti gotong royong dan
kekeluargaan
II. KUD membawa manfaat tidak langsung bagi para anggotanya.
A. Menyadarkan anggotanya agar tidak menjadi permainan lintah
darat
B. Menyadarkan anggotanya agar tidak menggantungkan dirinya pada
orang lain.
|
Hubungan
logis seperti tampak pada contoh di atas diperlihatkan oleh identitas-identitas
tertentu yang berupa penempatan-penempatan pokok-pokok secara vertikal. Semakin
besar kepentingsan logis, maka pokok itu ditempatkan lebih dekat ke tepi kiri.
- Harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten
Seperti
tampak pada contoh-contoh sebelumnya, tiap pokok harus disusun dalam garis vertikal yang berlainan
sehingga simbol-simbolnya dapat dikelihatan dengan jelas. Satu hal yang tidak
boleh dilakukan yaitu mengubah pasangan tersebut di tengah-tengah garis besar/outline. Pokok- pokok
yang mempunyai kepentingan sama harus diberi simbol sama, sedangkan pokok-pokok
yang berbeda kepentinganya haruslah diberi simbol yang berbeda.
Salah
|
Benar
|
Pengajaran bahasa Indonesia belum dapat
dikatakan berhasil
A. Para siswa masih menggunakan bahasa Indonesia dengan
serampangan.
B. Golongan terdidik ilmiah masih kacau dalam menggunakan bahasa
Indonesia.
1. Mutu pengajaran bahsa Indonesai harus ditingkatkan.
2. Siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar.
|
Pengajaran
bahasa Indonesia belum dapat dikatakan berhasil
A. Para siswa masih menggunakan bahasa Indonesia dengan serampangan
B. Golongan terdidik masih belum dapat menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam karya ilmiahnya.
1. Mutu pengajaran bahasa Indonesia harus ditingkatkan
2. Siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar.
|
· Tata Tulis Penulis Ilmiah
Dalam
ini akan penulis uraikan tentang susunan naskah karya tulis atau laporan kerja
atau skripsi itu, terutama dari segi tekniknya. Isinya tentu tergantung pada
pokok pilihan sendiri. Dalam hal ini penulis tidak akan menyinggung-nyinggung
bagaimana meletakkan koma, titik, tanda tanya, serta tanda baca yang lain. Hal
itu jelas termasuk dalam bidang Ejaan Yang Disempurnakan, dan menjadi tugas
guru bidang studi bahasa Indonesia.
Ketika
kita membaca sebuah karya tulis atau karya ilmiah yang lain, kadang-kadang kita
menemukan adanya karangan yang kering sekali. Ada kemungkingan juga kurang
menimbulkan selera pembaca. Namun
ada juga tulisan yang menggunakan bahasa yang memikat, segar, dan menarik
perhatian. Oleh sebab itu disamping memperhatikan
segi isi, sebuah karya tulis juga harus memperhatikan gaya bahasa (teknik
penyampaian).
Menulis
bukan semata-mata sebagai pengungkapan diri, namun juga berarti komunikasi.
Dalam hal ini juga harus diperhitungkan juga siapa calon pembaca tulisan kita.
Hendaknya diusahakan agar pembaca tidak salah paham di dalam menangkap makna
kalimat-kalimat yang kita tampilkan. Apabila tulisan kita tidak dipahami
pembaca yang kita tuju maka tulisan kita tidaklah mempunyai arti.
Sebuah
tulisan yang berbentuk karya tulis atau skripsi yang pembacanya
terbatas pada lingkungan tertentu. Namun demikian gaya bahasa yang kita
pergunakan memberi kemungkinan yang menarik bagi calon pembaca. Kendatipun
bagaimana, sebuah gaya bahasa yang hidup dan bertenaga jauh lebih memikat dari
pada tulisan yang kering hal pengungkapan. Dalam hal ini bukan hanya apa yang
akan kita ungkapkan yang penting, tetapi juga bagaimana cara mengatakannya.
Gaya bahasa ini berkaitan erat dengan pribadi pengarangnya.
-
Pemilihan Kata-kata
Kata-kata
yang akan kita tampilkan dalam sebuah tulisan turut menentukan nilai sebuah
tulisan. Sebuah pikiran yang berharga, kadang- kadang menjadi tidak berarti,
karena kata-kata yang untuk menjelaskannya tidak atau kurang tepat. Mengenal
kata-kata untuk menjelaskan sesuatu, hal ini penting bagi seorang pengarang.
Memang kata-kata itu tersusun di dalam kalimat. Namun kata-kata itu juga
mempunyai tenaga juga. Tetapi bukan kata-kata yang mentereng yang kita
perlukan. perhatikan kutipan di bawah :
Dalam
hal ini, tubuh manusia dapatlah diumpamakan sebagai mobil. Agar dapat berjalan, mobil
membutuhkan bensin, oleh karena bensin merupakan bahan bakar bagi mobil. Begitu
juga manusia agar dapat berjalan, bergerak, berlari,dan sebagainya dibutuhkan
bahan bakar. Bahan bakar bagi manusia bukanlah bensin seperti mobil, melainkan bahan makanan yang
cukup mengandung bahan bakar yaiatu bahan makanan yang mengandung karbohidrat
dan lemak. Bagi mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak mengeluarkan tenaga
yang berat-berat, perlu makanan bahan bakar yang banyak yaitu harus makan nasi,
jagung, atau ketela.
Sebenarnya
apa yang hendak dikatakan penulis adalah sederhana, yaitu manusia pada dasarnya
membutuhkan bahan makanan yang berupa karbohidrat
dan lemak. Hanya itu saja. Tetapi penulis mencoba menghadirkan suasana hidup, dengan
menampilkan kata-kata yang metaforis, yang mempersonifikasikan manusia dengan
mobil.Sebuah kutipan lagi:
Membicarakan
diri seorang anak dihadapannya bersama orang lain, menurut metodik tidak
bijaksana. Seorang anak akan merasa terhina kalau mengetahui bahwa kesalahan-kesalahannya
disiarkan. Tetapi sebaliknya kalau kebaikan-kebaikannya yang dipamerkan di
hadapan orang lain ia akan menjadi sombong sehingga tidak perlu perbaikan lagi.
Sebaiknya panggilah anak itu untuk membicarakan kekurangan-kekuranganya tanpa kehadiran
orang lain.
Kata-kata
yang ditampilkan sederhana, dalam arti bahasa keserasian. Namun makna yang
dikandung jelas, tidak membigungkan pembaca. Kalimat- kalimat seperti di atas
nampak memikat karena sebagai pengungkapan pikiran pembaca tidak salah di dalam
menafsirkan maknanya.
Dalam
hal ini memang tidak dapat dipastikan kalimat yang bagaimana yang harus dipergunakan. Hal ini
tergantung pada diri penulisnya. Ada penulis yang senang menggunakan
kalimat-kalimat yang menyeret emosi pembaca sehingga membangkitkan gairah
pembaca untuk membaca secara keseluruhan. Tetapi ada juga penulis yang senang
menampilkan kalimat-kalimat yang mengandung kejelasan arti. Dalam hal ini yang
penting bahwa kalimat-kalimat yang dipergunakan harus mengandung kejelasan arti
mengingat penulisan ilmiah berbeda dengan karya fiksi.
-
Penggunaan Alinea
Dalam
satu alinea harus ada satu pikiran utama. Pikiran utama tersebut tercermin di
dalam kalimat utama. Sedangkan kalimat-kalimat yang lain dalam alinea tersebut
hanyalah berfungsi sebagai kalimat penjelas atau pengembangan. Itulah sebabnya
sebuah tulisan berguna untuk memudahkan pembaca di dalam memahami makna tulisan
tersebut.
Dalam hal
ini yang perlu diingat sekali lagi, bahwa setiap alinea hanya ada satu pikiran
utama. Apabila ada pikiran utama yang lain sebaiknya diturunkan kedalam alinea
berikutnya. Sedangkan letak kalimat utama tersebut dapat diawal atau di akhir
alinea. Hal ini tergantung pada keturunan dan kejelian penulis di dalam
mengolah tema tersebut.
-
Pembagian Penulisan
Mengerti
jenis tulisan berdasarkan fungsinya dan ukuran tulisan yang baik tidak cukup
seseorang untuk memulai belajar menulis. la harus tahu juga tentang kaidah
tulisan secara umum. Kaidah itu
menyangkut struktur tulisan yaitu adanya, pembukaan atau pendahuluan atau
pengenalan; inti/pembahasan atau pengembangan; dan penutup atau kesimpulan.
Ibarat melakukan suatu perjalanan, seseorang yang akan menulis harus mengetahui
terlebih dahulu, kemana ia akan pergi dan melalui jalan mana ia akan mencapai tujuan.
Tiga struktur dalam satu tulisan itu juga dapat di ibaratkan
sebagai perjalanan mendaki gunung, pendahuluan merupakan pembuka jalan, makin
lama makin mendekati puncak dan kemudian berhenti. Bagian-bagian dalam satu
tulisan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pendahuluan, merupakan pembuka suatu proyek persoalan yang akan dibahas dalam tulisan. la tidak boleh terlalu panjang apalagi memasuki pembahasan pokok persoalan. la hanya merupakan pengenalan ke arah yang akan dituju oleh penulis dalam tulisannya. Di dalam pendahuluan, dilakukan pembatasan masalah dan pengertian-pengertian sehingga pembaca sudah dibawa ke arah tertentu. Perkiraan persentase pendahuluan dari suatu keseluruhan tulisan antara 20 sampai 25 persen.
- Inti/pembahasan pengembangan merupakan tahap pemasaran pokok persoalan. Bagian in kadangkala di sebut inti, pembahasan atau pengembangan. Penyebutan seperti itu tidak terlalu menjadi soal, yang penting ia dimengerti sebagai bagian yang berisi paparan persoalan pokok. Di bagian ini penulis menjalin gagasan secara sistematis dan logis dan menuangkan seluruh pemikirannya tentang pokok yang dibahas, untuk menuju kepada satu klimaks. Untuk mencapai klimaks, kelancaran ide harus tercermin, mengalir seperti air sungai. Persentase bagian ini antara 60- 70 persen dari seluruh tulisan.
- Penutup/kesempatan merupakan bagian akhir tulisan yang berisi kesimpulan, saran atau pendapat penulis tentang pokok persoalan yang dikemukakannya sebagai arahan bagi pembaca. Ada dua cara menuliskan penutup. Pertama, penutup yang bersifat terbuka, yaitu dengan memberi peluang atau kesempatan kepada pembaca agar menarik kesimpulan sendiri mengenai pokok persoalan yang dibahas. Kedua, penutup yang bersifat tertutup, yaitu penutup tulisan yang menyodorkan pendapat yang bersifat akhir. Pendapat yang bersifat akhir itu dibuat penulis dan disodorkan kepada pembaca tanpa ada kesempatan bagi pembaca untuk menarik kesimpulan sendiri.
Daftar Pustaka
Assegaf,
Jaffar.1989. Teknik Penulisan Dan Jurnalistik. Bandung :Remaja Karya .
Mangunharjana,
AM,1986. Teknik Menambah Dan Mengembangakan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta
: Kanisius.
Sudikan,
Yuwana Setya ,1984. Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah. Semarang: Aneka
Ilmu.
Siregar,
Ashadi,1982. Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa. Jakarta : Karya
Unipers.
Susanto,
Astrid,1987. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar
Harapan.
Vrendenbrect,1984.
Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Note:
Materi pokok ini dikutip utuh dari tulisan SUWARDI LUBIS dengan judul “Tehnik Penulisan Ilmiah Populer
“ Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar