PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Kamis, 22 November 2012

ULUMUL QUR'AN


DAFTAR ISI



Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I    PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Pembahasan

BAB II   QASAM DALAM AL-QUR’AN
A.     Pengertian Qasam
B.     Huruf-huruf Qasam
C.     Unsur Qasam
D.     Macam-Macam Qasam
E.      Tujuan Qasam Dalam Al-Qur’an

BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan

Daftar Pustaka










BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
              Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Secara berangsur-angsur baik di Madinah maupun di Mekkah. Al-Qur’an juga sebagai wahyu Allah berfungsi untuk merekonstruksikan adat istiadat jahiliyah yang menyimpang dari tata nilai ketuhanan yang agung. Turunnya Al-Qur’an di Arab tidak langsung diterima oleh bangsa Arab, tetapi mengalami perlawanan yang tak henti-hentinya. Alasan mereka bahwa Al-Qur’an adalah alat propoganda yang dibuat-buat oleh Muhammad untuk menghasut masyarakat Arab agar meninggalkan sesembahan mereka. Akan tetapi, hal ini terbantahkan dengan realita bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang ‘ummi. Hal itu untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar murni dari Allah.
              Salah satu yang tak terbantahkan lagi dari Al-Qur’an adalah ketinggian bahasa dan sastra Al-Qur’an. Tidak ada seorangpun dari mereka yang mampu mendatangkan semisalnya, walaupun hanya satu ayat saja. Dan salah satu aspek kebahasaan yang menarik untuk dikaji dari Al-Qur’an adalah tentang aqsam Al-Qur’an (kata-kata sumpah yang terdapat dalam Al-Qur’an).
              Kesiapan jiwa setiap individu dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahaya berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda kejahatan, akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi sinarnya serta berusaha mengikutinya, meskipun penyampaian hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang tertutup awan kejahilan dan diliputi gelapnya kebatilan tidak akan tergoncang hatinya kecuali dengan pukulan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat. [1]  
              Qasam (sumpah) salah satu uslub pengukuhan yang dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya. Munculnya Aqsam Al-Qur’an pun tidak terlepas dari tradisi bangsa Arab pada waktu itu. Sejarah bangsa Arab menuturkan bahwa sumpah termasuk bagian dari tradisi yang telah lama dianut oleh masyarakat Arab.
            Dalam makalah ini, penulis akan mencoba membahas lebih lanjut tentang Qasam dalam Al-Qur’an. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.


B. Rumusan Masalah
              Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang menjadi fokus pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dan huruf-huruf qasam dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana unsur sighat serta macam-macam qasam dalam Al-Qur’an?
3. Apa tujuan adanya qasam dalam Al-Qur’an?


C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan huruf-huruf qasam dalam Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui unsur sighat serta macam-macam qasam dalam Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui tujuan adanya qasam dalam Al-Qur’an.














BAB II
QASAM DALAM AL-QUR’AN
                                                

A. Pengertian Qasam
              Kata aqsam adalah bentuk jamak dari kata qasam yang artinya sama dengan halaf dan yamin yaitu sumpah. Sighat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja aqsama atau ahlafa yang ditransitifkan (muta’addiy) dengan huruf  ba’. Sesuatu yang digunakan untuk bersumpah disebut muqsam bih, sesuatu yang dinyatakan dalam sumpah disebut muqsam alaihi, yang disebut juga jawab qasam.[2] Allah swt berfirman:
(#qßJ|¡ø%r&ur «!$$Î/ yôgy_ öNÎgÏZ»yJ÷ƒr&   Ÿw ß]yèö7tƒ ª!$# `tB ßNqßJtƒ ......
Artinya:“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah bahwa Allah tidak membangkitkan orang yang mati…” (QS.An-Nahl:38).
              Qasam dan yamin merupakan sinonim, yang didefinisikan dengan memperkuat maksud dan tujuan dengan menyebutkan sesuatu yang memiliki posisi yang lebih tinggi menggunakan huruf wawu atau lainnya. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi juga berpendapat bahwa qasam adalah mempertegas (kebenaran) berita dan menguatkannya. Dengan definisi seperti itu, para ulama mengategorikan surat. Al-Munafiqun ayat1 sebagai qasam.
#sŒÎ) x8uä!%y` tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# (#qä9$s% ßpkôtR y7¨RÎ) ãAqßts9 «!$# 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ y7¨RÎ) ¼ã&è!qßts9 ª!$#ur ßpkôtƒ ¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# šcqç/É»s3s9 ÇÊÈ
Artinya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta  (QS. Al-Munafiqun: 1).
               Menurut mereka, karena berfungsi sebagai taukid (menguatkan). Ayat tersebut dikategorikan sebagai qasam, sekalipun pemberitahuan dalam ayat tersebut hanya menggunakan kata syahadah (kesaksian).[3]
              Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan qasam didefinisikan sebagai pengikat jiwa agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu perbuatan, dengan suatu makna yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki (nyata) maupun secara i’tiqadi (keyakinan), oleh orang yang bersumpah itu. Bersumpah juga dinamakan dengan yamin (tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.[4]
              Kemudian, Manna’ Khalil Al-Qattan juga menjelaskan bahwa meskipun kata al-qasam bersinonim dengan kata al-yamin atau Al-Hilf, tapi ada perbedaan antara keduanya. Menurutnya, al-qasam lebih cenderung kepada sesuatu yang lebih besar dan dipandang dapat mempengaruhi jiwa, sedangkan al-yamin memiliki maksud untuk menghilangkan pertentangan atau bantahan tanpa mempengaruhi jiwa. Namun dapat dikatakan bahwa kata qasam lebih umum dan lebih sering digunakan dari pada dua kata tersebut diatas.
              Dari penjelasan defenisi di atas, qasam dapat di formulasikan sebagai suatu cara atau ungkapan tertentu untuk menyakinkan orang yang diajak bicara tentang kebenaran yang disampaikan oleh orang yang melaksanakan sumpah.

B.     Huruf-huruf Qasam
              Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam ada tiga, yaitu:
a.  Huruf wawu. Seperti terdapat dalam surah Yasin
û Éb#uäöà)ø9$#ur ÉOÅ3ptø:$# ÇËÈ
Artinya:  Demi Al Quran yang penuh hikmah.
            Sumpah yang menggunakan huruf wawu tidak perlu menggunakan lafazh aqsama, dan ahlafa, sesudahnya harus menggunakan kata yang jelas, bukan pengganti (dhamir). Seperti Firman Allah swt:
Éb>uuqsù Ïä!$uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ¼çm¯RÎ) A,yss9 Ÿ@÷WÏiB !$tB öNä3¯Rr& tbqà)ÏÜZs? ÇËÌÈ
Artinya: Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhya yang dijanjikan itu adalah benar (akan terjadi ) seperti perkataan yang kamu ucapkan ( QS. Az-Dzariyat: 23).

b. Huruf Ba. Seperti Firman swt:
Iw ãNÅ¡ø%é& ÏQöquÎ/ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ÇÊÈ
Artinya: Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS. Al-Qiyamah: 1).
Bersumpah dengan menggunakan huruf ba bisa disertai kata yang menunjukkan sumpah dan boleh juga tidak menyertakan kata sumpah. Sebagaimana Firman Allah swt:
tA$s% y7Ï?¨ÏèÎ6sù öNßg¨ZtƒÈqøî_{ tûüÏèuHødr& ÇÑËÈ
Artinya: Iblis menjawab ”Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semua (QS. Shad: 82).
              Sumpah dengan menggunakan huruf ba, bisa menggunakan kata terang, dan bisa pula menggunakan kata pengganti ( dhamir ). Sebagaimana dalam ucapan keseharian: Allah adalah Tuhanku, saya bersumpah dengan Nya, Dia benar-benar akan menolong orang mukmin.
             
c. Huruf Ta. Seperti Firman swt:
 «!$$s? £`è=t«ó¡çFs9 $£Jtã óOçFZä. tbrçŽtIøÿs? ÇÎÏÈ
Artinya: Demi Allah sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (QS. An-Nahl: 56)
              Sumpah dengan menggunakan huruf ta tidak boleh menggunakan kata yang menunjukkan sumpah dan sesudah ta harus disebutkan kata Allah atau Tuhan atau Rabb.[5]

C. Unsur-unsur Qasam
               Adapun unsur-unsur qasam terdiri dari ada tiga yaitu: Fi’il qasam yang di muta’addikan dengan huruf ba’, Muqsam bih (penguat sumpah yaitu harus diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah), dan Muqsam ‘alaihi (berita yang diperkuat dengan sumpah itu yaitu ucapan yang ingin agar dipercaya oleh orang yang mendengarkan).
1.  Fi’il qasam                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
              Dalam Al-Qur’an sumpah tidak selalu lengkap mencakup ketiga unsur tersebut. Terkadang  fi’il qasamnya dibuang,  diganti dengan huruf  ba’ saja. Akan tetapi, penggunaan huruf ba’ hanya terjadi jika fi’il qasamnya disebutkan. Sebagai contoh dapat dijumpai dalam surat Al-Nur ayat 53.
* (#qßJ|¡ø%r&ur «!$$Î/ yôgy_ öNÍkÈ]»yJ÷ƒr& 4
Artinya:  Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah
Terkadang huruf ba’ diganti denagan huruf wawu, bahkan ada juga diganti dengan huruf ta’.Seperti contoh dalam surat Al-layl ayat 1 dan surat Al-Anbiya ayat 57.[6]
È@ø©9$#ur #sŒÎ) 4Óy´øótƒ ÇÊÈ
Artinya:  Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) ( QS. Al-Lail: 1 ).
«!$$s?ur ¨byÅ2V{ /ä3yJ»uZô¹r&
Artinya:  Demi Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu ( QS. Al-Anbiya: 57 ).

2. Muqsam bih
            Allah bersumpah dengan zat-Nya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan aya-ayat-Nya yang memantapkan eksistensi-Nya. Dan sumpah-Nya dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk salah satu ayat-Nya yang besar.[7] Akan tetapi menurut Az-Zarkasyi dapat diringkas dengan mengkategorikan menjadi 3 macam yaitu: 
a. muqsam bih berupa dzat Allah. Dalam Al-Qur’an ada 7 tempat, yaitu dalam QS. An-Nisa’: 65, Adz-Dzariyat: 23, Yunus: 53, At-Taghabun: 7, Maryam: 68, Al-Hijr: 92, Al-Ma’arij: 40. Manna Al Qattan tidak memasukkan Adz-Dzariyat: 23. Ia menggantinya dengan Saba’:3.[8]
b. muqsam bih berupa perbuatan (proses kerja-Nya) Allah, Hal ini terdapat dalam QS. Asy-Syams: 5-7.
ÏäÏ$uK¡¡9$#ur $tBur $yg9t^t/ ÇÎÈ ÇÚöF{$#ur $tBur $yg8yssÛ ÇÏÈ <§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ
Artinya: Dan langit serta pembinaannya (5). Dan bumi serta penghamparannya (6). Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) (7).

c. muqsam bih berupa makhluk Allah atau hasil kerja-Nya. Sangat banyak digunakan dalam Al-Qu’ran seperti buah tin, gunung dan kota (QS. At  Tin: 1-3), masa/waktu (QS Al‘Ashr: 1). Ada pula muqsam bih yang menggunakan umur nabi Muhammad SAW,  yakni dalam QS Al Hijr: 72.
x8ãôJyès9 öNåk¨XÎ) Å"s9 öNÍkÌEtõ3y tbqßgyJ÷ètƒ ÇÐËÈ
   Artinya: Demi umurmu. (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan). (Q.S. Al Hijr : 72).
d. Muqsam bih yang menggunakan Al-Qur’an ditemukan dalam QS Yasin: 2, Shad: 1, Qaf:1, dan yang menggunakan Al-Kitab terdapat dalam Az-Zukhruf: 2 dan Ad-Dukhan: 2 dengan lafazh yang sama.
É=»tGÅ3ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ
Artinya: Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menerangkan ( Zukhruf: 2 ).

Ibn Abu Hatim meriwayatkan dari Al-Hasan  berkata, sesungguhnya Allah swt berhak bersumpah dengan apa saja dari makhluk-Nya. Namun tidak ada seorang makhluk pun yang berhak untuk bersumpah kecuali dengan nama-Nya. Selain itu, Ibn Abbas mengatakan Allah juga bersumpah dalam hal yang berkenaan dengan pokok-pokok keimanan, berkenaan dengan tauhid, kebenaran Al-qur’an, kebenaran misi kenabian, pembalasan, janji dan ancaman, serta hal yang berkenaan dengan manusia.[9]
Sedangkan menurut Supiana dan M. Karman, jika dicermati Al-qur’an secara seksama, khususnya yang berkaitan dengan muqsam bih ada delapan macam:
a. Dengan Zat Allah
b. Dengan kehidupan Nabi Muhammad, terdapat dalam tiga ayat: QS. Saba’: 3, QS. Yunus: 53, QS. At-Taghabun: 7.
c. Dengan Nabi Muhammad, dalam QS. Al-Hijr:72.
d. Dengan hari Kiamat, dalam QS. Al-Qiyamah: 1
e. Dengan Al-qur’an dan nama-nama lainnya, QS. Yasin: 2, QS. Shad: 1, QS. Qaf:1, QS. Az-Zukhruf: 2 dan QS. Ad-Dukhan: 2.
f. Dengan waktu: QS. Ad-Dhuha: 1, QS. Al-’Ashr: 1.
g. Dengan makhluk berupa benda-benda angkasa: dapat dijumpai QS. Asy-Syams:1, QS. An-Najm: 1, QS. Al-Fajr: 1.
h. Dengan makhluk berupa benda-benda di bumi, seperti pohon Tin dan Zaitun.[10]

3. Muqsam ‘Alaih
Qasam bermaksud untuk mentaukidkan (mengukuhkan) dan mewujudkan muqsam ‘alaihi, maka hendaknya hal-hal yang patut diadakan  qasam seperti masalah yang jauh dan tersembunyi jika bermaksud menetapkan adanya. Adapun yang harus dipenuhi oleh Muqsam ‘alaih agar bisa diterima yaitu :
a. Muqsam ‘alaihi harus berita yang baik, terpuji atau hal-hal penting.
b. Muqsam ‘alaihi harus disebutkan jika terlalu panjang boleh dibuang, seperti    dalam QS. At-Takatsur: 5.
c. Jika jawab qasamnya berupa fi’il madhi mutasahrrif yang positif (tidak dinegatifkan) maka harus dimasuki huruf lam atau qad. Dan salah satu keduanya tidak boleh dihilangkan kecuali jika kalimat terlalu panjang.
d. Qasam dalam Al-Qur’an adakalanya dengan menggunakan nama Allah SWT dan ada kalanya dengan nama selain Allah yang mempunyai nilai tersendiri. Qasam digunakan untuk mempertegas pendapat atau argumentasi terhadap mereka yang meragukan apa yang disampaikan.[11]


D. Macam-Macam Qasam
              Qasam dibagi menjadi dua yaitu:
Ø Zhahir, ialah qasam sumpah yang didalamnya disebut fi’il qasam dan muqsam bihi. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jar berupa ba, wawu dan ta. Dan ada juga yang didahului ‘la nafy seperti:
لاأقسم بيوم القيمة (1) ولا اقسم با لنفس اللوا مة (2) [القيا مة 1-2]
Artinya: “Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-kali , Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (Al-Qiyamah:1-2)
Ø Mudhmar, yaitu qasam yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetepi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk dalam jawab qasam, seperti firman Allah:
لتبلون فى أموا لكم وأنفسكم (ال عمران:186)
Artinya: “ Kamu sunguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” (QS. Ali Imran:186)

E. Tujuan Qasam Dalam Al-Qur’an
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa. Dalam penurunan al-Qur’an ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah, guna menghilangkan keraguan dan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
Menurut Manna Al-Qattan, tujuan Aqsam dalam Al-Qur’an adalah :
Pertama, untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih. Karena itu, muqsam ‘alaih berupa sesuatu yang layak untuk djadikan sumpah, seperti hal-hal yang bersembunyi, jika qasam itu dimaksudkan untuk menetapkan keberadaannya. Kedua, Untuk menjelaskan tauhid atau untuk menegaskan kebenaran Al-Qur’an. Allah tidak bersumpah dengan nama-Nya saja, namun dengan makhluk-makhluk-Nya. Sedangkan manusia tidak boleh bersumpah kecuali atas nama Allah. [12]      
              Menurut Az-Zarkasyi, bahwa sumpah Allah dengan umur Nabi Muhammad saw adalah untuk menunjukkan keagungan pribadi Nabi dan ketinggian posisinya di sisi Allah. Jadi, secara umum, qasam Allah dengan sesuatu adalah untuk menunjukkan keutamaan atau kemanfaatannya.[13]
              Ahmad Badawi, mengemukakan bahwa sumpah Allah dengan Dzat-Nya adalah untuk menunjukkan ke-Mahabesaran-Nya, sedangkan sumpah Allah dengan mengatasnamakan makhlukNya menunjukkan bahwa pada muqsam bih yang digunakan terdapat unsur-unsur tertentu yang perlu diperhatikan dan dikaji lebih jauh bagi kemaslahatan manusia itu sendiri, di samping memikirkan penciptaannya obyek sumpah tersebut perlu pengkajian dan pemahaman lebih lanjut, karena biasanya adalah suatu yang sangat penting, namun kurang dipahami oleh kebanyakan orang.






























BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
                    Aqsam adalah jama’ dari isim masdar qasam yang berarti memperkuat maksud sesuatu dengan menyebutkan sesuatu yang memiliki posisi yang lebih tinggi. Dalam hal ini kata sumpah yang diwujudkan dengan huruf wawu, ba’, ta’. Selain itu tujuan Aqsam dalam Al-Qur’an adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan lafadz yang dibuat sumpah (muqsam ‘alaihi) dan untuk menjelaskan taukid atau untuk menegaskan kebenaran Al-Qur’an.
              Adapun sighat Qasam yang asli itu terdiri dari ada tiga yaitu: Fi’il qasam yang di muta’addikan dengan huruf ba’, Muqsam bih (penguat sumpah yaitu harus diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah), dan Muqsam ‘alaihi (berita yang di perkuat dengan sumpah itu yaitu ucapan yang ingin agar dipercaya oleh orang yang mendengarkan).
            Qasam dalam Al-Qur’an ada dua macam,yaitu qasam zhahir dan qasam mudhmar. Qasam zhahir ialah qasam sumpah yang didalamnya disebut fi’il qasam dan muqsam bihi. Sedangkan qasam mudhmar, yaitu qasam yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk dalam jawab qasam.




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.

Az-Zarkasyi, Al Burhan Fi ‘Ulumil Qur’an, Beirut: Dar Ihya’ Al Kutub Al Arabiyah, 1958.

Hamzah Mukotob, Study Al-Qur’an Komprehensif, Yogyakarta: Gema media, 2003.

Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu  Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001.

Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yokyakarta: Bhakti Prima Yasa, Cet. II, 2003.

Muhammad Ibn Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet. I, 2003.

            Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet. I, 2002.







[1] Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu  Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001. hal. 413.



[2] Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Islamika, Cet. I, 2002, hal. 265.


[3] Muhammad Ibn Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet. I, 2003. hal. 254.

[4] Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu...  hal. 414.


[5] Muhammad bin Abdullah Al Utsaimin, Dasar-dasar Penafsiran Al-Qur’an, Semarang: Dina Utama, 1972, hal. 68

[6] Supiana dan M. Karman, Ulumul..., hal. 267.

[7]   Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006, hal. 366.

[8] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yokyakarta: Bhakti Prima Yasa, Cet. II, 2003, hal. 137


[9] Muhammad Ibn Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu...,  hal. 257.



[10] Supiana dan M. Karman, Ulumul..., hal. 268.

[11] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi..., hal. 369-372.

[12] Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu..., hal. 415

[13] Az-Zarkasyi, Al Burhan Fi ‘Ulumil Qur’an, Beirut: Dar Ihya’ Al Kutub Al Arabiyah, 1958, hal. 42

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ