PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Senin, 30 Maret 2015

SPI

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
Sejarah peradaban islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban islam mempunyai berbgai macam pengetian lain diantaranya
Pertama : sejarah peradaban islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan islam mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan islam sekarang.
Kedua : sejarah peradaban islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
Ketiga : sejarah perdaban islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Perbedaan antara Sejarah Peradaban Islam dan Sejarah Kebudayaan Islam 
Peradaban ( hadharah, civilization ) berakar pada ide tentang kota, kemajuan material ( ilmu dan teknologi ), aspek kehalusan, penataan sosial dan aspek kemajuan lain.Kebudayaan ( tsaqofah, culture ) berakar pada ide mengenai nilai, tujuan, pemikiran yang ditransmisikan melalui ilmu, seni, dan agama suatu masyarakat. Peradaban ide utamanya adalah kemajuan, perkembangan ( progress dan development ). Kebudayaan ide utamanya adalah berupa cita-cita dan rencana-rencana. Sebuah peradaban siklus dalam waktu. Sebuah peradaban siklus dalam waktu. Kebudayaan lepas dari kontradiksi ruang dan waktu

B. Perioderisasi Peradaban Islam dari Tinjauan Politik dan Perkembangannya
Periodisasi peradaban Islam merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan tolok ukur yang bermacam-macam. Secara umum sejarah peradaban Islam, terbagi menjadi sepuluh periodisasi antara lain:
1.       Periode Nabi Muhammad dan kebangkitan islam (571-632 M)
2.       Periode Khulafa al-Rosyidin (632-661 M)
3.       Zaman Bani Ummayyah (661-749 M)
4.       Zaman Abbasiyah I (750-847 M)
5.       Zaman Abbasiyah II (847-1055 M)
6.       Zaman Abbasiyah terakhir (1055-1258 M)
7.       Timur tengah setelah baghdad jatuh (1258-1520 M)
8.       Timur tengah sampai abad -18 (1520-1800 M)
9.       Timur tengah pada abad -19 dan ke-20 sampai perang dunia 1 (1798-1914 M)
10.    Dunia islam sejak perang dunia 1 (1914-1968 M)
Menurut Prof. DR. H. N. Shiddiqi, ada beberapa pendapat yaitu: Tolak ukurnya adalah pada sistem politik, hal ini biasanya digunakan pada sejarah konvensional, persoalan ekonomi (maju-mundurnya ekonomi) dalam sebuah negara, pada tingkat peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, pada masuk dan berkembangnya suatu agama. Menurut A. Hasymy (1978), periodisasi sejarah perkembangan Islam adalah sebagai berikut:
1.       Permulaan Islam (610 -661 M)
2.       Daulah Ammawiyah (661-750M)
3.       Daulah Abbasiah I (750-847 M)
4.       Daulah Abbasiah II (847-946M)
5.       Daulah Abbasiah III (946-1075M)
6.       Daulah Mughal (1261-1520M)
7.       Daulah Mughal (1520-1801M)
8.       Daulah Utsmaniah (1801-Sekarang)
Sedangkan menurut A. Hasymy, Harun Nasution (1975) dan Naurou zaman shidiqi (1986) membagi sejarah Islam menjadi tiga periode yaitu sebagai berikut :
1.       Periode Klasik (650-1250 M)
2.       Periode pertengahan (1250-1800 M)
3.       Periode Moderen (1800 M-Sekarang)
Dalam karya-karya mutakhir tentang sejarah peradaban islam, para ahli cenderung menyederhanakan periodesasinya menjadi tiga babakan utama, yaitu : periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern. Dengan pembabakan sebagai berikut :
Periode awal peradaban islam di timur tengah (abad VII-XII M )
Periode ini di sebut periode “asal mula”, merupakan era pembentukan peradaban islam sejak masa turun al-qur’an sampai abad ke-13. Perkembangan peradaban islam dalam periode tersebut bercirikan perpaduan antara peradaban islam dengan pola-pola institusi imperium timur tengah, pola ekonomi, dan monoteistik, yang telah mapan sebelumnya. Periode awal tersebut secara lebih rinci lagi dapat di bagi menjadi 3 fase besar : pertama, fase penciptaan komunitas baru yang bercorak islam di Arabia sebagai hasil dari transformasi wilayah pinggiran dengan sebuah kemasyarakatan kekerabatan sebelumnya menjadi tipe monoteistik dan secara politik sebagai masyarakat sentralisasi. Kedua, dimulai dari penaklukan timur tengah oleh masyarakat arab muslim. Ketiga, dapat dilihat dalam nilai-nilai islam dan kelompok elite islam mengubah mayoritas masyarakat timur-tengah.
Periode peyebaran peradaban islam ke wilayah lain atau di sebut juga era penyebaran global masyarakat islam (abad XIII-XIX M)
Pada periode ini, islam telah menjadi agama masyarakat asia tengah, cina, india, asia tenggara, afrika, dan masyarakat Balkan. Proses penyabaran islam itu di tandai dengan interaksi nilai-nilai islami dengan nilai-nilai kamasyarakatan setempat.
Periode perkembangan modern umat islam (abad XIX-XX M)
Ciri periode ini adalah berlangsungnya modernisasi dan transformasi masyarakat muslim. Dalam periode ini umat islam yang dominan berada di belahan timur berada dalam suasana terkacaukan oleh campur tangan bangsa eropa. Peradaban islam dalam keadaan merosot akibat kehancuran kekuatan imperium muslim, kemunduran ekonomi, konflik internal keagamaan dan kebangkitan politik serta ekonomi bangsa eropa yang di dukung oleh dominasi cultural mereka. Dalam periode ini perubahan sejarah di awali dengan gerakan-gerakan modernisasi. Adapun ciri yang paling menonjol dalam perkembangan peradaban islam priode ini adalah peradaban yang merupakan produk interaksi antara masyarakat islam regional dengan pengaruh eropa. Secara garis besar periode ini di bagi menjadi 3 fase : pertama,periode antara akhir abad XVIII sampai awal abad XX, yang di tandai dengan hancurnya system kenegaraan muslim dan dominasi territorial serta komersial eropa. Kedua, pembentukan Negara nasional yang berlangsung setelah perang dunia 1 sampai pertengahan abad XX.  Ketiga, fase konsolidasi Negara-negara nasional diseluruh kawasan muslim. Fase ini di tandai dengan pertentangan antara kecendrungan terhadap perkembangan yang tengah berlangsung dan peran utama islam.   

C.  Arab Pra Islam
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah. Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran. Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada masa itu. Kehidupan mereka belum teratur seperti sekarang. Pada waktu itu kehidupan mereka sangat keras, hidup bersuku-suku, dan suka berperang. Masyarakat Arab kehilangan kendali, tidak ada panutan yang dapat menuntun ke arah kebaikan, yang ada hanyalah kehidupan jahiliyah. Perilaku masyarakat senantiasa bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan dan tidak ada yang menyembah Allah SWT. Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam. Kaum wanita dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum pria. Bahkan bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup. Mereka menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala itu pun diperjual-belikan, menurut mereka sikap kejujuran adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka sedangkan kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-minuman keras,berfoya-foya merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang jahiliyah. Mencuri dan merampok merupakan bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang penting adalah hidup untuk makan, sekalipun harus megorbankan orang lain. Peradaban mereka sendiri tidak berkembang dan hidup dalam kebodohan. Keadaan semacam itu dapat diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama islam di Jazirah Arab.

D. Tatanan baru masyarakat yang terbentuk pada masa Nabi Saw
Perioderisasi perkembangan islam pada masa Rasulullah terbagi atas 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama ±13 tahun, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saat di Mekkah lebih memfokuskan pada pembinaan Aqidah. Pada saat di Mekkah rasullullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, dimulai dari keluarga terdekat. Namun setelah turun ayat untuk berdakwah secara terang-terangan, rasulullah dan para sahabat mendapat banyak tantangan dari kaum kafir Quraisy, sehingga pada perkembangan selanjutnya Rasullah dan para sahabat melakukan Hijrah ke Madinah.  Sebelum melakukan Hijrah ke Madinah sebenarnya Rasulullah  telah melakukan hubungan dengan masyarakat Madinah disaat nabi berada di Mekkah. Sehingga sebelum nabi hijrah ke Madinah sebagian dari masyarakat Madinah  telah banyak masuk Islam. Periode Madinah ini berlangsung lebih kurang ±10 tahun, pada periode ini rasullah telah mulai membentuk wilayah Madinah menjadi suatu tatanan masyarakat Islam. Semenjak saat  itulah dimulainya peradaban islam yang berpusat di Yastrib (Madinah).
Bagi setiap muslim, mempelajari dan memahami kehidupan dan perjuangan muhammad rasulullah merupakan keniscayaan, dan mengikuti ajarannya adalah kewajiban. Sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber dari al-qur’an dan as-sunnah. Lembaga utama dan pertama yang di bangun rasulullah saw dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid ; pertama masjid quba, selang beberapa hari kemudian masjid nabawi dibangun setelah rasulullah tiba di yatsrib. Masjid selain di gunakan untuk ibadah, juga sebagai tempat pertemuan rasulullah dengan para sahabatnya. Dan di tempat ini pula kaum muslimin melakuan kegiatan belajar, mengadili suatu perkara, berjual beli, bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan umat dan berbagai kegiatan lainnya.
Beberapa asas masyarakat islam yang telah diletakan oleh rasulullah saw antara lain: al-ikha, al-musawah, al-tasyawur, al-ta’awun, dan al-adalah.
Al-ikha(persaudaraan) merupakan salah satu asas penting masyarakat islam yang di letakkan oleh rasulullah, dalam al-qur’an dan sejumlah hadits rasulullah mengajarkan bahwa persaudaraan yang hakiki adalah persaudaraan seiman dan seagama.
Al-musawah (persamaan), rasulullah saw mengajarkan bahwa seluruh manusia adalah keturunan adam yang diciptakan tuhan dari tanah. Seorang arab tidak lebih mulia dari seorang ‘ajam(bukan arab),
Berdasarkan asas ini setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdkaan dan kebebasan. Maka, rasulullah sangat memuji dan menganjurkan para sahabatnya untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya yang di miliki oleh bangsawan-bangsawan quraisy.
Al-tasamuh (toleransi), sebagai asas masyarakat islam di buktikan antara lain dengan piagam madinah. Akan tetapi, toleransi umat islam direspon oleh mereka dengan sikap pengkhianatan terhadap piagam yang telah disepakati bersama. Setelah terbukti mereka mengusik keimanan orang-orang islam, berusaha mencelakai rasulullah dan bersekongkol dengan kafir quraisy, satu persatu kabilah-kabilah yahudi itu di usir dari madinah.
Al-tasyawwur (musyawarah), kendatipun rasulullah saw mempunyai status yang tinggi dan terhormat dalam masyarakat, acapkali beliau meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan urusan dunia dan social budaya. Manakala argumentasi para sahabat itu dianggap benar, tidak jarang beliau mengikuti pendapat mereka.
At-ta’awun (tolong-menolong), dalam berbuat kebaikan merupakan kewajiban setiap muslim, tolong-menolong sesama muslim, antara lain telah ditunjukan dalam bentuk persaudaraan antara muhajirin dengan anshar, sedangkan dengan pihak lain sesama penduduk madinah, piagam madinah merupakan bukti kuat berkaitan dengan pelaksanaan prinsip ini. Adapun kemudian kaum yahudi diusir dari madinah, penyebabnya karena mereka menghianati piagam tersebut.
Al-adalah (keadilan), berkaitan erat dengan hak dan kewajiban setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisi masing-masing. Di satu sisi seseorang hendaknya memperoleh haknya, sementara di sisi lain ia berkewajiban memberikan hak orang lain kepada yang berhak menerimanya.

E. Kekhalifahan Muawwiyah Bin Abu Sofyan
Muawiyah bin abu Sufyan Ra menjadi orang besar sejak Rasulullah SAW masih hidup, yaitu sebagai salah seorang penulis wahyu Al Quran. Di zaman kekhalifahan Abu Bakar ra , Muawiyah ra adalah salah seorang panglima penting dalam penakhlukan Syam. Pada masa Umar Ra , Muawiyah ra telah muncul menjadi sosok yang unggul hingga khalifah Umar ra menyerahkan Damaskus dan Ba’labak dibawah kepemimpinannya. Dan di masa Ustman ra, Muawiyah ra meraih puncak pencapaian yang gemilang, berhasil menaklukan banyak wilayah di Syam, salah satu pusat kekuatan Romawi paling kokoh saat itu. Dan di masa itu pula , untuk pertama kali, umat Islam berhasil membentuk pasukan angkatan laut yang hebat, dan ini sekali lagi adalah jasa Muawiyah ra. Tetapi ketika Ali bin Abi Thalib ra menjadi khalifah, kenapa Muawiyah ra tidak mau berbaiat? Sikap Muawiyah ra ini kemudian memicu berbagai peristiwa besar : Perang Shiffin, peristiwa Tahkim, munculnya Khawarij, munculnya agama Syiah; yang hingga kini semua itu terus menjadi bahan kajian menarik. Buku ini, mengulas secara faktual disertai dengan analisa yang kuat, semua yang terjadi dalam kurun waktu itu, kasus demi kasus; sehingga berbagai peristiwa yang tampak bagaikan tumpukan peristiwa acak, dan fitnah tumpang tindih menjadi terurai dan terpetakan dengan jelas. Di antara gerakan jihad yang dilakukan Muawiyah adalah menghadapi Romawi Byzantium yang berpusat di Konstantinopel, yang ketika itu adalah palang pintu benua eropa. Dan yang paling spektakuler adalah keberhasilan Muawiyah ra menaklukan Afrika Utara seluruhnya. Kemudian menaklukan ke arah timur hingga mencapai Khurasan, Sijistan dan negeri negeri seberang sungai Jaihun. Muawiyah telah mengabdikan hidupnya di jalan Allah selama empat puluh tahun; dua puluh tahun sebagai Gubernur dan dua puluh tahun sebagai Khalifah, yang sepanjang masa itu penuh dengan torehan jasa yang luar biasa bagi kaum muslimin.  Dengan berakhirnya kekuasaan Ali bin Abi thalib maka dimulailah kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan yang kemudian mendirikan dinasti bani umayah.Bani muawiyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun, revormasi cukup banyak terjadi terkait pada bidang pengembangan damn kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan Ilmu tidak hanya da;lam bidang Agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Selama 90 tahun Daulah Bani umayah di pimpin oleh 14 orang khalifah dan 4 orang khalifah diantara mereka memehanmg kekuasaan selama 70 tahun mereka itu ialah Muawiyah,Abdul malik,Al walid,dan Hisyam dan adapun 10 orang diantaranya hanya memerintah selama 21 tahun.

F.  Kekhalifahan Abbasiyah
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: العبّاسدينal-Abbāsidīn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultanMenyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.  Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang. Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah. Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat 
Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika UtaraPada awalnya ia hanya menguasai MarokoAljazairTunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.  Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M). Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Bentuk-bentuk Peradaban pada Masa Bani Abbasiyah
1.      Sistem Politik
Adapun sistem politik yang dijalankan pada masa Dinasti Abbasiyah I antara lain:
a.       Para khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sementara para mentri,gubernur,panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawali turunan Persia.
b.       Kota Baghdad sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan dijadikan kota pintu terbuka, sehingga segala bangsa yang menganut berbagai agama bisa bermukim diwilayah tersebut.
c.        Ilmu pengetahuan di pandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d.       Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.
e.       Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memiliki peranan yang penting dalam membina peradaban Islam.
Sedangkan sistem politik yang dijalankan oleh Dinasti Abbasiyah II, III dan IV antara lain:
a.       Kekuasaan kekhalifahan sudah lemah bahkan kadang-kadang hanya sebagai lambang saja.
b.       Kota Baghdad bukan satu-satunya kota nternasional dan terbesar, karena masing-masing kerajaan berlomba-lomba untuk mendirikan kota yang menyaingi Baghdad.
c.        Kalau keadaan politik dan militer merosot, ilmu pengetahuan tambah maju dengan pesatnya. Hal ini disebabkan karena masing-masing kerajaan berlomba-lomba untuk memajukan ilmu pengetahuan, mendirikan perpustakaan, mengumpulkan para ilmuan, para pengarang, para penerjemah dan memberikan kedudukan terhormat kepada ulama dan pujangga.
2.      Perkembangan Ilmu
Abad X Masehi disebut abad pembangunan dunia Islam, di mana dunia Islam mulai dari daerah di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembengunan di berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dorongan ini menyebabkan terciptanya ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu naqli). Dorongan dari agama ditambah lagi pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (akal).
1)      Perkembangan ilmu naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-quran dan hadits) yaitu berhubungan dengan Islam. Yang termasuk ke dalam ilmu naqli adalah:
a.       Ilmu tafsir  b.      Ilmu hadits  c.       Ilmu kalam d.      Ilmu tasawuf  e.       Ilmu bahasa f.       Ilmu fiqh
2)      Perkembangan ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio). Yang termasuk ke dalam ilmu aqli adalah:
a.       Ilmu kedokteran b.      Ilmu filsafat c.       Ilmu optic  d.      Ilmu astronomi e.       Ilmu hitung f.       Ilmu
      kimia.
3.      Sistem Sosial
Sistem sosial pada Dinasti Abbasiyah merupakan sambungan dari dinasti sebelumnya yaitu dinasti Umayyah. Pada masa dinasti Abbasiyah ini terjadi perubahan yang sangat signifikan di antaranya adalah:
a.       Tampilnya kelompok Mawali khusunya pada pemerintahan Irak, yang menduduki peran dan posisi  penting di pemerintahan.
b.       Masyarakat terbagi dua kelompok, yaitu: a.       Kelompok khusus b.      Kelompok umum
c.        Kerajaan Islam dinasti Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa yang berbeda-beda.
d.       Perkawinan campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.
e,    Terjadinya pertukaran pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul kebudayaan baru.
f.         Perbudakan.
Sebab-sebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Adapun penyebab kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah adalah wilayah kekuasaan yang sempit yang menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad, Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol inilah awal babak baru dalam sejaran Islam yang disebut masa pertengahan. Sebagai mana terlihat dalam periodisasi khalifah Abbasiyah masa kemunduran dimulai sejak periode kedua.
Beberapa faktor kemunduran Dinasti Abbasiyah antara lain:
1.      Persaingan Antarbangsa
Menurut Stryzewska, ada dua sebab dinasti Abbasiyah memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.Pertama, sulit bagi orang –orang Arab melupakan Bani Umayyah karena pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas kesukuan tradisonal.
2.      Kemerosotan Ekonomi
Dinasti Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi persamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Setelah memasuki periode kemunduran pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran meningkat. Penurunan ini disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak terjadinya kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak membayar upeti.sedangkan pengeluaran membengkak disebabkan karena kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah karena pejabat melakukan korupsi.
3.      Konflik Keagamaan
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syiah saja tetapi juga antar aliran dalam Islam.
4.      Ancaman dari Luar
a.       Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b.      Serangan tentara Mongol ke wi;layah kekuasaan Islam

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul.2007.Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Koto,Alaidin,dkk. 201.Sejarah Peradilan Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nizar,Samsul.2007.Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Susanto,Musyarifah. 2003.Sejarah Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.Jakarta: Kencana..
Yatim,Badri. 2008.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jaih mubarok.2011 Sejarah Peradapan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
 A. Syalabi .2000. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, Jakarta: al husna zikra.
Syukur Fatah, 2011, Sejarah Peradaban Islam Cet III, Pustaka RizkiPutra, Semarang.






Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ