BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan perjalanan dari masa lalu, ke masa kini, dan melanjutkan
perjalanannya ke masa depan. Dalam perjalanan suatu sejarah selalu mengalami
pasang naik dan pasang surut yang berbeda-beda tidak terkecuali dengan
peradaban Islam. Peradaban Islam merupakan manifestasi kemajuan mekanis dan
tekhnologis. Dalam pengertian itulah peradaban Islam akan dibahas. Pembahasan
ini akan lebih menekankan pada peradaban Islam pada periode Makkah.
Pada periode Makkah ini khususnya mekkah sebelum Islam keadaan bangsa Arab
diketahui bahwa pada saat itu masih menyembah berhala, berjudi, mabuk-mabukan,
membunuh, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dalam
kondisi inilah Islam pertama kali lahir di Makkah perjuangan Nabi Muhammad Saw
diutus untuk mengubah masyarakat Makkah yang mempunyai akhlak dengan ajaran
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itu pembahasan lebih mendalam
akan dipaparkan dalam makalah yang sederhana ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Makkah Sebelum Islam
2. Bagaimana Perjuangan Nabi Muhammad
Sebelum dan Sesudah Menerima Wahyu
3. Bagaimana Perkembangan Makkah
Setelah Masuknya Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makkah Sebelum Islam
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki
kemajuan ekonomi. Letak geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang
diturunkan di Makkah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah. Di
samping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang
dilakukan umat Islam.[1]
dan bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan di antaranya Saba’,
Ma’in dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman.[2]
Sebelum Islam penduduk Arab menganut
agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi,
keyakinan keagamaan. Bangsa Arab sebelum
Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka.
Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as.
al-Qur’an menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang
mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan,
Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari
agama yang hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan
Allah dengan mengadakan penyembahan kepada :
a.
Anshab, batu
yang memiliki bentuk
b. Autsa, patung yang terbuat dari batu
c.
Ashnam,
patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua patung yang tidak
terbuat dari batu.
Berhala atau patung yang pertama
yang mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung
seperti Lata, Uzza, Manata, dll. Tidak semua orang arab Jahiliyah menyembah
Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi. Agama
Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah (semid).
Asal usul Yahudi berasal dari Yahuda salah seorang dari dua belas putra nabi
Yakub.
Agama Yahudi sampai ke Jazirah Arab
oleh bangsa Israel dari negeri Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang
beragama Masehi dan bangsa Asyur ini berangsur-angsur mendiami Yastrib
(Madinah) dan sekitarnya dan mereka menyebarkan agama Yahudi tersebut.[3]
Agama Masehi yang berkembang adalah : Sekte Yaqubiah yang mengatakan bahwa
perbuatan dan iradat al – Masih adalah tabiat ketuhanan. Kaum Yaqubiah berkata
bahwa persatuan ketuhanan dengan kemanusiaan pada diri al-Masih ialah
sebagaimana air dimasukan ke dalam tuak, lalu menjadi jenis yang satu.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir,
Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota
di Negeri Arab , baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini
dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman dan Syria. Dengan
adanya Ka’bah ditengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah
tempat mereka berziarah yang di situ terdapat 360 berhala.[4]
Bangsa Arab penduduk Gurun Pasir hampir tidak dikenal orang. Penduduk
bangsa Arab terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang.
Peperangan itu ditimbulkan karena keinginan memelihara hidup, karena hanya
siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat kekuasaan, adapun yang
lemah hanya berhak mati atau menjadi budak. Keistimewaan penduduk Gurun ialah
mereka mempunyai Nasab murni disebabkan tidak pernah dimasuki orang-orang
asing, bahasa mereka terpelihara, disebabkan juga karena tidak pernah tercampur
oleh bahasa asing.[5]
Bila dilihat dari segi sosiologis Bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas
dan budaya yang tinggi yang dapat dilihat dari kehidupan mereka yang mempunyai
perasaan kesukuan yang tinggi karena sukuisme itulah yang akan melindungi
keluarga dan warga suatu suku. Hal ini disebabkan karena belum ada pemerintahan
atau suatu badan resmi yang dapat melindungi rakyat dari penganiayaan dan tindakan
sewenang-wenang.[6]
Dalam kehidupan politik kota Makkah terdapat dua suku yang paling berkuasa
yaitu: Suku Jurhum, sebagai
pemegang politik, dan Suku Ismail
(keturunan Nabi Ibrahim), sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan
politik kemudian berpindah ke Suku
Khuza’fah dan akhirnya ke Suku
Quraisy dibawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang
kemudian mengatur urusan politik dan urusan yang berhubungan dengan
Ka’bah.
Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah asal Suku Quraisy yaitu: Hijabah, penjaga kunci-kunci Ka’bah; Siqoyah, penjaga mata air zam-zam; Diyat, kekuasaan hakim sipil dan
kriminal; Sifarah, kuasa usaha
Negara atau duta; Liwa’,
jabatan ketentraman; Rifadah,
pengurus pajak; Nadwah, jabatan
ketua dewan ; Khaimmah,
pengurus balai musyawarah; Hazimah,
jabatan administrasi keuangan; dan Azlam,
penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.
Dalam kehidupan ekonomi mereka menekuni bidang perniagaan. Adapun faktor
yang menolong Makkah dapat memegang peranan dalam perniagaan yaitu orang-orang
Yaman berpindah ke Makkah karena mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam
bidang perniagaan. Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu
usaha yang utama dan sumber yang terpenting bagi penghidupan.[7]
Di Mekkah Nabi telah memperoleh sekelompok pengikut yang kecil jumlahnya,
tapi bersemangat kuat. Namun setelah tiga belas tahun berdakwah dan berjuang
terus menerus, tampak jelas bahwa gerakannya menemui jalan buntu. Dan tampaknya
kecil sekali harapan untuk cepat-cepat memperoleh keberhasilan menghadapi
perlawanan warga Mekkah yang keras kepala itu.
B. Perjuangan Nabi Muhammad Sebelum
dan Sesudah Menerima Wahyu
1. Sebelum
Menerima Wahyu
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim yaitu suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam Suku Quraisy Nabi Muhammad dari keluarga yang relatif
miskin. Muhammad lahir dalam keadaan yatim, beliau diasuh oleh dua ibu asuhnya
yang bernama Suwaibah dan Halimatussa’diyah selama 4 tahun, kemudian diasuh
oleh ibu kandungnya selama 2 tahun.[8]
Pergaulan Muhammad dengan penduduk Makkah tidak terputus, juga
partisipasinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada saat itu masyarakat
sedang sibuk karena banjir besar yang turun dari gunung, pernah menimpa dan
meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuh dan perombakan Ka’bah
pun segera dilakukan. Sudut-sudut Ka’bah oleh Quraisy dibagi empat bagian, tiap
kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.
Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat disitu tetapi
tidak berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai pondasi bangunan itu setinggi
orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan
ditempatnya semula di sudut timur, timbullah perselisihan dikalangan Quraisy
siapa yang harus mendapat kehormatan meletakkan batu itu.
Demikian memuncaknya perselisihan sehingga hampir saja timbul perang
saudara. Banu ‘Abduddar dan Banu Ádi bersepakat tak akan membiarkan kabilah
yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Orang tertua
diantara mereka bersepakat bahwa orang yang pertama kali memasuki pintu Safa
berhak meletakkan Hajar Aswad. Tatkala mereka melihat Muhammad ternyata orang
yang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru : “ Ini Al-Amin; kami dapat menerima.” Kemudian
kain dibawakan, dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu diletakkannya
dengan tangannya sendiri kemudian katanya : “Hendaknya setiap ketua
kabilah memegang ujung kain ini.” Dengan demikian perselisihan berakhir.[9]
Demikianlah salah satu peristiwa yang dapat mengetahui bahwa itu merupakan
perjuangan Muhammad dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi pada kaum
Quraisy sebelum Muhammad Saw mendapat wahyu.
2.
Sesudah Menerima Wahyu
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat saat itu bahwa dalam setiap tahun mereka
menjauhkan diri dari keramaian orang, berkholwat dan mendekatkan diri kepada
Tuhan untuk mendapatkan petunjuk. Pengasingan semacam ini mereka namakan Tahannuf atau Tahannus.
Nabi Muhammad melakukan pengasingan tersebut di Gua Hira’ sepanjang bulan
Ramadhan. Setelah beberapa hari termenung, sedikit demi sedikit ia sadar bahwa
masyarakat Makkah telah sesat dari jalan yang sesat dan hidup keruhanian mereka
telah rusak karena tunduk kepada berhala serta kepercayan sebelumnya. Tatkala
ia sedang dalam keadaan tidur dalam gua itu, datang malaikat membawa wahyu yang
pertama yaitu surat Al-‘Alaq 1-5, yang berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-‘Aaq: 1 -5 ).
Setelah mendapatkan wahyu yang pertama beliau segera kembali ke rumahnya
dan memberitahukan berita ini kepada istrinya. Pada periode ini tiga tahun
pertama dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai
melaksanakan dakwah Islam dilingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri
yaitu Khatidjah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar Ashidiq sahabat beliau, Zaid bin Tsabit bekas budak beliau.
Disamping itu juga banyak orang yang
masuk Islam dengan perantaraan Abu bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunql Awwalun (orang-orang yang
lebih dahulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan , Zubair bin Awwan,
Saat bin Abi Waqqas, Abdur Rohman bin ‘Auf, Thalhah bin Úbaidillah, Abu Úbaidah
bin Jarrah, dan Al Arqam bin Abil Arqam.
Kemudian
setelah dakwah secara sembunyi-sembunyi berjalan lancar turun surat Al-hijr
ayat 94 yang berbunyi:
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
Artinya: “ Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.”(Q.S.Al-hijir: 94).
Namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan
dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena babarapa faktor, yaitu:
1)
Mereka tidak
dapat mambedakan antara kenabian dan kekuasaan.
2)
Nabi
Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3)
Para
pemimpin Quraisy tidak mau percaya serta tidak mau menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4)
Taqlid
kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat Pamahat dan penjual patung
memandang Islam sebagai penghalang rizki.[10]
C. Perkembangan Makkah Setelah Masuknya
Islam
Pada awalnya, metode dakwah yang dilakukan
Rasulullah SAW bersifat sirriyah (sembunyi-sembunyi), berlangsung selama
tiga tahun pertama dakwahnya. Hal tersebut mengingat kedudukan Rasulullah SAW
yang masih lemah, ditambah kandungan dakwah beliau yang sangat bertolak
belakang dengan keyakinan prinsip masyarakatnya yang penuh dengan
nilai-nilai kesyirikan. Lapisan masyarakat yang paling pertama beliau serukan
ajaran Islam tentu saja adalah keluarga dan kenalah dekatnya, itupun beliau
pilih hanya kepada mereka yang ada tanda-tanda kebaikan pada dirinya.
Perjuangan Nabi Muhammad mendapatkan titik terang yang menyebabkan
berkembangnya Islam di Makkah diantaranya dalam pendidikan taukhid. Pendidikan
taukhid merupakan perhatian utama Rasulullah ketika di Makkah. Pada saat itu
masyarakat jahiliyah sudah banyak yang menyimpang dari ajaran taukhid yang
telah dibawa oleh Nabi Ibrahim. Karena taukhid merupakan pondasi yang paling
dasar, maka harus ditata terlebih dahulu dengan kuat.
Pokok-pokok ajaran taukhid ini sebagai mana tercermin dalam surat
Al-Fatikhah yang pokok-pokoknya sebagai berikut:
1)
Bahwa Allah
adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya.
2)
Bahwa Allah
telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan bagi semua makhluknya dan
khusus kepada ,manusia ditambah dengan petunjuk dan bimbingan agar mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3)
Bahwa Allah
adalah raja hari kemudian yang akan memperhitungkan segala amal perbuatan
manusia di dunia ini.
4)
Bahwa Allah
adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya. Hanya kepada Allah
segala bentuk pengabdian ditujukan.
5)
Bahwa Allah
adalah penolong yang sebenarnya dan oleh karena itu hanya kepadanya lah
manusia meminta pertolongan.
6)
Bahwa Allah
sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam mengarungi
kehidupan dunia yang penuh rintangan, tantangan dan godaan.
Disamping mengajarkan taukhid Nabi juga mengajarkan Al Qur’an kepada
umatnya secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjtnya akan
menjadi warisan secara turun temurun, dan menjadi pegangan dan pedoman hidup
bagi kaum muslimin sepanjang zaman.[11]
Islam semakin berkembang setelah Umar bin khatab masuk Islam dan melindungi
Islam dari kaum Quraisy. Dengan masuknya Umar kedalam Islam membuat kedudukan
Quraisy menjadi lemah, perkembangan dakwah Nabi Muhammad pun semakin bebas dan
leluasa. Akan tetapi tetap saja kerasnya hati suku Quraisy di Mekkah membuat
Nabi memutuskan untuk hijrah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam membawa perubahan di Makkah setelah Muhammad membawa ajaran-ajaran
Islam yang memperbaiki moral mereka dalam beragama. Pada periode Makkah
Muhammad berkonsentrasi terlebih dahulu untuk memperbaiki tauhid penduduk
Makkah yang pada saat itu masih menyembah berhala dan masih setia pada ajaran
nenek moyang mereka. Walaupun demikian usaha Muhammad Saw menyebarkan
Islam tidak mudah dibandingkan ketika Muhammad menyebarkan Islam ke
Madinah.
B.
Saran-Saran
Makalah yang dapat kami buat, sebgai manusia biasa kita menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam 1, Jakarta:
Alhusna Zikra, 2000.
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta
: Logos, 1997.
Badri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Fadhil Sj, Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang : Sukses Offset,
2008.
Fatah
Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam ,
Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Muhammad
Husain Haekal, Hayat Muhammad, Terj. Ali Audah, Jakarta: Tintamas
Indonesia, 1965.
Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
[3]
Fadhil Sj, Pasang Surut Peradaban
Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang : Sukses Offset, 2008), hal 62.
[9] Muhammad
Husain Haekal, Hayat Muhammad, Terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas
Indonesia, 1965), Cet. 9, hal. 70-71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar