A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
Sejarah peradaban islam diartikan
sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan islam dalam perspektif
sejarahnya, dan peradaban islam mempunyai berbgai macam pengetian lain
diantaranya
Pertama :
sejarah peradaban islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang di
hasilkan dalam satu periode kekuasaan islam mulai dari periode nabi Muhammad
Saw sampai perkembangan kekuasaan islam sekarang.
Kedua :
sejarah peradaban islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat islam
dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
Ketiga :
sejarah perdaban islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan islam yang
berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam hubungannya dengan
ibadah ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Perbedaan antara Sejarah Peradaban
Islam dan Sejarah Kebudayaan Islam
Peradaban ( hadharah, civilization )
berakar pada ide tentang kota, kemajuan material ( ilmu dan teknologi ), aspek
kehalusan, penataan sosial dan aspek kemajuan lain.Kebudayaan ( tsaqofah, culture )
berakar pada ide mengenai nilai, tujuan, pemikiran yang ditransmisikan melalui
ilmu, seni, dan agama suatu masyarakat. Peradaban ide utamanya adalah
kemajuan, perkembangan ( progress dan development ). Kebudayaan ide utamanya
adalah berupa cita-cita dan rencana-rencana. Sebuah peradaban siklus dalam
waktu. Sebuah peradaban siklus dalam
waktu. Kebudayaan lepas dari kontradiksi ruang dan waktu
B. Perioderisasi Peradaban Islam dari Tinjauan Politik dan
Perkembangannya
Periodisasi
peradaban Islam merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa
dalam konteks waktu dan tempat dengan tolok ukur yang bermacam-macam. Secara
umum sejarah peradaban Islam, terbagi menjadi sepuluh periodisasi antara lain:
1.
Periode Nabi Muhammad dan
kebangkitan islam (571-632 M)
2.
Periode Khulafa al-Rosyidin (632-661
M)
3.
Zaman Bani Ummayyah (661-749 M)
4.
Zaman Abbasiyah I (750-847 M)
5.
Zaman Abbasiyah II (847-1055 M)
6.
Zaman Abbasiyah terakhir (1055-1258
M)
7.
Timur tengah setelah baghdad jatuh
(1258-1520 M)
8.
Timur tengah sampai abad -18
(1520-1800 M)
9.
Timur tengah pada abad -19 dan ke-20
sampai perang dunia 1 (1798-1914 M)
10.
Dunia islam sejak perang dunia 1
(1914-1968 M)
Menurut
Prof. DR. H. N. Shiddiqi, ada beberapa pendapat yaitu: Tolak
ukurnya adalah pada sistem politik,
hal ini biasanya digunakan pada sejarah konvensional,
persoalan ekonomi (maju-mundurnya ekonomi)
dalam sebuah negara,
pada tingkat peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,
pada masuk dan berkembangnya suatu agama. Menurut A. Hasymy
(1978), periodisasi sejarah perkembangan Islam
adalah sebagai berikut:
1.
Permulaan Islam (610 -661 M)
2.
Daulah Ammawiyah (661-750M)
3.
Daulah Abbasiah I (750-847 M)
4.
Daulah Abbasiah II (847-946M)
5.
Daulah Abbasiah III (946-1075M)
6.
Daulah Mughal (1261-1520M)
7.
Daulah Mughal (1520-1801M)
8.
Daulah Utsmaniah
(1801-Sekarang)
Sedangkan menurut A. Hasymy,
Harun Nasution (1975) dan Naurou zaman shidiqi (1986)
membagi sejarah Islam
menjadi tiga periode yaitu sebagai berikut :
1.
Periode Klasik (650-1250 M)
2.
Periode pertengahan (1250-1800
M)
3.
Periode Moderen (1800
M-Sekarang)
Dalam
karya-karya mutakhir tentang sejarah peradaban islam, para ahli cenderung
menyederhanakan periodesasinya menjadi tiga babakan utama, yaitu : periode
klasik, periode pertengahan, dan periode modern. Dengan pembabakan sebagai
berikut :
Periode awal peradaban islam di
timur tengah (abad VII-XII M )
Periode
ini di sebut periode “asal mula”, merupakan era pembentukan peradaban islam
sejak masa turun al-qur’an sampai abad ke-13. Perkembangan peradaban islam
dalam periode tersebut bercirikan perpaduan antara peradaban islam dengan
pola-pola institusi imperium timur tengah, pola ekonomi, dan monoteistik, yang
telah mapan sebelumnya. Periode awal tersebut secara lebih rinci lagi dapat di
bagi menjadi 3 fase besar : pertama, fase penciptaan komunitas baru yang
bercorak islam di Arabia sebagai hasil dari transformasi wilayah pinggiran
dengan sebuah kemasyarakatan kekerabatan sebelumnya menjadi tipe monoteistik
dan secara politik sebagai masyarakat sentralisasi. Kedua, dimulai dari
penaklukan timur tengah oleh masyarakat arab muslim. Ketiga, dapat dilihat
dalam nilai-nilai islam dan kelompok elite islam mengubah mayoritas masyarakat
timur-tengah.
Periode
peyebaran peradaban islam ke wilayah lain atau di sebut juga era penyebaran
global masyarakat islam (abad XIII-XIX M)
Pada
periode ini, islam telah menjadi agama masyarakat asia tengah, cina, india,
asia tenggara, afrika, dan masyarakat Balkan. Proses penyabaran islam itu di
tandai dengan interaksi nilai-nilai islami dengan nilai-nilai kamasyarakatan
setempat.
Periode perkembangan modern umat
islam (abad XIX-XX M)
Ciri
periode ini adalah berlangsungnya modernisasi dan transformasi masyarakat
muslim. Dalam periode ini umat islam yang dominan berada di belahan timur berada
dalam suasana terkacaukan oleh campur tangan bangsa eropa. Peradaban islam
dalam keadaan merosot akibat kehancuran kekuatan imperium muslim, kemunduran
ekonomi, konflik internal keagamaan dan kebangkitan politik serta ekonomi
bangsa eropa yang di dukung oleh dominasi cultural mereka. Dalam periode ini
perubahan sejarah di awali dengan gerakan-gerakan modernisasi. Adapun ciri yang
paling menonjol dalam perkembangan peradaban islam priode ini adalah peradaban
yang merupakan produk interaksi antara masyarakat islam regional dengan
pengaruh eropa. Secara garis besar periode ini di bagi menjadi 3 fase :
pertama,periode antara akhir abad XVIII sampai awal abad XX, yang di tandai
dengan hancurnya system kenegaraan muslim dan dominasi territorial serta komersial
eropa. Kedua, pembentukan Negara nasional yang berlangsung setelah perang dunia
1 sampai pertengahan abad XX. Ketiga, fase konsolidasi Negara-negara
nasional diseluruh kawasan muslim. Fase ini di tandai dengan pertentangan
antara kecendrungan terhadap perkembangan yang tengah berlangsung dan peran
utama islam.
C. Arab Pra Islam
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan
sebutan zaman jahiliyah. Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan
terhadap kebenaran. Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang
kuat senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak
kejahatan dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada masa
itu. Kehidupan mereka belum teratur seperti sekarang. Pada waktu itu kehidupan
mereka sangat keras, hidup bersuku-suku, dan suka berperang. Masyarakat Arab
kehilangan kendali, tidak ada panutan yang dapat menuntun ke arah kebaikan,
yang ada hanyalah kehidupan jahiliyah. Perilaku masyarakat senantiasa
bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan dan tidak ada yang menyembah Allah
SWT. Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam. Kaum
wanita dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum
pria. Bahkan bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup. Mereka
menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala itu pun diperjual-belikan,
menurut mereka sikap kejujuran adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka
sedangkan kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-minuman
keras,berfoya-foya merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang jahiliyah.
Mencuri dan merampok merupakan bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang
penting adalah hidup untuk makan, sekalipun harus megorbankan orang lain.
Peradaban mereka sendiri tidak berkembang dan hidup dalam kebodohan. Keadaan
semacam itu dapat diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama islam di
Jazirah Arab.
D. Tatanan baru masyarakat yang
terbentuk pada masa Nabi Saw
Perioderisasi perkembangan islam pada masa Rasulullah
terbagi atas 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode
Mekkah berlangsung selama ±13 tahun, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saat
di Mekkah lebih memfokuskan pada pembinaan Aqidah. Pada saat di Mekkah
rasullullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, dimulai dari keluarga terdekat.
Namun setelah turun ayat untuk berdakwah secara terang-terangan, rasulullah dan
para sahabat mendapat banyak tantangan dari kaum kafir Quraisy, sehingga pada
perkembangan selanjutnya Rasullah dan para sahabat melakukan Hijrah ke Madinah.
Sebelum melakukan Hijrah ke Madinah sebenarnya Rasulullah telah
melakukan hubungan dengan masyarakat Madinah disaat nabi berada di Mekkah.
Sehingga sebelum nabi hijrah ke Madinah sebagian dari masyarakat Madinah
telah banyak masuk Islam. Periode Madinah ini berlangsung lebih kurang ±10
tahun, pada periode ini rasullah telah mulai membentuk wilayah Madinah menjadi
suatu tatanan masyarakat Islam. Semenjak saat itulah dimulainya peradaban
islam yang berpusat di Yastrib (Madinah).
Bagi setiap muslim, mempelajari dan memahami kehidupan
dan perjuangan muhammad rasulullah merupakan keniscayaan, dan mengikuti
ajarannya adalah kewajiban. Sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi, dan
politik yang bersumber dari al-qur’an dan as-sunnah.
Lembaga utama dan pertama yang di
bangun rasulullah saw dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid ;
pertama masjid quba, selang beberapa hari kemudian masjid nabawi dibangun
setelah rasulullah tiba di yatsrib. Masjid selain di gunakan untuk ibadah, juga
sebagai tempat pertemuan rasulullah dengan para sahabatnya. Dan di tempat ini
pula kaum muslimin melakuan kegiatan belajar, mengadili suatu perkara, berjual
beli, bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan umat dan berbagai
kegiatan lainnya.
Beberapa asas masyarakat islam yang telah diletakan oleh
rasulullah saw antara lain: al-ikha, al-musawah, al-tasyawur, al-ta’awun, dan
al-adalah.
Al-ikha(persaudaraan) merupakan salah satu asas penting
masyarakat islam yang di letakkan oleh rasulullah, dalam al-qur’an dan sejumlah
hadits rasulullah mengajarkan bahwa persaudaraan yang hakiki adalah
persaudaraan seiman dan seagama.
Al-musawah
(persamaan), rasulullah saw
mengajarkan bahwa seluruh manusia adalah keturunan adam yang diciptakan tuhan
dari tanah. Seorang arab tidak lebih mulia dari seorang ‘ajam(bukan arab),
Berdasarkan
asas ini setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdkaan dan kebebasan. Maka,
rasulullah sangat memuji dan menganjurkan para sahabatnya untuk memerdekakan
hamba-hamba sahaya yang di miliki oleh bangsawan-bangsawan quraisy.
Al-tasamuh (toleransi),
sebagai asas masyarakat islam di buktikan antara lain dengan piagam madinah.
Akan tetapi, toleransi umat islam direspon oleh mereka dengan sikap
pengkhianatan terhadap piagam yang telah disepakati bersama. Setelah terbukti
mereka mengusik keimanan orang-orang islam, berusaha mencelakai rasulullah dan
bersekongkol dengan kafir quraisy, satu persatu kabilah-kabilah yahudi itu di
usir dari madinah.
Al-tasyawwur (musyawarah),
kendatipun rasulullah saw mempunyai status yang tinggi dan terhormat dalam
masyarakat, acapkali beliau meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan
menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan urusan dunia dan social
budaya. Manakala argumentasi para sahabat itu dianggap benar, tidak jarang
beliau mengikuti pendapat mereka.
At-ta’awun (tolong-menolong),
dalam berbuat kebaikan merupakan kewajiban setiap muslim, tolong-menolong
sesama muslim, antara lain telah ditunjukan dalam bentuk persaudaraan antara
muhajirin dengan anshar, sedangkan dengan pihak lain sesama penduduk madinah,
piagam madinah merupakan bukti kuat berkaitan dengan pelaksanaan prinsip ini.
Adapun kemudian kaum yahudi diusir dari madinah, penyebabnya karena mereka
menghianati piagam tersebut.
Al-adalah (keadilan),
berkaitan erat dengan hak dan kewajiban setiap individu dalam kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan posisi masing-masing. Di satu sisi seseorang
hendaknya memperoleh haknya, sementara di sisi lain ia berkewajiban memberikan
hak orang lain kepada yang berhak menerimanya.
E. Kekhalifahan Muawwiyah Bin Abu
Sofyan
Muawiyah bin abu Sufyan Ra menjadi orang besar
sejak Rasulullah SAW masih hidup, yaitu sebagai salah seorang penulis wahyu Al
Quran. Di zaman kekhalifahan Abu Bakar ra , Muawiyah ra adalah salah seorang
panglima penting dalam penakhlukan Syam. Pada masa Umar Ra , Muawiyah ra telah
muncul menjadi sosok yang unggul hingga khalifah Umar ra menyerahkan Damaskus
dan Ba’labak dibawah kepemimpinannya. Dan di masa Ustman ra, Muawiyah ra meraih
puncak pencapaian yang gemilang, berhasil menaklukan banyak wilayah di Syam,
salah satu pusat kekuatan Romawi paling kokoh saat itu. Dan di masa itu pula ,
untuk pertama kali, umat Islam berhasil membentuk pasukan angkatan laut yang
hebat, dan ini sekali lagi adalah jasa Muawiyah ra. Tetapi ketika Ali bin Abi
Thalib ra menjadi khalifah, kenapa Muawiyah ra tidak mau berbaiat? Sikap
Muawiyah ra ini kemudian memicu berbagai peristiwa besar : Perang Shiffin,
peristiwa Tahkim, munculnya Khawarij, munculnya agama Syiah; yang hingga kini
semua itu terus menjadi bahan kajian menarik. Buku ini, mengulas secara faktual
disertai dengan analisa yang kuat, semua yang terjadi dalam kurun waktu itu,
kasus demi kasus; sehingga berbagai peristiwa yang tampak bagaikan tumpukan
peristiwa acak, dan fitnah tumpang tindih menjadi terurai dan terpetakan dengan
jelas. Di antara gerakan jihad yang dilakukan Muawiyah adalah menghadapi Romawi
Byzantium yang berpusat di Konstantinopel, yang ketika itu adalah palang pintu
benua eropa. Dan yang paling spektakuler adalah keberhasilan Muawiyah ra
menaklukan Afrika Utara seluruhnya. Kemudian menaklukan ke arah timur hingga
mencapai Khurasan, Sijistan dan negeri negeri seberang sungai Jaihun. Muawiyah
telah mengabdikan hidupnya di jalan Allah selama empat puluh tahun; dua puluh
tahun sebagai Gubernur dan dua puluh tahun sebagai Khalifah, yang sepanjang
masa itu penuh dengan torehan jasa yang luar biasa bagi kaum muslimin. Dengan berakhirnya kekuasaan Ali bin
Abi thalib maka dimulailah kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan yang kemudian
mendirikan dinasti bani umayah.Bani muawiyah berkuasa kurang lebih selama 91
tahun, revormasi cukup banyak terjadi terkait pada bidang pengembangan damn
kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan Ilmu tidak hanya da;lam bidang Agama
semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Selama 90 tahun Daulah Bani
umayah di pimpin oleh 14 orang khalifah dan 4 orang khalifah diantara mereka
memehanmg kekuasaan selama 70 tahun mereka itu ialah Muawiyah,Abdul malik,Al
walid,dan Hisyam dan adapun 10 orang diantaranya hanya memerintah selama 21
tahun.
F.
Kekhalifahan Abbasiyah
Bani
Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: العبّاسدين, al-Abbāsidīn)
adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang
ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia
Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi
keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani
Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka
juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota
dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi
pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang
sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan
dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran,
kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti
setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan
Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan
Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258
disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan
Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di
perpustakaan Baghdad. Keturunan dari
Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di
timur laut Tikrit, Iraq sekarang. Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari
Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada
keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul
Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini
semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil
meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah. Bani
Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad,
mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu
pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940
kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang
Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13),
mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031. Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M). Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031. Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M). Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
- Periode Pertama (132 H/750 M
- 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
- Periode Kedua (232 H/847 M -
334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
- Periode
Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani
Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut
juga masa pengaruh Persia kedua.
- Periode Keempat (447 H/1055
M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah
al-Kubra/Seljuk agung).
- Periode Kelima (590 H/1194 M
- 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri
oleh invasi dari bangsa Mongol.
Bentuk-bentuk Peradaban pada Masa Bani Abbasiyah
1. Sistem
Politik
Adapun sistem politik yang
dijalankan pada masa Dinasti Abbasiyah I antara lain:
a. Para
khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sementara para
mentri,gubernur,panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan
Mawali turunan Persia.
b. Kota
Baghdad sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi,
sosial, dan kebudayaan dijadikan kota pintu terbuka, sehingga segala bangsa
yang menganut berbagai agama bisa bermukim diwilayah tersebut.
c.
Ilmu pengetahuan di pandang sebagai
sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya
membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
d. Kebebasan
berfikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.
e. Para
menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan,
sehingga mereka memiliki peranan yang penting dalam membina peradaban Islam.
Sedangkan sistem politik yang
dijalankan oleh Dinasti Abbasiyah II, III dan IV antara lain:
a. Kekuasaan
kekhalifahan sudah lemah bahkan kadang-kadang hanya sebagai lambang saja.
b. Kota
Baghdad bukan satu-satunya kota nternasional dan terbesar, karena masing-masing
kerajaan berlomba-lomba untuk mendirikan kota yang menyaingi Baghdad.
c.
Kalau keadaan politik dan militer
merosot, ilmu pengetahuan tambah maju dengan pesatnya. Hal ini disebabkan
karena masing-masing kerajaan berlomba-lomba untuk memajukan ilmu pengetahuan,
mendirikan perpustakaan, mengumpulkan para ilmuan, para pengarang, para
penerjemah dan memberikan kedudukan terhormat kepada ulama dan pujangga.
2. Perkembangan
Ilmu
Abad X Masehi disebut abad
pembangunan dunia Islam, di mana dunia Islam mulai dari daerah di Spanyol
sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembengunan di berbagai bidang,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dorongan ini menyebabkan terciptanya
ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu naqli). Dorongan dari agama
ditambah lagi pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk
munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (akal).
1) Perkembangan
ilmu naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang
bersumber dari naqli (Al-quran dan hadits) yaitu berhubungan dengan Islam. Yang
termasuk ke dalam ilmu naqli adalah:
a. Ilmu
tafsir b. Ilmu
hadits c. Ilmu
kalam d. Ilmu tasawuf e. Ilmu
bahasa f. Ilmu fiqh
2) Perkembangan
ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang
didasarkan kepada pemikiran (rasio). Yang termasuk ke dalam ilmu aqli adalah:
a. Ilmu
kedokteran b. Ilmu filsafat c. Ilmu
optic d. Ilmu
astronomi e. Ilmu hitung f. Ilmu
kimia.
3. Sistem
Sosial
Sistem sosial pada Dinasti Abbasiyah
merupakan sambungan dari dinasti sebelumnya yaitu dinasti Umayyah. Pada masa
dinasti Abbasiyah ini terjadi perubahan yang sangat signifikan di antaranya
adalah:
a. Tampilnya
kelompok Mawali khusunya pada pemerintahan Irak, yang menduduki peran dan
posisi penting di pemerintahan.
b. Masyarakat
terbagi dua kelompok, yaitu:
a. Kelompok khusus
b. Kelompok umum
c.
Kerajaan Islam dinasti Abbasiyah
tersusun dari beberapa unsur bangsa yang berbeda-beda.
d. Perkawinan
campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.
e,
Terjadinya pertukaran pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul
kebudayaan baru.
f.
Perbudakan.
Sebab-sebab Kemunduran Dinasti
Abbasiyah
Adapun penyebab kemunduran Dinasti
Bani Abbasiyah adalah wilayah kekuasaan yang sempit yang menunjukkan kelemahan
politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad,
Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti.
Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol inilah awal babak baru dalam
sejaran Islam yang disebut masa pertengahan. Sebagai mana terlihat dalam
periodisasi khalifah Abbasiyah masa kemunduran dimulai sejak periode kedua.
Beberapa faktor kemunduran Dinasti
Abbasiyah antara lain:
1. Persaingan
Antarbangsa
Menurut Stryzewska, ada dua sebab
dinasti Abbasiyah memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.Pertama, sulit
bagi orang –orang Arab melupakan Bani Umayyah karena pada masa itu mereka
merupakan warga kelas satu. Kedua, orang Arab sendiri terpecah
belah dengan adanya kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak
ditegakkan di atas kesukuan tradisonal.
2. Kemerosotan
Ekonomi
Dinasti Abbasiyah juga mengalami
kemunduran di bidang ekonomi persamaan dengan kemunduran di bidang politik.
Pada periode pertama pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan pemerintahan yang
kaya. Setelah memasuki periode kemunduran pendapatan negara menurun, sementara
pengeluaran meningkat. Penurunan ini disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyak terjadinya kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat,
diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri
dan tidak membayar upeti.sedangkan pengeluaran membengkak disebabkan karena
kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah karena pejabat melakukan
korupsi.
3. Konflik
Keagamaan
Konflik yang dilatarbelakangi agama
tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan
Syiah saja tetapi juga antar aliran dalam Islam.
4. Ancaman
dari Luar
a. Perang
salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak
korban.
b. Serangan
tentara Mongol ke wi;layah kekuasaan Islam
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul.2007.Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Koto,Alaidin,dkk. 201.Sejarah
Peradilan Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nizar,Samsul.2007.Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Susanto,Musyarifah. 2003.Sejarah
Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.Jakarta: Kencana..
Yatim,Badri. 2008.Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jaih mubarok.2011 Sejarah
Peradapan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Syukur Fatah, 2011, Sejarah Peradaban Islam Cet III, Pustaka
RizkiPutra, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar