taksonomi anderson
Prinsip Dasar Penyusunan Taksonomi
Ada 4 buah
prinsip dasar yang digunakan Bloom dan Krathwohl dalam melahirkan taksonomi,
yaitu:
a. Prinsip
metodologis (cara guru mengajar)
b. Prinsip psikologis (fenomena
kejiwaan)
c. Prinsip
logis (logis dan konsisten)
d. Prinsip tujuan (keselarasan antara
tujuan dan nilai-nilai)
Latar Belakang Revisi Taksonomi
Bloom
Taksonomi
Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali
dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive
Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir.
2. Affective
Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
3. Psychomotor
Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik
seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa
istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu:
cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran,
penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah,
seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada
di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan
pertama.
Bloom
memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam tingkatan kognitif.
Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat kompleks dan abstrak.
Sedangkan ranah afektif yang berdasarkan penghayatan dipimpin oleh David R.
Krathwohl, ranah psikomotorik yang berhubungan dengan gerakan refleks sederhana
ke gerakan syaraf dipimpin oleh Anita Harrow.
Ketiga ranah
dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali menimbulkan
kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya tahun
1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan
penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya
diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi
Bloom dari kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini
penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses
berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang
menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking)
ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking).
Perbedaaan Taksonomi Bloom dan
Anderson
Taksonomi
Bloom
|
Perbaikan
Taksonomi Bloom
|
Pengetahuan
|
Mengingat
|
Pemahaman
|
Memahami
|
Penerapan
|
Menerapkan
|
Analisis
|
Menganalisis
|
Sintesis
|
Menilai
|
Penilaian
|
Menciptakan
|
Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci
perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan
Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan
selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu
mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk gerund yaitu remembering
(ingatan), understanding (pemahaman) , applying (penerapan), analysis
(analisis), evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan) dan
seterusnya. Terminologi ini lebih menggambarkan kompetensi secara
spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan.
Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti
sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca,
mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema
terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat
kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi
yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan
mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan akumulasi
dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi
tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation
(penciptaan).
Dimensi Taksonomi Anderson
Deskripsi
dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
KATEGORI
|
KATA KUNCI
|
Remembering (ingatan):can the
student recall or remember the information? Dapatkah peserta didik
mengucapkan atau mengingat informasi?
|
Menyebutkan definisi, menirukan ucapan, menyatakan
susunan, mengucapkan, mengulang, menyatakan
|
Understanding (pemahaman): Dapatkah
peserta didik menjelaskan konsep, prinsip, hukum atau prosedur?
|
Mengelompokkan, menggambarkan, menjelaskan
identifikasi, menempatkan, melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan,
pharaprase.
|
Applying (penerapan): Dapatkah
peserta didik menerapkan pemahamannya dalam situasi baru?
|
Memilih, mendemonstrasikan, memerankan, menggunakan,
mengilustrasikan, menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat sketsa,
memecahkan masalah, menulis
|
Analyzing (analisis): Dapatkah
peserta didik memilah bagian-bagian berdasarkan perbedaan dan kesamaannya?
|
Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan, membedakan,
melakukan deskriminasi, memisahkan, menguji, melakukan eksperimen,
mempertanyakan.
|
Evaluating (evaluasi): Dapatkah
peserta didik menyatakan baik atau buruk terhadap sebuah fenomena atau objek
tertentu?
|
Memberi argumentasi, mempertahankan, menyatakan,
memilih, memberi dukungan, memberi penilaian, melakukan evaluasi
|
Creating (penciptaan): Dapatkah
peserta didik menciptakan sebuah benda atau pandangan?
|
Merakit, mengubah, membangun, mencipta, merancang,
mendirikan, merumuskan, menulis.
|
(Siana, 2012)
Dalam
taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam
taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge
Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension
(dimensi proses kognisi). Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat
digambarkan dengan tabel berikut.
The Taxonomy
Table
Dimensi
Pengetahuan
(The
Knowledge Dimension)
|
Dimensi
Proses Kognisi (TheCognitive Process Dimension)
|
|||||
Ingatan
|
Pemahaman
(understand)
|
Penerapan
(apply)
|
Analisis
(analyze)
|
Penilaian
(evaluate)
|
Penciptaan
(create)
|
|
Pengetahuan
Faktual
(Factual
Knowledge)
|
||||||
Pengetahuan
Konseptual
(Conceptual
Knowledge)
|
||||||
Pengetahuan
Prosedural
(Procedural
Knowledge)
|
||||||
Pengetahuan
Meta-Kognisi
(Meta-Cognitive
Knowledge)
|
(LorinW. Anderson and David R.
Krathwohl, 2001)
Dimensi
Pengetahuan
JENIS UTAMA DAN JENIS
SUB
CONTOH
|
|
A. PENGETAHUAN
FAKTUAL
Siswa harus
mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara memecahkan masalah di
dalamnya.
|
|
Aa. Pengetahuan tentang terminologi
Ab. Pengetahuan tentang rincian
spesifik dan elemen
|
Teknis kosakata, simbol musik.
Sumber utama, sumber informasi yang dapat diandalkan. |
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL
Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih
besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.
|
|
Ba. Pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori
Bb. Pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi
Bc. Pengetahuan tentang teori,
model, dan struktur
|
Periode waktu geologi, bentuk-bentuk kepemilikan
bisnis.
Teorema pythagoras, hukum penawaran dan permintaan. Teori evolusi, struktur kongres. |
C.
PENGETAHUAN
PROSEDURAL Bagaimana melakukan sesuatu, metode
penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritma, teknik,
dan metode.
|
|
Ca. Pengetahuan tentang
subjek-keterampilan khusus dan algoritma
Cb. Pengetahuan tentang subjek
khusus teknik dan metode
Cc. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat
|
Keterampilan yang digunakan dalam lukisan dengan
warna air, seluruh nomor algoritma pembagian.
Teknik wawancara, metode ilmiah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur yang melibatkan hukum kedua Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan dari penggunaan metode tertentu untuk memperkirakan biaya bisnis. |
D. PENGETAHUAN
METAKOGNITIF Pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan
tentang kognisi sendiri.
|
|
Da. Pengetahuan strategis
Db. Pengetahuan tentang tugas
kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang tepat
Dc. Pengetahuan diri
|
Pengetahuan menguraikan sebagai sarana menangkap
struktur dari unit materi pelajaran dalam buku teks, pengetahuan tentang
penggunaan heuristik.
Pengetahuan tentang jenis tes khusus, mengelola pengetahuan dari tuntutan kognitif dari tugas yang berbeda. Pengetahuan mengkritisi diri adalah kekuatan pribadi, sedangkan menulis esai adalah kelemahan pribadi, kesadaran tingkat pengetahuan sendiri |
(Anderson W. Lorin, Classroom
Assessment, 2003)
Keterangan
1.
Pengetahuan
faktual(Factual Knowledge): pengetahuan berbentuk fakta seperti nama,
nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki Hajar
Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan
sebagainya.
2.
Pengetahuan
konseptual(Conceptual Knowledge): pengetahuan berbentuk konsep, hukum,
dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan
sejenisnya.
3.
Pengetahuan
prosedural(Procedural Knolwledge): pengetahuan berbentuk cara melakukan
sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur menerbangkan
pesawat terbang, langkah menyusun modul dan sejenisnya.
4.
Pengetahuan
metakognisi(Meta-cognition Knowledge): sering disebut a process of
thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan
strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan hasil
belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran otomatis (automatic
awareness) yang timbul karena pengetahuan dan kemampuan melakukan
pengendalian (control) dan memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang
peserta didik menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya adalah visual, maka
dia memilih video pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan hasil
belajarnya.
Struktur
Dimensi Proses Kognisi (Cognitive Process Dimension)
KATEGORI &
PROSES
KOGNISI
|
NAMA ALTERNATIF
|
DEFINISI DAN CONTOH
|
||
1.
INGATAN -
Mengambil pengetahuan relevan dari memori jangka
panjang
|
||||
1.1 Mengenali
|
Mengidentifikasi
|
Mencari pengetahuan dalam memori jangka panjang yang
konsisten dengan materi yang disampaikan (misalnya, Kenali tanggal peristiwa
penting dalam sejarah AS)
|
||
1.2 Mengingat
|
Mengambil
|
Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori
jangka panjang (misalnya, Ingat tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam
sejarah AS)
|
||
2.
PEMAHAMAN
- Membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan
komunikasi grafis
|
||||
2.1 Menafsirkan
2.2 Mencontohkan
2.3 Mengklasifikasi
2.4 Meringkas
2.5 Menyimpulkan
2.6 Membandingkan
2.7 Menjelaskan
|
Klarifikasi,
parafrase mewakili menerjemahkan Menggambarkan, instantiating Mengkategorikan, subsuming Abstrak, generalisasi Penutup, ekstrapolasi, interpolasi, memprediksi Kontras, pemetaan, sesuai Membangun model |
Mengubah dari satu bentuk representation (misalnya,
numerik) ke bentuk yang lain (misalnya pidato, dan dokumen)
Menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari suatu
konsep atau prinsip (misalnya, Berikan contoh gaya lukisan varicusartistik
Menentukan sesuatu yang termasuk dalam kategori
(misalnya, klasifikasikan kasus yang diamati atau dijelaskan dari gangguan
mental)
Abstrak tema umum atau titik utama (misalnya,
Menulis ringkasan singkatdari acara yang digambarkan pada rekaman video)
Mengambil kesimpulan logis dari informasi yang disajikan (misalnya, Dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan prinsip gramatikal dari contoh yang ada) Mendeteksi korespondensi antara dua ide, benda, dan sejenisnya (misalnya, peristiwa sejarah dibandingkan dengan situasi kontemporer) Membangun model sebab-akibat dari suatu sistem (misalnya, Jelaskan penyebab peristiwa penting abad ke-18 di Perancis) |
||
3.
PENERAPAN
- Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu
|
||||
3.1 Menjalankan
3.2 Mengimplementasikan
|
Melaksanakan
Menggunakan |
Menerapkan prosedur untuk mengerjakan tugas
(misalnya, digit nomor satu keseluruhan dengan nomor lain keseluruhan,baik
dengan digit ganda)
Menerapkan prosedur untuk tugas asing (misalnya, Gunakan Hukum Kedua Newton dalam situasi di mana itu tepat) |
||
4.
ANALISIS-Memilah
materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana
bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain dan struktur keseluruhan
atau tujuan.
|
||||
4.1 Membedakan
4.2 Mengorganisir
4.3 Menghubungkan
|
Diskriminatif,
membedakan, fokus, memilih Temuan koherensi, mengintegrasikan, menguraikan, parsing, penataan Mendekonstruksi |
Membedakan sesuatu yang relevan dari bagian yang
tidak relevan atau penting dari bagian materi yang disampaikan (misalnya,
bedakan antara angka yang relevan dan tidak relevan dalam bahasa matematis)
Menentukan bagaimana elemen yang cocok atau berfungsi dalam struktur (misalnya, Struktur bukti dalam deskripsi sejarah menjadi bukti dan penjelasan terhadap resiko artikular sejarah) Tentukan point pandang, nilai-nilai, atau bahan yang disajikan yang mendasar (misalnya, Tentukan sudut pandang penulis esai dalam hal nya atau perspektif politik nya) |
||
5.
EVALUASI-Membuat
penilaian berdasarkan kriteria dan standar
|
||||
5.1 Memeriksa
5.2 Mengkritik
|
Koordinasi,
mendeteksi, pemantauan, pengujian
Menilai
|
Mendeteksi inkonsistensi dari fallacies dalam proses
atau produk, menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi
internal, detecting efektivitas prosedur seperti yang sedang dilaksanakan
(misalnya,
Menentukan apakah kesimpulan seorang ilmuwan diikuti
dari data yang diamati)
Mendeteksi konsistensi antara produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian prosedur untuk masalah tertentu (misalnya, Hukum yang dari dua metode adalah cara terbaik untuk memecahkan masalah yang diberikan) |
||
6.
PENCIPTAAN-
Masukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau
fungsional, mengenali unsur-unsur ke dalam pola baru atau struktur
|
||||
6.1 Membuat
6.2 Merencanakan
6.3 Memproduksi
|
Hipotesa
Merancang Membangun |
Datang dengan hipotesa berdasarkan kriteria
(misalnya, Hasilkan hipotesa untuk menjelaskan fenomena yang diamati)
Merancang prosedur untuk menyelesaikan beberapa
tugas (misalnya, Rencanakan sebuah makalah penelitian tentang topik sejarah
tertentu)
Menciptakan suatu produk (misalnya, Membangun habitat untuk tujuan tertentu) |
||
(Anderson W. Lorin. Classroom
Assessment, 2003)
Kata Kerja Operasional
pada Dimensi Proses Kognisi dalam Taksonomi Anderson
Kata Kerja
Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson)
Mengingat:
Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan
Memahami:
Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-kan, dan membuat
perhitungan
Menerapkan :
Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola penerapan ke
dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan.
Menganalisis
:Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
Menilai:
Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
Menciptakan
: Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang
jelas
KATA KERJA
OPERASIONAL TAKSONOMI ANDERSON
Mengingat
|
Memahami
|
Menerapkan
|
Menganalisis
|
Menilai
|
Menciptakan
|
Memilih
Menguraikan
Mendefinisikan
Menunjukkan
Memberitabel
Mendaftar
Menempatkan
Memadankan
Mengingat
Menamakan
Menghilangkan
Mengutip
Mengenali
Menentukan
Menyatakan
|
Menggolongkan
Mempertahankan
Mendemonstrasikan
Membedakan
Menerangkan
Mengekspresikan
Mengemukakan
Memperluas
Membericontoh
Menggambarkan
Menunjukkan
Mengaitkan
Menafsirkan
Menaksir
Mempertimbangkan
Memadankan
Membuatungkapan
Mewakili
Menyatakankembali
Menuliaskembali
Menentukan
Merangkum
Mengatakan
Menerjemahkan
Menjabarkan
|
Menerapkan
Menentukan
Mendramatisasikan
Menjelaskan
Menggeneralisasikan
Memperkirakan
Mengelola
Mengatur
Menyiapkan
Menghasilkan
Memproduksi
Memilih
Menunjukkan
Membuatsketsa
Menyelesaikan
Menggunakan
|
Menganalisis
Mengategorikan
Mengelompokkan
Membandingkan
Membedakan
Mengunggulkan
Mendiversivikasikan
Mengidentifikasi
Menyimpulkan
Membagi
Merinci
Memilih
Menentukan
Menunjukkan
Melaksanakan survei
|
Menghargai
Mempertimbangkan
Mengkritik
Mempertahankan
Membandingkan
|
Memilih
Menentukan
Menggabungkan
Mengombinasikan
Mengarang
Mengkonstruksi
Membangun
Menciptakan
Mendesain
Merancang
Mengembangkan
Melakukan
Merumuskan
Membuathipotesis
Menemukan
Membuat
Mempercantik
Mengawali
Mengelola
Merencanakan
Memproduksi
Memainkanperan
Menceritakan.
|
(Samsudin, 2011. Kata Kerja
Operasional)
Menurut
Thohir (2009) dalam bab terakhir bukunya, Anderson dan Krathwohl sendiri
mengakui bahwa hasil revisinya ini lebih melihat fungsi otak dalam satu
kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi
dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian tersebut
dikritisi banyak pihak karena cenderung membuat pendidikan beranggapan bahwa
adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang sama.
Pada revisi
taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah dengan ranah
afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang lain. Karena
semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja otak. Sebagai
contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, di dalamnya juga mencakup ranah
kognitif dan afektif, juga psikomotor.
Revisi ini
merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein mengatakan, complexity
is the theory of classifying problems based on how difficult they are to solve.
Sebutan ini cukup wajar karena masalah otak dan fungsinya telah mengundang
beragam teori yang secara tak langsung telah menunjukkan betapa rumitnya kajian
tentangnya.
“How
amazing is it…” begitulah ungkapan dalam artikel Barry L. Aaronson. Dalam
narasi yang lebih sederhana, kami mencoba mengambil analog dari gambaran saat
seseorang sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat mengernyitkan dahi,
memegang atau memijit-mijit keningnya. Orang lain yang melihatnya, dengan mudah
menebak kalau orang dengan tanda-tanda seperti itu sedang melakukan proses
berpikir.
Berpikir
tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena informasi yang
dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam itu menjadi
indikasi seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang menyampaikan perasaan
atau dengan kata, “hati-hati di jalan ya!”, mengapa yang dipegang bukanlah
kepala, tetapi malah memegang dada. Bukankah saraf emosi dan perasaan juga
berada dalam otak?.
Menfungsikan
otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett (1932) mengartikan
berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi informasi, (2)
ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-interpretasi
yang mengatur kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer (1977)
menyarankan pengertian berpikir sebagai upaya mengarahkan dan menghasilkan
perilaku untuk memecahkan (solve) atau mencari solusi dari suatu
masalah. Pengertian ini selevel dengan kategori metakognitif Anderson dan
Krathwohl.
Kompleksitas
fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya pandangan para ahli cognitive
neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya, menegaskan bahwa aktifitas
kognitif manusia dan perilakunya bergantung kepada 95 persen di bawah batas
kesadaran manusia (subconscious awarness). Hanya 5 persen aktifitas
manusia dilakukan berdasarkan kesadaran penuh (conscious awareness).
Konsep ini agak sulit disinergikan dengan kalsifikasi Anderson dan Krathwohl
dalam revisi Taksonomi Bloomnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar