PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Rabu, 16 Maret 2011

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi Pendidikan yang dalam campurannya mencoba mengedepankan pendidikan,  ternyata dicurigai malah semakin mendongkel pendidikan dalam dunia mandeg penelitian psikologi. Setidaknya, sejak pendekatan survei lebih dipercaya di dunia kampus oleh masing-masing fakultas psikologi. Hai ini menjadikan ilmu psikologi yang luar biasa lapang, menjadi sempit dengan metode analitik yang saklek.
Makalah psikologi pendidikan yang dilahirkan para ahli psikologi, misalnya mengekor tren yang tengah digulirkan melalui variabel ‘bebas’ seperti buku psikopop yang laris. Misalkan gejala efek Mozart pada pendidikan, gejala ESQ, gejala EQ, dan banyak gejala lainnya dalam batas gejala demi gejala.  
Pendekatan sejati yang dilakukan oleh para ahli, yakni pendekatan heuristik semakin tidak dikenal di kampus-kampus. Terpinggirkan dalam wacana makalah dunia psikologi, terlebih wilayah pendidikan, yang tengah ‘banjir uang’ akhir-akhir ini.
Namun para konseli lebih menyoroti peranan kognisi belaka dalam memahami dunia pendidikan. Ratusan penelitian tindakan kelas guru, banyak yang menyebut dua kondisi psikologis murid-muridnya secara kognisi, pintar dan bodoh. Padahal ada penilaian lain, secara afeksi atau emosional, yaitu rajin dan malas.
Bagi Anda para sarjana yang sedang menekuni makalah psikologi pendidikan, akan memahami terjadinya benturan logistik para persebaran ilmu psikologi. Dengan kata lain, para ahli dalam tingkatan ahli, hanya mekanik atau manequin yang akan memperagakan dan menjelaskan teori-teori sulit dengan jitu.
Ooleh karena itu, tidak jarang ahli psikologi komunikasi seperti Jalaludin Rakhmat meledek ilmu psikologi saat ini bagaikan ilmu psiko tanpa psiko.
Ambil contoh, Wolfgang Kohler, salah seorang pendiri disiplin Gestalt, yang juga seorang fenomenolog progesif. Contoh garis putus diagram yang dibayangkan utuh pada kepala manusia bukan sekedar menjelaskan kemampuan otak manusia yang hebat, tetapi juga menerangkan keinginan si manusia untuk menggambarkan utuh garis putus-putus dalam disiplin pencarian heuristik.
Metode yang coba dibawa oleh Kohler adalah Problem Solver. Begitu pula seharusnya karya makalah Anda. 
Akar pendidikan dalam sudut pandang psikologi selalu menyangkut masalah perubahan. Baik yang difungsikan oleh agen, ataupun sebagai sebab akibat revolusi yang tengah terjadi di masyarakat.
Psikologi Pendidikan Mampukah Menjawab?
Di Ponorogo, 80 % pelajar pernah melakukan seks bebas. Pergi ke manakah para konseli di tengah situasi itu? Pernahkah terbaca tulisan keprihatinan dari sudut pandang ilmu psikologi pendidikan di dalamnya, lebih-lebih yang dibicarakan adalah dunia pendidikan sendiri?
Ironisnya, yang melakukan survei adalah data kepolisian. Hal semacam itu adalah bahan renungan bagi para konselor pendidikan. Hal ini juga menjadi bahan penelitian bagi para sarjana psikologi, untuk memberikan pencerahan dan obat bagi masyarakat yang butuh kejelasan di balik definisi psikologi pendidikan yang ‘memudahkan kehidupan bermasyarakat’. Artinya makalah dari para psikolog pendidikan sangat dinantikan.
Tentu saja ada harapan heuristik di dalamnya. Harapan heuristik adalah harapan untuk memberikan pedoman kepada penelitian lanjutan, bahwa pencarian pada disiplin psikologi tidak akan final. Kulitnya boleh dibuat final, namun akar filsafat pencariannya jangan sampai diputus.
Pembacaan para dosen psikologi di Indonesia terhadap teori-teori psikologi yang sulit sedikit terlambat. Tetapi Anda sebagai peneliti dapat mengaksesnya di internet. Termasuk bahan studi buku-buku online yang berserakan. Tajamkan naluri heuristik Anda.

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ