Pernah dengar lagu Melly yang judulnya ‘Bimbang’? Di dalamnya ada sebuah lirik berbunyi begini : “Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa … Sejenak kufikirkan untuk kubenci saja dirimu, namun sulit kumembenci …”
Ada apa dengan rasa rindu? Apakah ia
begitu menyiksa? Ya! Ya! Dan Ya! Rindu adalah salah satu efek dari
hubungan cinta yang akan membuat Sahabat merasakan sesak di dada
layaknya sebuah jarum menusuk dalam, tak melukai, hanya akan menimbulkan
rasa tak tentu yang mungkin ditanggapi oleh otak sebuah keinginan
berjumpa dengan pujaan. *Aiyyah* (Sok Ngerti Mode : ON)
Hanya saja masalahnya adalah perasaan
rindu itu kadang terlalu menyiksa, sehingga jika telah sampai pada
ambang batasnya, seseorang bisa merasakan rasa cemas akan satu hal :
menganggap hanya dirinya ‘sendirian’ merasakan penderitaan cinta
tersebut. Bisa jadi andai ini terjadi, akan ada sebuah kecurigaan bahwa
pasangan sedang tak merasakan hal yang sama. Itu yang juga akhirnya
dituangkan oleh Ari Lasso dalam liriknya : “Apakah di sana rindukan aku … seperti diriku yang selalu merindukanmu”.
Sekarang, andai ditanya : Apakah rasa
rindu antara seorang pria dan wanita yang sedang lekat dalam cinta itu
sama? Atau ada salah satunya yang lebih dominan?
Hmmm …
menjawab pertanyaan ini (Sok Bijak Mode : ON), kita perlu melihat banyak
hal psikologis yang mungkin menjadi bawaan dua jenis kelamin tersebut.
Pria adalah makhluk yang kadang suka berterus terang, ceplas ceplos,
kadang lebih berani berekspresi tentang rasa daripada wanita. Sedangkan
wanita, makhluk pemalu yang kadang juga ceplas ceplos, kadang manja,
kadang misterius. *Halah … emang dah kenal mereka berdua?* Setelah
melihat dua hal itu, kukira pria dan wanita itu sama dalam rindu.
Pria sekuat apa pun akan lemah, luluh tak berdaya, ketika kerinduan itu menyerangnya. Dia bisa saja meneteskan air mata karena tak kuat dengan serangan cinta yang terus-terusan menggerogoti hati sucinya. Nah, ini yang diceritakan di banyak film tentang kepedihan sebuah perpisahan. Pria dan wanita itu sama. Sama-sama tersiksa karena cinta, dengan syarat cinta itu tumbuh secara sadar dalam hati dua makhluk itu tanpa paksaan. Tentu pernyataan ini berbeda jika cinta yang kita bahas adalah cinta dalam hati. Pernah melihat seorang pria perkasa menangis karena cinta? Saya pernah! Saya menyaksikan itu. Lirik punya lirik, eh, ternyata kangen sama kekasihnya yang ternyata hampir selingkuh. Ahai …
Nah, mesti ingat juga hukum aksi reaksi
dalam segala macam cerita kehidupan. Setiap aksi yang diberikan akan
dibalas dengan reaksi yang besarnya setara (dalam Fisika, dengan arah
yang berlawanan). So, kalo lagi kangen, gak perlu kuatir. Kalau ikatan
batin itu kuat, rasa kangen itu akan sampai pada yang bersangkutan meski
pun harus menembus hutan belantara dan padang sahara sejauh 500 km. Lha kalo gak kuat bagaimana? Yo dikuatkan to!
Nikmati kerinduan itu selagi Sahabat bisa. Nanti, Sahabat akan merasa begitu menyayangi justru setelah kehilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar