PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Jumat, 16 November 2012

SAATNYA MEREFORMASI DIRI


        

Sungguh, kehidupan ini fana. Setiap orang akan meninggal dunia. Jabatan, kedudukan, popularitas, harta kekayaan, keluarga, kendaraan, isteri, anak-anak, dan semua lainnya ditinggal saat nyawa lepas dari badan. Semuanya tak ada yang dibawa. Hanya iman dan amal perbuatan yang membawa kita masuk kedalam keridloan Allah Rabbul ‘Âlamîn ataukah terjerumus kedalam kemurkaan-Nya.
            Karenanya, akan merugi siapapun yang tidak terikat dengan hukum syara atas dasar aqidah tauhid. Memang, manusia kadang-kadang keliru. Namun, tidak perlu frustasi. Sebab, muslim yang baik bukanlah muslim yang tidak pernah salah melainkan muslim yang segera menyadari kekeliruannya itu seraya mengubahnya dengan ketaatan kepada Allah U atas landasan aqidah tauhid. Seorang muslim adalah orang yang selalu siap mereformasi dirinya dengan tauhid. Bila tadinya jauh dari Allah U, ia bersegera mendekatinya. Tidak ditunda-tunda. Mulai di sini dan sekarang juga ! Allah Pencipta kita sejak 1400 tahun lalu mempertanyakan pada kita:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. al-Hadîd [57]: 16)

            Belumkah tiba saatnya? Ya, tentulah, sudah tiba. Telah saatnya –sebelum betul-betul terlambat- kita mereformasi diri dengan tauhid. Caranya, menjadikan aqidah Islam sebagai landasan hidup dan wujud nyatanya nampak dalam keterikatan terhadap hukum Islam. Keterikatan dalam segala hal, bukan hanya dalam perkara ritual saja. Sebaliknya, terikat pada hukum syara’ dalam segala hal. Dalam urusan keimanan (mantap dan murni atau tidak syirik), dalam urusan ibadah mahdhah (taat selalu), dalam urusan akhlaq (mulia), dalam urusan makanan dan minuman (halal dan thayib selalu), dalam urusan pakaian (menutup aurat), dalam urusan keluarga (sakinah), dalam urusan pekerjaan (profesional dengan dasar kemampuan/kafa`ah, etos kerja/himmah dan amanah), dalam urusan masyarakat (peduli), dalam muamalah (sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan) tak lepas dari hukum syara’, dalam urusan dakwah aktif terlibat dengan cara menjadi pembela Islam untuk menegakkan syariatnya di muka bumi.
            Namun, semuanya terpulang kepada diri masing-masing. Apakah mereformasi diri dengan tauhid hingga memiliki gaya hidup Islami ataukah menceburkan diri kedalam gaya hidup sekuler. Kedua pilihan tersebut ada di tangan kita. Dengan gaya hidup Islami berarti hidup untuk beribadah, landasan iman, tolok ukur perbuatan aturan Islam (halal dan haram), orientasi hidup akherat dan dunia, untuk kemuliaan diri, keluarga, umat dan perjuangan agama (dakwah) serta makna kebahagiaannya ridha Allah. Sebaliknya, dengan gaya hidup sekuler berarti hidup untuk mencari kesenangan jasmani, landasan hawa nafsu, tolok ukur perbuatan: manfaat, orientasi hidup dunia semata, hidup untuk kepentingan diri dan keluarga sendiri, makna kebahagiaan: tercapainya kepuasan jasmani. Pilihannya ada pada tangan kita !
            Satu hal yang penting, konsekuensi dari pilihan mereformasi diri dengan tauhid ataukah tidak akan menimpa diri sendiri juga. Sebagai konsekuensi dari sebuah pilihan sendiri. Kelak akan ada dua gaya hidup di akhirat, yaitu gaya hidup surga (al-jannah) dan gaya hidup neraka (an-nâr). Gaya hidup ahli surga antara lain dipan (tempat kasur) bertahta emas dan permata, berkasur empuk, minuman nikmat, buah-buahan, bidadari, perkataan baik, alam indah, air tercurah (QS. 56: 11-40; 76: 5-21), perhiasan emas, permata dan sutera, pujian kebahagiaan, tidak lelah atau lesu (QS. 35: 33-35). Sebaliknya, gaya hidup ahlu neraka antara lain siksaan angin panas, air mendidih, naungan asap hitam, makanannya pohon zaqqum (QS. 56: 41-74; 69: 36), dibinasakan, tidak hidup tidak mati, minta dikembalikan ke dunia untuk beramal (QS. 35: 36-37). 
            Sekali lagi, belumkah tiba saatnya bagi kita, orang-orang beriman, untuk tunduk total kepada Allah U atas dasar tauhid? Semoga Allah U menjadikan kita orang yang senantiasa mereformasi diri dengan tauhid sehingga menjadi pelaksana Islam dan pembelanya. Insyâ`allâh. 

Ringkasan Materi:




 




Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ