PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Rabu, 25 Maret 2015

Tarbiyah, Ta'lim dan Ta'dib

Pendidikan Islam: Pengertian Tarbiyah, Ta'lim dan Ta'dib

Oleh: Bukhari Umar

Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut Kamus Bahasa Arab, lafal al-Tarbiyah berasal dan tiga kata, yaitu: 

Pertama: raba yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat dilihat dan firman Allah: 

َمَا آَتَيْتُمْ ومِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ  
 “Dan suatu riba (tambahan) yang kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah “. (QS Al-Rum: 39).
Kedua: rabiya yarba dengan wazan (bentuk) khafiya yakhfa yang berarti: menjadi besar. Atas dasar makna inilah Ibn aI-’Arabi mengatakan:
فَمَنْ يَكُ سَائِلاً عَنِّى فَإِنىِّ بِمَكَّةَ مَنْزِلِى وَبِهَا رُبِيْتُ
"Jika orang bertanya tentang diriku, maka Mekah adalah tempat tinggalku dan di situlah aku dibesarkan".
Ketiga: rabba yarubbu dengan wazan (bentuk) madda yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Makna ini antara lain ditunjukkan oleh perkataan Hasan bin Tsabit, sebagaimana yang ditulis oleh Ibn al-Manzhur dalam “lisan al-‘Arab:
وَلاَنْت أَحْسَنُ إِذْ بَذَرْتَ لَنَا    يَوْمَ الخْرُوُْجُ بِسَاحَةِ الْقَصْرِ
مِنْ ذُرَّيَةِ بَيْضَآءِ صَافِيَةٍ     مِمَّا تَرَبَّبَ جَائِرَةُ الْبَحْرِ
"Sesungguhnya ketika engkau tampak pada hari ke luar di halaman istina, engkau lebih baik daripada sebutir mutiara putih bersih yang dipelihara oleh kumpulan air di laut’ ".
Kata Ibn al-Manzhur. “Rababtul amra-arubbuhu rabban wa rababan, berarti aku memperbaiki dan mengokohkan perkara itu (Al-Nahlawi, 1989: 31).
Kata “tarbiyah” merupakan masdar dan rabba, yurabbiy, tarbiyat dengan wazan fa‘ala, yufa‘ilu, taf'ilan”. Kata ini ditemukan dalam Alquran Surat Al-Isra’/17:24 yang terjemahannya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil “.
Dalam terjemahan ayat di atas, kata tarbiyah digunakan untuk mengungkapkan pekerjaan orang tua yang mengasuh anaknya sewaktu kecil. Pengasuhan itu meliputi pekerjaan: memberi makanan, minuman. pengobatan, memandikan, menidurkan dan kebutuhan lainnya sebagai bayi. Semua itu dilakukan dengan rasa kasih sayang.
Beberapa pengkaji telah menyusun definisi pendidikan dari ketiga asal kata ini: Imam al-Baidawi (wafat: 685),dalam tafsirnya “Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta ‘wil “, mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah yaitu: menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Kemudian kata itu dijadikan sifat Allah Swt. sebagaimubalaghah (penekanan).
Dalam buku mufradat, al-Raghib al-Ashfahani (wafat: 502 H), menyatakan bahwa makna asal al-Rab adalahal-Tarbiyah, yaitu: memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna (Al-Ashfahani, 1992:336).
Dari ketiga asal kata di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri dari empat unsur:
(1). Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang balig.
(2). Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam
(3). Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.
(4).   Proses ini dilaksanakan secara bertahap.
B. Pengertian Ta'lim
Pengertian ta’lim sebagai suatu istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pendidikan dikemukakan oleh para ahli, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
(1). Abdul Fatah Jalal mengemukakan bahwa Ta'lim adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman. pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi penyucian (tazkiyah) atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. (Jalal, 1977: 17)
Berdasarkan pengertian ini dipahami bahwa dari segi peserta didik yang menjadi sasarannya, lingkup term al-ta'lim lebih universal dibandingkan dengan lingkup term al-tarbiyah karena al-ta‘lim mencakup fase bayi. anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Sedangkan al-tarbiyah khusus diperuntukan untuk pendidikan dan pengajaran fase bayi dan anak-anak.
(2). Muhammad Rasyid Rida memberikan definisi ta'lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu, (Rida, 1373 H: 262). Penta’rifan itu herpijak dari firman Allah Swt. surat Al-Baqarah ayat 31 tentang ‘allama Tuhan kepada Nabi Adam as. sedangkan proses transmisi itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. (Al Atas, 1988: 66).
(3). Syekh Muhammad al-Naquib al-Attas memberikan makna al-ta'lim dengan pengajaran tanpa pengenalan secara mendasar. Namun apabila al-ta‘lim disinonimkan dengan al-tarbiyah, al-ta'lim mempunyai makna pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah sistem, (Alatas, 1988: 66).
Dalam pandangan Naquib, ada konotasi tertentu yang dapat membedakan antara term al-tarbiyah darial-ta‘lim, yaitu ruang lingkup al-ta'lim lebih universal daripada ruang lingkup al-tarbiyah sebab, al-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial. Lagi pula, makna al-tarbiyah lebih spesifik karena ditujukan pada objek-objek pemilikan yang berkaitan dengan jenis relasional, mengingat pemilikan yang sebenarnya hanyalah Allah. Akibatnya, sasarannya tidak hanya berlaku bagi umat manusia tetapi tercakup juga spesies-spesies yang lain.
(4). Muhammad Athiyah al-Abrasy mengemukakan pengertian al-ta'lim yang berbeda dari pendapat-pendapat di atas. Beliau menyatakan bahwa al-ta'lim lebih khusus daripada al-tarbiyah karena al-ta'lim hanya merupakan upaya menyiapkan individu dengan mengacu kepada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan al-tarbiyah mencakup keseluruhan aspek-aspek pendidikan. (Al-Abrasyi, t.th, :7).
Al-ta'lim merupakan bagian kecil dari al-tarbiyah al-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada domain kognitif. Hal ini dapat dipahami dari pemakaian kata‘allama dalam surat Al-Baqarah, 2:31. Kata ‘allama dikaitkan dengan kata ‘aradha yang berimplikasikan bahwa proses pengajaran Adam tersebut pada akhirnya diakhiri dengan tahap evaluasi. Konotasi konteks kalimat itu mengacu pada evaluasi domain kognitif, yaitu penyebutan nama-nama benda yang diajarkan, belum pada tingkat domain yang lain. Hal ini memberi isyarat bahwa al-ta'lim sebagai masdar dari ‘allama hanya bersifat khusus dibanding dengan al-tarbiyah.
C. Pengertian Ta ‘dib
Muhammad Nadi al-Badri, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, mengemukakan bahwa pada zaman klasik, orang hanya mengenal kata ta‘dib untuk menunjukkan kegiatan pendidikan. Pengertian seperti ini terus terpakai sepanjang masa kejayaan Islam, hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia waktu itu disebut adab, baik yang berhubungan langsung dengan Islam seperti: fiqh, tafsir, tauhid, ilmu bahasa Arab dan sebagainya maupun yang tidak berhubungan langsung seperti ilmu fisika, filasafat, astronomi, kedokteran, farmasi dan lain-lain. Semua buku yang memuat ilmu tersebut dinamai kutub al-adab. Dengan demikian terkenallah al-Adabal-Kabir dan al-Adab al-Shaghir yang ditulis oleh Ibn al-Muqaffa (w. 760 M). Seorang pendidik pada waktu itu disebutMu‘addib. (Ramayulis, 1991: 6).
Ta‘dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. (Attas: 66). Pengertian ini berdasarkan Hadis Nabi Saw.:
أَدَّبَنِى رَبِّى فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِى
"Tuhanku telah mendidikku dan telah membaguskan pendidikanku".
Dalam struktur telaah konseptualnya, ta‘dib  sudah mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran(ta'lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). (Attas: 74-75). Dengan demikian,  ta'dib lebih lengkap sebagai term yang mendeskripsikan proses pendidikan Islam yang sesungguhnya. Dengan proses ini diharapkan lahir insan-insan yang memiliki integritas kepribadian yang utuh dan lengkap.

Daftar Bacaan:
Al-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, Terjemahan Herry Noor Ali, Judul Asli “Ushul al-Tarbiyat al-Islamiyah wa Asalibuha”, Bandung: Diponegoro, 1989
Al-Ashfahaniy, Al-Raghib, al-Mufradat Alfāz al-Qur’ān, Beirut, ad-Dar asy-Syamiyah, tth.
Abd al-Fatah Jalal, Min al-Ushul al-Tarbawiyyah fi al-Islam, Mesir:
Dar al-Kutub al-Mushriyyah, 1977
Rida, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Quran al-Hakim; Tafsir al-Manar, Juz VII, Beirut, Dar al-Fikr, tt.
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, al-Tarbiyyah al-Islāmiyah wa Falāsifatuhā, Mishr: Isa al-Babiy al-halabiy wa Syurakah, t.th.
Al-Attas, Muhammad Naquib,  Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1992
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994

Pengertian ta’lim, ta’dib, tarbiyah, Tadris dan Tahdzib Ta’lim,

0
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
At-Ta’lim dalam al-qur’an menggunkan bentuk fi’il (kata kerja) dan isim (kata benda), dalam fi’il madliy disebutkan sebanyak 25 ayat dari 15 surat, Fi’il mudlari 16 kali dalam 8 surat.
Kata-kata at-Ta’lim dalam bentuk fi’l madliy (kata kerja lampau) adalah ‘allama ( ) dengan berbagai variasinya, antara lain:
1. QS. Al-Baqarah : 31
Al-Maraghi menjelaskan kata ‘allama dengan alhamahu (memberi Ilham), maksudnya Allah memberi Ilham kepada Nabi Adam a.s. untuk mengetahui jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat, dan nama-namanya.
2. Q.S. Ar-Rahman : 1-4
Kata Allama’ mengandung arti memberitahukan, menjelaskan, memberi pemahaman.
3. QS. Al-‘Alaq : 4-5
Ash-Shawi, Al-Maraghi, dan Al-Juzi menafsirkan makna ‘allama, dengan makna memberitahukan atau menyampaikan ilmu menulis dengan kalam, menjadikan kalam sebagai alat untuk saling memahami di antara manusia.
At-Ta’lim Dalam Hadits
Menurut Al-Asqalani, kata ta’lim nabi kepada umatnya, lai-laki dan perempuan dengan cara tidak mengunakan pendapatnya dan juga qiyas.
Secara struktur, kata hum dalam hadits menunjukan makna ta’lim bersifat umum,bagi siapa saja dan tingkatan usia.
Ta’dib
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
Tarbiyah
merupkan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang berarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mangasuh, mendididk dan memelihara.
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
At-Tarbiyat dalam Al-Quran :
1. Arbabun, terdapat dalm QS. Yusuf : 39. Al-Juzi mengatakan bahwa arbabun dalam ayat tersebut artinya berhala, baik kecil maupun besar.
2. Arbaban, terdapat dalam QS. Ali Imran : 64. Ath-Thabari, Al-Juzi, Al-Maraghi bahwa yang dimaksud arbaban pada ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi yang menjadikan pendeta-pendetanya (seperti ulama dalam bidang agama)
3. Ribbiyuna, terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 146 “ sekelompok orang yang beribadah kepada Tuhannya, baik dari kelompok ahli fiqih, para ulama, para pengajar maupun pelajar/siswa”.
4. Rabiyan, , terdapat dalam Q.S. Ar-Ra’du : 17 “tinggi diatas air /mengambang diatas air”.
5. Rabiyyata, , terdapat dalam Q.S. Al-Haqqat : 10, “Kerasnya adzab/siksa Allah SWT”.
6. Rabwatan, , terdapat dalam Q.S. Mu’minun : 50, “tempat/tanah yang tinggi”.
7. Rabbat, , terdapat dalam Q.S. Fushilat : 39 dan Q.S. Al-Hajj : 5, “ memenuhi atau mengembang /meniggi, bertambah”.
8. Riba/ ar-riba, terdapat dalam QS. Ali Imran : 130, dan QS. Al-Baqarah : 257. kata riba/ ar-riba adalah az-ziyadah (bertambah atau berkembang).
9. Yarbu, , terdapat dalam Q.S. Ar-Rum : 39, “bersih atau berlipat ganda/bertambah”.
10. Yurbi, , terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah :276 “bertambah, berkembang, dan berlipat ganda”.
11. Arba, terdapat dalam QS. Al-Nahl : 92. arba berarti aktsara (lebih banyak). Keduanya menunjukkan arti yang tidak berbeda.
At-Tarbiyat dalam Al-Hadits
Kosakata yang ada dalam hadits baik dalam bentuk fi’l maupun dalam bentuk ism. Kata-kata tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tarubbu (menjaga, memelihara, dan mengurus).
2. Yurabbi (memelihara dari sejak kecil sampai besar)
3. Yurabbani ( kata Yurabbani, bermakna yasudani yang berarti memimpin).
4. Yurabbi (mendidik dengan unsur ta’lim di dalamnya).
5. Rabba (pemilik,menyempurnakan, penambah, mengamalkan)
6. Rabbi (Hadits Abu Hurairah Ra, “ Janganlah seorang buadk berkata “Rabbi” kepad tuanya).
7. Rabbuha (Rabb berarti pemilik, sedang rabbuha berarti hilangnya unta hingga ditemukan oleh pemiliknya).
8. Rabaib (kambing yang diurus di rumah bukan diluar).
9. Rabbaniyyin (mereka yang mendidik murid-murid dari mulai ilmu yang kecil/ mudah sebelum yang sulit). Juga, disebutkan orang yang pandai, beramal, dan pengajar. Dengan demikian, Rabbani (insan pendidik yang mendidik manusia dari masalah mudah ke masalah yang sulit).
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang
secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam
At-Tadris
At-tadris adalah upaya menyiapkan murid ( mutadarris ) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla Allah (definisi secara luas dan formal).
1. QS. Al-An’am : 105
Al-Maraghi menjelaskan kata darasta dengan makna yang umum, yaitu membaca berulang-ulang dan terus-menerus melakukannya sehingga sampai pada tujuan. Al-Khawrizmi, Ath-Thabari, dan Ash-Shuyuti mengartikan kalimat darasta dengan makna, “engkau membaca dan mempelajari”.
C. At-Tadris dalam Hadits
Al-Juzairi memaknai tadarrusu dengan membaca dan menjamin agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu.
At-Tahdzib
At-tahdzib adalah pembinaan akhlak yang dilakukan seorang muhadzdzib (guru) terhadap mutahadzdzib (murid) untuk membersihkan, memperbaiki prilaku dan hati nurani dengan sesegera mungkin karena adanya suatu penyimpangan atau kekhawatiran akan adanya penyimpangan, sehingga tahdzib itu dapat mewujudkan insan muslim yang berhati nurani yang bersih, berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran Allah(definisi secara luas dan formal).

KESIMPULAN
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an.
kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, maupun at-ta’dib menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ