BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Usaha peternakan di
Indonesia memberikan kontribusi dalam mendukung kebutuhan akan protein hewani.
Salah satu produk peternakan yang ada dan terus mengalami peningkatan
permintaan adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan
konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada
tahun 2001 menjadi 6,80 kg/kapita pada tahun 2005 dan menjadi 7,00 kg/kapita
pada tahun 2010 (Astuti, 2010)
Menurut departemen
pertanian 2009, Produksi susu di Indonesia menempati peringkat ketiga terbesar
dalam produksi nasional pada subsektor peternakan, yaitu sebesar 13,58 persen.
Konsumsi susu masyarakat Indonesia terus meningkat dari 888. 758 ton pada tahun
2001 menjadi 1.758.243 ton pada tahun 2007. Kecepatan peningkatan konsumsi susu
nasional tersebut tidak selaras dengan peningkatan produksi susu nasional, yang
dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk
Indonesia, sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan impor susu
dari negara lain terutama Australia (Nasrul, 2010). Produksi susu sapi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, genetik, management pemeliharaan,
periode kering, umur, dan masa laktasi. Ditinjau dari faktor masa laktasi tiap
ekor sapi, pada laktasi awal laktasi produksi susu meningkat dengan sampai
laktasi ke empat. Pada fase ini bila konsumsi pakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat-zat pakan untuk produksi susu, maka jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu kandungan protein dalam
pakan merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi
konsumsi pakan selama periode ini membantu kebutuhan protein untuk produksi
susu sehingga mobilisasi jaringan tubuh dapat dicegah (Nisman, 2011).
Menurut Tillman et
al., 1998, Konsentrat adalah pakan ternak
yang mengandung serat kasar rendah dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna
oleh ternak. Konsentrat dapat pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang
dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dicampur sebagai suplemen
atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 1997). Pemberian pakan konsentrat dengan kandungan protein 30%
dengan bahan - bahan yang digunakan terdiri dari bekatul dengan protein 12%, bungkil kedelai
41,3%, pollard 16,1%, kalsium, molases, garam, mineral, dan vitamin, diharapkan
agar protein yang masuk dalam rumen lebih banyak sehingga dapat memenuhi
kebutuhan protein untuk sintesis protein susu sapi perah dan meningkatkan
konversi pakan. Berdasarkan pendapat Murtidjo (1990), bahwa konversi pakan
normal adalah sekitar 8,56- 9,22. Konversi pakan yang lebih dari kisaran
tersebut terjadi karena pakan yang dicerna sapi tidak bisa tercerna dengan
maksimal..
Berdasarkan latar
belakang permasalahan seperti yang dijelaskan tersebut maka penelitian ini akan
dibuat suatu formula terdiri atas formula A yaitu ampas tahu, menurut Suryahadi
(1990), ampas tahu sebagai sumber protein yang mudah terdegradasi didalam rumen,
mengandung serat kasar rendah, sehingga mudah untuk dicerna, kandungan bahan
kering 16% dan protein 3,8%. dan formula B yaitu konsentrat komersial diperkaya
denganby-pass protein, sehingga tidak terdegradasi didalam rumen.
Mengandung protein 30,4%, bahan kering 91,2%, dan serat kasar lebih tinggi dari
ampas tahu sebesar 13,4%. Kedua formula tersebut akan berikan pada sapi dengan
masa laktasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap konversi pakan
dan kadar protein susu.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu
:
1.
Apakah sapi yang
diberi pakan konsentrat komersial dapat memperbaiki konversi pakan dan
meningkatkan protein susu?
2.
Apakah pemberian pakan konsentrat komersial dengan masa laktasi yang berbeda dapat
memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu?
3. Apakah ada interaksi antara pemberian konsentrat komersial dengan masa
laktasi yang berbeda terhadap perbaikan konversi pakan dan peningkatkan protein
susu?
1.3 Landasan Teori
Pemberian pakan
sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam usaha
sapi perah karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang lebih,
sehingga akan mampu meningkatkan produksi susu (Sodiq dan Abidin, 2002).
Bahan pakan yang
digunakan dalam formula konsentrat protein tinggi adalah bekatul, kalsium, molases,
bungkil kedelai, garam, pollard, mineral, vitamin, dan aroma. Konsentrat ini
mempunyai kandungan protein seimbang dan diperkaya dengan by-pass
protein, kandungan vitamin dan trace element, yang diperkuat dengan
vitamin E yang berfungsi untuk mengontrol keutuhan sel dan oksidasi. Pakan ini
juga memiliki aroma yang spesifik sehingga dapat merangsang nafsu makan dan
meningkatkan kualitas cerna pakan lokal dan rumput. Kandungan nutrisi pakan
konsentrat komersial bentuk pellet untuk sapi: protein: 30%, lemak: 13,41%,
serat kasar: 13,41%, abu : 9,95%, kadar air: 11%, kalsium: 2,7%, fosfor :0,9%
(Evialis, 2011).
Pakan yang mengandung bahan pakan by pass protein mengakibatkan
pakan lebih mudah dicerna terutama pada lambung abomasum. Protein yang tidak
terdegradasi akan masuk ke dalam abomasum dan usus halus yang kemudian diserap oleh
tubuh dalam bentuk asam amino, sedang yang tidak terserap akan dibuang menjadi feses (Orskov,
1998; Frandson, 1994). Suplementasi protein yang tidak terdegradasi bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein dan asam amino untuk dicerna dan diserap
didalam usus halus yang akhirnya dapat meningkatkan sintesis protein susu
(Henson et al., 1997). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa protein yang tidak
terdegradasi dapat meningkatkan produksi susu dan kadar lemak serta protein
susu (Budi dkk, 2001).
Pencernaan protein yang terdegradasi maupun tidak terdegradasi akan
berpengaruh terhadap nilai konversi pakan. Secara umum
konversi pakan adalah jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan produk
dalam jumlah tertentu (Santoso, 1987). Konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain : kadar protein ransum, energi, metabolisme, komposisi
zat-zat dalam ransum, umur, besar tubuh, bangsa, kesehatan, suhu lingkungan,
konsumsi bahan kering, dan produksi susu (Parakkasi, 1986).
1.4. Tujuan penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Konversi pakan dan protein susu sapi perah yang diberi pakan konsentrat
komersial.
2. Konversi pakan dan protein susu sapi perah dengan masa laktasi yang
berbeda.
3. Interaksi antara pemberian konsentrat komersial dengan masa laktasi yang
berbeda terhadap perbaikan konversi pakan dan peningkatkan protein susu.
1.5. Manfaat
penelitian
Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat peternak
dan sebagai bahan pertimbangan tentang pengaruh pemberian konsentrat komersial
terhadap konversi dan peningkatan protein susu sapi perah.
1.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut :
1.
Pemberian pakan konsentrat komersial dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu.
2. Pemberian pakan konsentrat komersial pada sapi perah dengan masa laktasi
yang berbeda dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan protein susu.
3. Terdapat interaksi antara pemberian konsentrat komersial dengan masa
laktasi sapi perah yang berbeda dapat memperbaiki konversi pakan dan meningkatkan
protein susu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar