“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. QS. Ar
Rum : 41
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”. QS. Asy Syu`araa`: 183
Alam merupakan
anugerah tak terhingga yang diperuntukkan Allah SWT bagi manusia.
Perilaku-perilaku yang minus terhadap alam diantaranya, menggunduli hutan,
membuka ladang dengan cara membakar, membuang sampah sembarangan, membuang
limbah pabrik ke sungai atau laut, membangun rumah di daerah aliran sungai dan
sebagainya harus kita ubah dengan kesungguhan hati sehingga alam kembali
menjadi asri dan sedap dipandang mata. Sudah saatnya kita saling mengingatkan
betapa pentingnya peranan lingkungan bagi umat manusia. Untuk itu pendidikan
dan penyuluhan tentang lingkungan yang sehat menjadi sangat penting untuk
segera dilakukan sehingga tidak ada kesempatan bagi perilaku negatif untuk
meluas.
Islam menetapkan tujuan pokok
kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.
Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak
heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan. Paling
tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam. Kesehatan, yang terambil dari kata
sehat; dan Afiat. Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk
sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat"
dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,
sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap
badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Walaupun Islam mengenal
hal-hal tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi satu hal pokok berkaitan
dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung oleh kata afiat.
Dalam kamus bahasa Arab, kata
afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam
bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara
sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata
afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan
tujuan penciptaannya.
Kalau sehat diartikan sebagai
keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa
mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan
kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca
objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang
terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
Telah disinggung bahwa dalam
tinjauan ilmu kesehatan dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui pula oleh
pakar-pakar Islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah
Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai "ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia,
sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya),
dan memelihara serta mengembangkannya."
Memang banyak sekali tuntunan
agama yang merujuk kepada ketiga jenis kesehatan itu.Dalam konteks kesehatan
fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.: ”Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”.
Demikian Nabi
Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah,
sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan
meletakkan prinsip: ” Pencegahan lebih
baik daripada pengobatan.”
Karena itu dalam konteks
kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang
pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan. Salah satu sifat manusia yang
secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan
digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:
”Sesungguhnya
Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang
membersihkan diri.” Al- Baqarah:
222
Tobat
menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan
kesehatan fisik. Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.
adalah: “ Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah “QS
Al-Muddatstsir: 4-5.
Perintah tersebut berbarengan
dengan perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama Allah Swt.
Terdapat hadis yang amat populer tentang kebersihan yang berbunyi: ” Kebersihan adalah bagian dari iman ”.
Hadis ini dinilai
oleh sebagian ulama sebagai hadis dha'if. Kendati begitu, terdapat sekian
banyak hadis lain yang mendukung makna tersebut, seperti sabda Nabi Saw.: ” Iman, terdiri dan tujuh puluh sekian
cabang, puncaknya adalah keyakinan bahwa "Tiada Tuhan selain Allah, dan
yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dan jalan”.
Perintah menutup hidangan,
mencuci tangan sebelum makan, bersikat gigi, larangan bernafas sambil minum,
tidak kencing atau buang air di tempat yang tidak mengalir atau di bawah pohon,
adalah contoh-contoh praktis dari sekian banyak tuntunan Islam dalam konteks
menjaga kesehatan. Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw.
telah menetapkan dalam salah satu sabdanya. Apabila kalian mendengar adanya
wabah di suatu daerah, janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian
berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.
Begitu akan menjadi berarti
ketika kita bisa memberikan kontribusi demi kemaslahatan umat. Ketika kita
hanya menyalahkan masalah yang ada disekeliling kita, maka itulah masalah
sebenarnya. Bukan saatnya lagi kita terus mengkritik, tetapi bagaimana kita
bisa menjadi solusi atas setiap masalah yang ada. Syukur atas semua nikmat yang
diberikan Allah, itulah kuncinya:
“Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". QS. Ibrahim : 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar