Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi akhirnya meluncurkan serangan udara ke Yaman pada Rabu (25/3) guna membantu pemerintah negara tetangganya tersebut melawan agresi kelompok pemberontak Houthi. Menurut Duta Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, operasi tersebut akan dilakukan di berbagai daerah.
"Kami bertekad untuk melindungi pemerintah Yaman yang sah. Kekalahan Yaman bukan pilihan bagi kami atau bagi rekan koalisi kami," ujar Al-Jubeir kepada CNN.
Sementara itu, seorang diplomat senior Arab memastikan bahwa Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) akan segera merilis pernyataan bahwa Yaman meminta bantuan militer dan GCC siap untuk berkontribusi. Pernyataan tersebut akan ditandatangani oleh seluruh negara anggota GCC kecuali Oman.
Tak hanya itu, Arab dan beberapa pejabat senior dari AS menyatakan bahwa tim koordinasi AS sudah berada di Arab Saudi. Sumber anonim tersebut belum memberikan rincian jelas apa yang akan mereka lakukan. Namun, kemungkinan mereka akan meminta bantuan udara AS, citra satelit, dan hasil pantauan intelijen lain.
"Kami dapat membantu logistik dan intelijen dan hal semacam itu, tapi tidak akan ada intervensi militer oleh AS," ucap pejabat senior tersebut.
Menguatkan pernyataan pejabat AS tersebut, Al-Jubeir juga memastikan bahwa AS tidak akan terlibat dalam serangan udara melawan Houthi. Koalisi serangan udara tersebut terdiri dari 10 negara yang berarti akan melibatkan pihak lain di luar enam anggota GCC.
"Kami harap kebijaksanaan akan menaungi Houthi dan mereka akan mengambil bagian dalam proses politik ketimbang terus melakukan pendekatan radikal dalam upaya mengambil alih Yaman dan menghancurkannya," kata Al-Jubeir.
Pemberontak makin kuat
Pada Rabu pagi, Houthi berhasil merebut sebagian besar kota pelabuhan Aden di dekat pangkalan udara Yaman. Menjelang siang, mereka juga berhasil menduduki pangkalan udara al-Anad yang sebelumnya merupakan basis pasukan AS sebelum akhirnya ditarik pulang.
Akhirnya, Houthi berhasil menguasai Aden, sangat dekat dengan tempat Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi melarikan diri.
Lokasi presiden tidak jelas
Informasi keberadaan Hadi hingga saat ini masih simpang siur.
"Kami tidak mengetahui keberadaan presiden saat ini," ujar perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Yaman, Jamal Benomar.
Kendati demikian, salah satu Juru Bicara Houthi, Mohammed AlBukhaiti, mengatakan bahwa Hadi sudah meninggalkan Aden saat kelompok Houthi mulai bergerak ke sana.
Salah satu Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri AS, Jen Psaki, juga mengatakan, "Sangat jelas (Hadi) pergi secara sukarela." Menurutnya, keadaan di Yaman menyebabkannya harus pergi dan Houthi tidak mengusirnya.
Dengan direbutnya Aden, posisi Houthi semakin kuat sejak Januari lalu mengudeta istana kepresidenan Yaman di Sanaa dan memaksa Hadi untuk mundur dari jabatannya. (stu/stu)
"Kami bertekad untuk melindungi pemerintah Yaman yang sah. Kekalahan Yaman bukan pilihan bagi kami atau bagi rekan koalisi kami," ujar Al-Jubeir kepada CNN.
Sementara itu, seorang diplomat senior Arab memastikan bahwa Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) akan segera merilis pernyataan bahwa Yaman meminta bantuan militer dan GCC siap untuk berkontribusi. Pernyataan tersebut akan ditandatangani oleh seluruh negara anggota GCC kecuali Oman.
Tak hanya itu, Arab dan beberapa pejabat senior dari AS menyatakan bahwa tim koordinasi AS sudah berada di Arab Saudi. Sumber anonim tersebut belum memberikan rincian jelas apa yang akan mereka lakukan. Namun, kemungkinan mereka akan meminta bantuan udara AS, citra satelit, dan hasil pantauan intelijen lain.
Menguatkan pernyataan pejabat AS tersebut, Al-Jubeir juga memastikan bahwa AS tidak akan terlibat dalam serangan udara melawan Houthi. Koalisi serangan udara tersebut terdiri dari 10 negara yang berarti akan melibatkan pihak lain di luar enam anggota GCC.
"Kami harap kebijaksanaan akan menaungi Houthi dan mereka akan mengambil bagian dalam proses politik ketimbang terus melakukan pendekatan radikal dalam upaya mengambil alih Yaman dan menghancurkannya," kata Al-Jubeir.
Pemberontak makin kuat
Pada Rabu pagi, Houthi berhasil merebut sebagian besar kota pelabuhan Aden di dekat pangkalan udara Yaman. Menjelang siang, mereka juga berhasil menduduki pangkalan udara al-Anad yang sebelumnya merupakan basis pasukan AS sebelum akhirnya ditarik pulang.
Akhirnya, Houthi berhasil menguasai Aden, sangat dekat dengan tempat Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi melarikan diri.
Lokasi presiden tidak jelas
Informasi keberadaan Hadi hingga saat ini masih simpang siur.
"Kami tidak mengetahui keberadaan presiden saat ini," ujar perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Yaman, Jamal Benomar.
Kendati demikian, salah satu Juru Bicara Houthi, Mohammed AlBukhaiti, mengatakan bahwa Hadi sudah meninggalkan Aden saat kelompok Houthi mulai bergerak ke sana.
Salah satu Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri AS, Jen Psaki, juga mengatakan, "Sangat jelas (Hadi) pergi secara sukarela." Menurutnya, keadaan di Yaman menyebabkannya harus pergi dan Houthi tidak mengusirnya.
Dengan direbutnya Aden, posisi Houthi semakin kuat sejak Januari lalu mengudeta istana kepresidenan Yaman di Sanaa dan memaksa Hadi untuk mundur dari jabatannya. (stu/stu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar