PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Selasa, 18 Desember 2012

Pendekatan Pembelajaran Agama Islam Bagi Siswa Pedesaan Dan Perkotaan Pada SMA Negeri 1 Peukan Bada






BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang keberhasilan proses pendidikan, kepala sekolah, guru, peserta didik, sarana-prasarana dan lingkungan harus saling mendukung. Namun diantara sumber daya pendidikan tersebut yang lebih dominan berperan dalam menunjang keberhasilan ini adalah guru. Guru berfungsi sebagai pembimbing untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan. Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.[1]
1
 
Dengan demikian, guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pendidikan untuk mengembangkan, membina kepribadian, kemampuan dan keterampilan serta kecerdasan bangsa. Dalam rangka peningkatan kemampuan kompetensi siswa serta terarahnya perubahan perilaku positif inilah, maka perlu adanya upaya optimal dalam sistem belajar mengajar. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia.
Dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang berkualitas dalam pembelajaran maka seorang guru perlu pengetahuan tentang metodologi mengajar (macam-macam metode) penyajian pelajaran di muka kelas.[2]  Atau dengan kata lain berkaitan dengan pendekatan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kepada siswa. Sehingga diharapkan  dapat memberikan spirit kepada kita manusia agar dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kode etik[3] profesinya, karena pekerjaan yang dilaksanakannya itu, akan dilihat, dinilai dan dievaluasi oleh orang di sekitarnya, tentunya sangat berkaitan dengan kualitas, yang sangat berpengaruh dalam melahirkan pendidikan yang berkualitas.
Pendekatan yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan untuk mencegah suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan, akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.[4] Karena metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.[5]
Sikap seorang guru terhadap profesinya adalah sebuah kewajiban yang mesti dijiwai dan dijalankan dalam setiap kegiatan pendidikan serta ikut menta’ati kode etik profesi dan memiliki kompetensi sebagaimana telah diatur dengan sistematis, karena kode etik itu sendiri sebagai norma atau asas yang telah disepakati oleh sekolompok orang tertentu sebagai landasan tingkah laku.[6] Disamping itu juga guru harus menjadi tempat siswa mengadu dan mengembangkan kesadarannya untuk menerima tantangan hidup dan mampu memecahkan berbagai problema kehidupan yang ada disekitarnya.[7]
Perbedaan status keluarga siswa atau letak geografis daerah tentunya akan muncul beragam karakter siswa, dalam hal ini seperti siswa yang berada di pedesaan dengan pribadi siswa yang berada di perkotaan. Kehidupan di desa yang masih alami dan tingginya solidaritas sosial merupakan salah satu perbedaan dengan kehidupan perkotaan yang sering didapati dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga halnya dengan kerasnya hidup di perkotaan terhadap berbagai macam pengaruh moral akibat dari pergaulan, tentunya sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh kepada siswa khususnya bagi mareka-mareka yang masih dangkal pengetahuan agama dan lemahnya pengontrolan keluarga serta pendekatan pembelajaran agama oleh guru di sekolah yang tidak sesuai dengan kepribadiaan siswa.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran agama Islam merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap kesuksesan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sehingga dapat diduga bahwa masih rendahnya pendekatan pembelajaran agama Islam, dalam hal ini guru-guru SMA Negeri 1 Peukan Bada. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang  Pendekatan Pembelajaran Agama Islam  Bagi Siswa Pedesaan Dan Perkotaan Pada SMA Negeri 1 Peukan Bada


B.      Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimana perencanaan pendekatan pembelajaran pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disusun guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar?
  2. Bagaimanakah jenis pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh guru dam proses belajar mengajar?
Kajian ini dibatasi dengan pembatasan masalah agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan pendekatan pembelajaran, perencanaan dan jenis pendekatan yang dilakukan oleh guru.


C.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan terhadap pembelajaran, antara lain:
1.                                                                              Untuk mengetahui perencanaan terhadap pendekatan pembelajaran.
2.                                                                              Untuk mengetahui jenis pendekatan pembelajaran agama Islam pada
umumnya yang dilaksanakan oleh guru.
Sedangkan Kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut: 
1. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak terkait dengan lembaga pendidikan, terutama:
a.       Guru; khususnya guru pendidikan agama Islam sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan sikap terhadap profesinya dan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
b.      Kepala sekolah; sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran pada lembaganya.
2. Secara Akademis
Secara akademis sebagai wawasan teoritis diharapkan dapat mengungkapkan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan guru dan pendekatan pembelajaran baik berhubungan dengan perencanaan dan jenis pendekatan yang dilakukan.



D. Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, melalui metode deskriptif  peneliti meneliti secara menyeluruh terhadap gejala yang terjadi dilokasi penelitian sesuai dengan fokus permasalahan. Pendekatan kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mareka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mareka tentgang dan ia sekitarnya.[8]
Beradasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan mengkonsentrasikan perhatian untuk memahami perilaku, sikap, pendapat dan persepsi berdasarkan pandangan subjek yang diteliti. Oleh karena itu, pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung dengan subjek dilapangan.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk meliput data dalam penelitian. Untuk memperoleh data tersebut peneliti mengunakan instrumen dokumentasi, dan wawancara. Agar data yang diperoleh lebih valid, peneliti melihat  dokumentasi yang dipersiapkan responden. Berdasarkan prosedur pengumpulan data, maka data penelitian diperoleh melalui dokumentasi, observasi dan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif dengan alasan agar hasil yang diperoleh mencerminkan fakta dan kenyataan yang sebenarnya.
Dengan demikian dalam proses analisis data kualitatif memerlukan daya kreatif dan kemampuan intelektual yang tinggi dari peneliti untuk mengelola data tersebut sehingga mengetahui mekananya. Dalam penelitian kealitatif pada hakekatnya tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data, sehingga oleh peneliti mencari sendiri metode yang dirasakan lebih cocok dengan masalah penelitian.




[1] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 10.

[2] Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodelogi Pengajaran  Agama dan  Bahasa Arab, (Jakarta: Raja  Grafindo Persada, 1995), hal. 5.

[3] Yang dimaksud dengan kode etik disini adalah norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku. Lihat. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 788.

[4] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 1.

[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 115.

[6] M.Amin Thaib Br, dkk, Profesionalisme Pelaksanaaan Pengawasan Pendidikan, Jakarta: DEPAG.RI, 2005), hal. 20.

[7]  Soelaeman, Menjadi Guru, (Bandung: Diponegoro, 1985), hal. 28.

[8]  S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik, (Bandung: Tarsita, 1998)hal. 5.

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ