Petunjuk Nabi Dalam Shalat ‘Ied
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat ‘ied di tanah lapang. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menunaikan shalatnya di masjid kecuali sekali saja, yaitu karena hujan.
- Pada saat hari Raya ‘Idul Fitri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan pakaian terbaik (terindah).
- Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa makan kurma
-dengan jumlah ganjil- sebelum pergi melaksanakan shalat ‘ied. Tetapi
pada ‘Idul Adha beliau tidak makan terlebih dahulu sampai beliau
pulang, setelah itu baru beliau memakan sebagian daging binatang
sembelihannya.
- Dianjurkan untuk mandi sebelum pada hari ‘ied sebelum ke tanah
lapang, sebagaimana hal ini dilakukan oleh Ibnu Umar yang dikenal
semangat mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berjalan (menuju
tanah lapang) sambil berjalan kaki. Beliau biasa membawa sebuah tombak
kecil. Jika sampai di tanah lapang, beliau menancapkan tombak tersebut
dan shalat menghadapnya (sebagai sutroh atau pembatas ketika shalat).
- Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri
(agar kaum muslimin memiliki kesempatan untuk membagikan zakat
fitrinya) dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha (supaya kaum
muslimin bisa segera menyembelih binatang kurbannya).
- Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali setelah matahari terbit, lalu beliau bertakbir dari rumahnya hingga ke tanah lapang.
- Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai di tanah lapang langsung menunaikan shalat tanpa ada adzan dan iqomah. Tidak ada juga ucapan, ‘Ash Sholatul Jami’ah‘. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga sahabatnya tidak menunaikan shalat sebelum (qobliyah) dan sesudah (ba’diyah) shalat ‘ied.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat ‘ied
dua raka’at terlebih dahulu kemudian berkhutbah. Pada rakaat pertama
beliau bertakbir 7 kali berturut-turut setelah Takbiratul Ihram, dan
berhenti sebentar di antara tiap takbir. Tidak disebutkan bacaan dzikir
tertentu yang dibaca saat itu. Hanya saja ada riwayat dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu bahwa bacaan ketika itu adalah berisi pujian dan sanjungan kepada Allah ta’ala serta bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan diriwayatkan pula bahwa Ibnu Umar (yang dikenal semangat dalam mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir.
- Setelah bertakbir, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Al-Fatihah dan surat “Qaf” pada raka’at pertama serta surat “Al-Qamar” pada raka’at kedua. Kadang-kadang beliau membaca surat “Al-A’la” pada raka’at pertama dan “Al-Ghasyiyah”
pada raka’at kedua. Kemudian beliau bertakbir lalu ruku’ dilanjutkan
takbir 5 kali pada raka’at kedua lalu membaca Al-Fatihah dan surat
lainnya.
- Setelah menunaikan shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap ke arah jamaah, sedang mereka tetap duduk di shaf masing-masing. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah yang berisi wejangan, anjuran dan larangan.
- Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di tanah dan tidak ada mimbar ketika beliau berkhutbah.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memulai khutbahnya dengan ‘Alhamdulillah…‘
dan tidak terdapat dalam satu hadits pun yang menyebutkan beliau
memulai khutbah ‘ied dengan bacaan takbir. Hanya saja dalam khutbahnya,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak bacaan takbir.
- Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan kepada jamaah untuk tidak mendengar khutbah.
- Diperbolehkan bagi kaum muslimin, jika ‘ied bertepatan dengan hari
Jum’at untuk mencukupkan diri dengan shalat ‘ied saja dan tidak
menghadiri shalat Jum’at.
- Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang (dari shalat) ‘ied.
Pembahasan ini disarikan dari kitab
Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar