PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Jumat, 23 November 2012

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA:

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA: “Perlu Peta Distingsi dalam Penyelenggaraan Pasca.” Tanggal : 8/13/2012 2:06:00 PM   Sumber : Kelembagaan Diktis

Senin, 13/08/2012. Hari ini dan Selasa esok hari adalah momentum bagi beberapa PTAIN dan PTAIS mempresentasikan proposal penyelenggaraan Program Magister. Senin ini ada 4 (empat) STAIN yang berada di luar Jawa yang akan mempresentasikannya, yaitu STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, STAIN Watampone (Sulawesi), STAIN Al-Malikussaleh Lhoksemawe (Aceh), dan STAIN Palangkaraya (Kalimantan). Sedangkan hari selasa, ada 3 STAI Negeri yakni STAIN Kudus (Jawa Tengah), STAIN Pamekasan (Jawa Timur) dan STAIN Bukittinggi (Sumatera), dan 3 STAI Swasta yaitu INSTIKA Guluk-Guluk (Madura), STAINU Jakarta dan STAINU Kebumen (Jawa).
Mencermati perkembangan kelembagaan pascasarjana yang jumlahnya mencapai 75 lembaga, dengan 36 Pascasarjana pada PTAIN dan 39 Pascasarjana pada PTAIS, maka perlu dilakukan pemetaan distingsi akademik. “Perlu ada pemetaan distingsi penyelenggaraan pascarsarjana pada pendidikan tinggi Islam ini,” pinta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Direktur Pendidikan Tinggi Islam pada saat memberikan pengarahan. Mencuatnya statemen ini dilatarbelakangi oleh kondisi bahwa program studi yang diajukan oleh PTAI baik Negeri maupun swasta cenderung seragam, yakni bidang ilmu pendidikan. Direktur meminta agar PTAIN di wilayah-wilayah tertentu mengembangkan karakter masing-masing yang berbeda-beda. Bahkan dimungkinkan untuk resource sharing, yakni penyebaran SDM seperti Guru Besar di beberapa PTAIN “gemuk” untuk di”titip”kan di PTAI yang sedang mengalami masa “pertumbuhan”. Para Guru Besar inilah yang akan melakukan pendampingan terhadap PTAI tersebut dalam mengembangkan karakternya.
Merujuk pada Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa program magister adalah program keilmuwan, bukan vokasi, maka penyelenggara PTAI harus mampu memperkuat sisi akademik dan keilmuwan para mahasiswanya. “Karena itulah pemberian Ijin Pascasarjana diperketat dan harus berpijak pada kekuatan kajian akademik,” komentar Dr. Mastuki, Kepala Subdit Kelembagaan. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam telah mencoba mengembangkan desain tersebut pada PTAI Swasta. Sebagai contohnya adalah Program Magister Ilmu Aqidah pada ISID Gontor Ponorogo, dan Magister Pendidikan Bahasa Arab bagi Non Arab pada STAI Darullughah wa Ad-Da’wah Bangil Pasuruan. “PTAIN diharapkan mampu mengembangkan kreasi ke arah sana,” pintanya.
Semangat menggebu-nggebu untuk penyelenggaraan Program Magister dengan program studi yang “melintas batas” ini tampak dalam memberikan respon atas kritikan tim penilai. Salah satunya adalah Ibnu Elmi, Ketua STAIN Palangkaraya yang langsung gayung bersambut memaparkan kekhasan lokalitas PTAI di Palangkaraya. Ketua yang baru dilantik tersebut langsung mengungkapkan bahwa kajian Islam Lokal dan Dayak adalah isu yang paling kuat dan memungkinkan.
Dalam forum presentasi ini, tim pengkaji dan penilai proposal yang dihadirkan adalah Prof. Dr. Aziz Fachrurrozi, MA (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Dr. Muhammad Zein, MA (Kasubdit Akademik Diktis), Dr. Ishom Yusqi, MA (Kasubdit Ketenagaan Diktis), Drs. Khaeroni, M.Si (kasubdit Penelitian dan PKM Diktis), dan Dr. Mastuki, MA (Kasubdit Kelembagaan Diktis). ***nis***

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ