PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Sabtu, 15 Desember 2012

PENDAHULUAN


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Usaha peternakan di Indonesia memberikan kontribusi dalam mendukung kebutuhan akan protein hewani. Salah satu produk peternakan yang ada dan terus mengalami peningkatan permintaan adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 menjadi 6,80 kg/kapita pada tahun 2005 dan menjadi 7,00 kg/kapita pada tahun 2010 (Astuti, 2010)
Menurut departemen pertanian 2009, Produksi susu di Indonesia menempati peringkat ketiga terbesar dalam produksi nasional pada subsektor peternakan, yaitu sebesar 13,58 persen. Konsumsi susu masyarakat Indonesia terus meningkat dari 888. 758 ton pada tahun 2001 menjadi 1.758.243 ton pada tahun 2007. Kecepatan peningkatan konsumsi susu nasional tersebut tidak selaras dengan peningkatan produksi susu nasional, yang dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk Indonesia, sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan impor susu dari negara lain terutama Australia (Nasrul, 2010). Produksi susu sapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, genetik, management pemeliharaan, periode kering, umur, dan masa laktasi. Ditinjau dari faktor masa laktasi tiap ekor sapi, pada laktasi awal laktasi produksi susu meningkat dengan sampai laktasi ke empat. Pada fase ini bila konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat pakan untuk produksi susu, maka jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu kandungan protein dalam pakan merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi konsumsi pakan selama periode ini membantu kebutuhan protein untuk produksi susu sehingga mobilisasi jaringan tubuh dapat dicegah (Nisman, 2011).
Menurut Tillman et al., 1998, Konsentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak. Konsentrat dapat pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dicampur sebagai suplemen atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 1997). Pemberian pakan konsentrat dengan kandungan protein 30% dengan bahan - bahan yang digunakan terdiri dari  bekatul dengan protein 12%, bungkil kedelai 41,3%, pollard 16,1%, kalsium, molases, garam, mineral, dan vitamin, diharapkan agar protein yang masuk dalam rumen lebih banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein untuk sintesis protein susu sapi perah dan meningkatkan konversi pakan. Berdasarkan pendapat Murtidjo (1990), bahwa konversi pakan normal adalah sekitar 8,56- 9,22. Konversi pakan yang lebih dari kisaran tersebut terjadi karena pakan yang dicerna sapi tidak bisa tercerna dengan maksimal..
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang dijelaskan tersebut maka penelitian ini akan dibuat suatu formula terdiri atas formula A yaitu ampas tahu, menurut Suryahadi (1990), ampas tahu sebagai sumber protein yang mudah terdegradasi didalam rumen, mengandung serat kasar rendah, sehingga mudah untuk dicerna, kandungan bahan kering 16% dan protein 3,8%. dan formula B yaitu konsentrat komersial diperkaya denganby-pass protein, sehingga tidak terdegradasi didalam rumen. Mengandung protein 30,4%, bahan kering 91,2%, dan serat kasar lebih tinggi dari ampas tahu sebesar 13,4%. Kedua formula tersebut akan berikan pada sapi dengan masa laktasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap konversi pakan dan kadar protein susu.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu :
1.      Apakah sapi yang diberi pakan konsentrat komersial dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu?
2.      Apakah pemberian pakan konsentrat komersial dengan masa laktasi yang berbeda dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu?
3.      Apakah ada interaksi antara pemberian konsentrat komersial dengan masa laktasi yang berbeda terhadap perbaikan konversi pakan dan peningkatkan protein susu?

1.3 Landasan Teori
Pemberian pakan sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam usaha sapi perah karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang lebih, sehingga akan mampu meningkatkan produksi susu (Sodiq dan Abidin, 2002).
Bahan pakan yang digunakan dalam formula konsentrat protein tinggi adalah bekatul, kalsium, molases, bungkil kedelai, garam, pollard, mineral, vitamin, dan aroma. Konsentrat ini mempunyai kandungan protein seimbang dan diperkaya dengan by-pass protein, kandungan vitamin dan trace element, yang diperkuat dengan vitamin E yang berfungsi untuk mengontrol keutuhan sel dan oksidasi. Pakan ini juga memiliki aroma yang spesifik sehingga dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan kualitas cerna pakan lokal dan rumput. Kandungan nutrisi pakan konsentrat komersial bentuk pellet untuk sapi: protein: 30%, lemak: 13,41%, serat kasar: 13,41%, abu : 9,95%, kadar air: 11%, kalsium: 2,7%, fosfor :0,9% (Evialis, 2011).
Pakan yang mengandung bahan pakan by pass protein mengakibatkan pakan lebih mudah dicerna terutama pada lambung abomasum. Protein yang tidak terdegradasi akan masuk ke dalam abomasum dan usus halus yang kemudian diserap oleh tubuh dalam bentuk asam amino, sedang yang tidak terserap akan dibuang menjadi feses (Orskov, 1998; Frandson, 1994). Suplementasi protein yang tidak terdegradasi bertujuan untuk meningkatkan jumlah protein dan asam amino untuk dicerna dan diserap didalam usus halus yang akhirnya dapat meningkatkan sintesis protein susu (Henson et al., 1997). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa protein yang tidak terdegradasi dapat meningkatkan produksi susu dan kadar lemak serta protein susu (Budi dkk, 2001).
Pencernaan protein yang terdegradasi maupun tidak terdegradasi akan berpengaruh terhadap nilai konversi pakan. Secara umum konversi pakan adalah jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan produk dalam jumlah tertentu (Santoso, 1987). Konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kadar protein ransum, energi, metabolisme, komposisi zat-zat dalam ransum, umur, besar tubuh, bangsa, kesehatan, suhu lingkungan, konsumsi bahan kering, dan produksi susu (Parakkasi, 1986).

1.4.  Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1.      Konversi pakan dan protein susu sapi perah yang diberi pakan konsentrat komersial.
2.      Konversi pakan dan protein susu sapi perah dengan masa laktasi yang berbeda.
3.      Interaksi antara pemberian konsentrat komersial dengan masa laktasi yang berbeda terhadap perbaikan konversi pakan dan peningkatkan protein susu.

1.5. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat peternak dan sebagai bahan pertimbangan tentang pengaruh pemberian konsentrat komersial terhadap konversi dan peningkatan protein susu sapi perah.


1.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
1.      Pemberian pakan konsentrat komersial dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu.
2.      Pemberian pakan konsentrat komersial pada sapi perah dengan masa laktasi yang berbeda dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu.
3.      Terdapat interaksi antara pemberian konsentrat komersial dengan masa laktasi sapi perah yang berbeda dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu.

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ