FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS
SERAMBI MEKKAH
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Kampus: Jl. Tgk. Imum Lueng Bata Desa Batoh – Banda
Aceh Telp. (0651) 26160 Fak.
(0651) 22472
DAFTAR NILAI MITEM
Mata Kuliah/SKS : Metodologi
Studi Islam – I
Dosen :
Muhammad Yani, S. Pd.I, M.Ag
Asisten :
..................
NO
|
NAMA
|
NIM
|
MITEM
|
PERBAIKAN
|
30
|
(25)*
|
|||
1.
|
Ayu Wardatun
Jannah
|
1212010044
|
23
|
|
2.
|
Ayulidar
|
1212010032
|
27
|
|
3.
|
Cut Yusniar
|
1212010037
|
30
|
|
4.
|
Endrisuriadi
|
1212010011
|
11
|
|
5.
|
Fadhillah Dini
Ridhanur
|
1212010005
|
19
|
|
6.
|
Hamdan
|
1212010022
|
26
|
|
7.
|
Hayati
|
1212010010
|
|
|
8.
|
Iskandar Jaya
|
1212010008
|
19
|
|
9.
|
Jukri Swandi
|
1212010047
|
17
|
|
10.
|
Khalisyatul Muna
|
1212010024
|
21
|
|
11.
|
M. Aulia
|
1212010020
|
21
|
|
12.
|
Mainitasari
|
1212010002
|
18
|
|
13.
|
Mardiana
|
1212010001
|
21
|
|
14.
|
Miswardi
|
1212010006
|
11
|
|
15.
|
Win Rahmat Mulia
|
1212010012
|
23
|
|
16.
|
Nurhidayati
|
1212010035
|
27
|
|
17.
|
Ralil Afri
|
1212010018
|
26
|
|
18.
|
Rizza Dara Phoma
|
1212010040
|
23
|
|
19.
|
Safariah
|
1212010003
|
2
|
|
20.
|
Sahidan
|
1212010015
|
21
|
|
21.
|
Siti Asma
|
1212010023
|
21
|
|
22.
|
Syukriah
|
1212010017
|
27
|
|
23.
|
Wilda Nizar
|
1212010045
|
21
|
|
24.
|
Zaini
|
1212010014
|
24
|
|
25.
|
Lilis Sunani
|
1212010052
|
|
|
Not.
- Bagi anda yang memperoleh nilai di bawah 25 dan ingin memperbaikinya,maka diberikan kesempatan, akan tetapi nilai maksimal yang akan didapat setelah perbaikan tidak akan lebih dari nilai 25
- Ket: Belum Ikut
Ujian Mitem Tes
Banda
Aceh, Nopember 2012
Dosen Ybs
Dto
(Muhammad
Yani, S. Pd.I, M.Ag)
PENDIDIKAN KARAKTER DAN KECERDASAN
Oleh Suparlan *)
Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku,
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
(WS Rendra, dalam Sajak Pertemuan Mahasiswa)
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini,
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
(WS Rendra, dalam Puisi Sebatang Lisong)
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Dalam acara peringatan tahun ini, 2 Mei 2010, Menteri
Pendidikan Nasional menentukan tema “Pendidikan Karakter Untuk
Keberadaban Bangsa”. Sungguh menjadi satu kejutan tersendiri bagi
banyak orang yang sudah lama lupa dengan konsep Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) yang kini telah tiada dan hanya tinggal menjadi sebuah
nama dalam perjalanan sejarah masa lalu. Selain itu, banyak pula orang
yang memberikan sambutan gegap gempita luar biasa, dengan menyebut
sebagai satu kebangkitan pendidikan karakter di negeri ini, ketika
negeri ini telah dihuni oleh banyak para pelaku korupsi, makelar kasus,
dan video mesum. Korupsi, makelar kasus dan video mesum telah menjadi
terminologi yang dibahas setiap hari dalam acara televisi. Sungguh tema
Hardiknas itu mengingatkan kita bahwa bangsa ini sudah menjadi bangsa
yang tidak civilized lagi. Itulah sebabnya maka upaya membangun bangsa yang beradab harus dilakukan melalui proses pendidikan.
Mengapa Melalui Pendidikan?
“Education is not a preparation of life, but it’s life itself”.
Demikianlah pendapat John Dewey ketika beliau berusaha menjelaskan
tentang ranah pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan adalah
kehidupan. Oleh karena itu, benar kata WD Rendra dalam salah satu
puisinya telah mempertanyakan tentang adanya “papan tulis-papan tulis
para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan”. Mengapa? Proses
pendidikan di sekolah ternyata masih lebih mengutamakan aspek
kognitifnya ketimbang afektif dan psikomotoriknya. Bahkan konon Ujian
Nasional pun lebih mementingkan aspek intelektualnya ketimbang aspek
kejujurannya. Konon tingkat kejujuran Ujian Nasional itu hanyalah 20%,
karena masih banyak peserta didik yang menyontek dalam pelbagai cara
dalam mengerjakan Ujian Nasional itu.
Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences),
Daniel Goleman mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan
sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan
intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan
karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab, bukan
kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka
terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan
pendidikan karakter (character education).
Apa itu Karakter dan Pendidikan Karakter?
Para pegiat pendidikan karakter mencoba melukiskan pilar-pilar penting dalam pendidikan karakter dalam gambar berikut.
Sumber: www.google.com
Dari gambar tersebut jelas bahwa pendidikan karakter meliputi 9 (sembilan) pilar yang saling kait-mengait, yaitu:
- responsibility (tanggung jawab);
- respect (rasa hormat);
- fairness (keadilan);
- courage (keberanian);
- honesty (kejujuran);
- citizenship (kewarganegaraan);
- self-discipline (disiplin diri);
- caring (peduli), dan
- perseverance (ketekunan).
Dalam gambar tersebut, dijelaskan bahwa nilai-nilai dasar kemanusian
yang harus dikembangkan melalui pendidikan bervariasi antara lima
sampai sepuluh aspek. Di samping itu, pendidikan karakter memang harus
mulai dibangun di rumah (home), dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat (community) dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri (bussiness).
Berkenaan dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman
Mandikdasmen, Direktur tur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Prof. Suyanto, PhD menjelaskan sebagai berikut. Karakter
adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Lebih lanjut, Prof. Suyanto, PhD juga menyebutkan sembilan pilar
karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang
kelihatan sedikit berbeda dengan sembilan pilar yang telah disebutkan
di atas. Sembilan pilar karakter itu adalah:
- Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
- Kemandirian dan tanggungjawab;
- Kejujuran/amanah,
- Hormat dan santun;
- Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
- Percaya diri dan pekerja keras;
- Kepemimpinan dan keadilan;
- Baik dan rendah hati, dan;
- Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara
satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung
kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar
toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih
ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran antarwarga,
tawuran antaretnis, dan bahkan tawuran antarmahsiswa, masih menjadi
fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan jumlah dan jenis
pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan
pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh,
pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada
pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam
pilar-pilar yang lainnya.
Itulah sebabnya, ada sekolah yang memilih enam pilar yang akan
menjadi penekanan dalam pelaksanaan pendidikannya, misalnya digambarkan
sebagai berikut:
Sumber: http://www.fisdk12.net/ww/faculty/mrsgruener.html
Dalam gambar tersebut, SD Westwood menekankan pentingnya enam pilar karakter yang akan dikembangkan, yaitu:
- Trustworthiness (rasa percaya diri)
- Respect (rasa hormat)
- Responsibility (rasa tanggung jawab)
- Caring (rasa kepedulian)
- Citizenship (rasa kebangsaan)
- Fairness (rasa keadilan)
Itulah sebabnya, definisi pendidikan karakter pun akan berbeda
dengan jumlah dan jenis pilar karakter mana yang akan lebing menjadi
penekanan. Sebagai contoh, disebutkan bahwa “character education
involves teaching children about basic human values including honesty,
kindness, generosity, courage, freedom, equality, and respect” (http://www.ascd.org). Definisi pendidikan karakter inilebih menekankan pentingnya tujuh pilar karakter sebagai berikut:
- honesty (ketulusan, kejujuran)
- kindness (rasa sayang)
- generosity (kedermawanan)
- courage (keberanian)
- freedom (kebebasan)
- equality (persamaan), dan
- respect (hormat)
Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi
pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence).
Berdasarkan pilar yang disebutkan oleh Prof. Suyanto, PhD, pengertian
budi pekerti dan akhlak mulia lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai
berikut, yaitu cinta Tugan dan segenap ciptaannya, hormat dan santun,
dermawan, suka tolong menolong/kerjasama, baik dan rendah hati. Itulah
sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan budi pekerti atau akhlak mulia PLUS.
Terkait dengan kecerdasan ganda, kita mengenal bahwa kecerdasan
meliputi empat pilar kecerdasan yang saling kait mengait, yaitu: (1)
kecerdasan intelektual, (2) kecerdasan spiritual, (3) kecerdasan
emosional, dan (4) kecerdasan sosial. Kecerdasan intelektual sering
disebut sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri yang lebih disebut
dalam pengertian cerdas pada umumnya, dengan ukuran baku internasional
yang dikenal dengan IQ (intellegence quotion). Sementara
kecerdasan yang lainnya belum atau tidak memiliki ukuran matematis
sebagaimana kecerdasan intelektual. Kecerdasan di luar kecerdasan
intelektual inilah yang lebih dekat dengan pengertian karakter pada
umumnya. Dalam hal inilah maka, sebagaimana dijelaskan Prof. Suyanto,
PhD, kita memahami pernyataan Dr.Martin Luther King, tokoh spiritual
kulit hitam di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa pendidikan
bertujuan untuk melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat, atau
intellegence plus character. ”That is the goal of true education”,
demikianlah tambahnya. Itulah tujuan pendidikan yang sebenarnya, yakni
menciptakan manusia yang cerdas secara komprehensip, keseluruhan aspek
kecerdasan ganda tersebut.
Dengan demikian, pengertian karakter sebenarnya merupakan bagian
dari kecerdasan ganda yang dijelaskan Howard Gardner dengan teorinya
kecerdasan ganda, yang meliputi tujuh macam kecerdasan yang sering
disingkat SLIM n BIL, yaitu:
- Spatial (keruangan)
- Language (bahasa)
- Intrapersonal (intrapersonal)
- Music (musik)
- Naturalist (naturalis – sayang kehidupan alam)
- Bodily Kinesthetics (olahraga – gerak badan)
- Logical Mathematics (logikal –matematis)
Ketujuh tipe kecerdasan ganda menurut Howard Gardner tersebut
terkait dengan potensi universal manusia yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan. Itulah sebabnya, amatlah tepat amanat Pembukaan UUD
1945 yang menyebutkan tentang empat tujuan negara ini didirikan. Salah
satu tujuan itu adalah ”mencerdaskan kehidupan bangsa”, dalam arti
menemukan dan mengembangkan potensi kecerdasan semua anak bangsa. Anak
bangsa yang memiliki potensi kecerdasan spatial, didiklah menjadi arsitek yang handal. Anak bangsa yang memiliki potensi kecerdasan language,
didiklah menjadi ahli bahasa yang hebat. Demikian seterusnya dengan
potensi kecerdasan yang lainnya, sampai dengan potensi kecerdasan logical mathematics, didiklah menjadi intelektual yang handal.
Pengembangan ketujuh potensi kecerdasan tersebut, sudah barang tentu
harus dibarengi dengan pembinaan karakternya. Arsitek yang handal
sudah barang tentu harus memiliki enam atau sembilan pilar karakter
yang telah disebutkan. Demikian seterusnya dengan potensi kecerdasan
yang lainnya.
Anak-anak bangsa Indonesia harus dikembangkan semua potensi
kecerdasan gandanya. Upaya inilah yang menjadi kebijakan utama
pembangunan pendidikan nasional di negeri tercinta ini. Amanat
mencerdaskan kehidupan bangsa harus selalu menjiwai setiap daya upaya
pembangunan pendidikan. Tidak ada pendidikan, tidak ada pembangunan
sosial-ekonomi. Demikian pesan Ho Chi Mien, bapak pendidikan bangsa
Vietnam kepada aparat pendidikan di negaranya. Hanya dengan pendidikan,
negeri ini akan dapat kita bangun menjadi negara dan bangsa yang
memiliki daya saing yang setaraf dengan negara dan bangsa lain di
dunia.
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Pendidikan Karakter dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
Pilar karakter yang mana yang harus dikembangkan di Indonesia?
Sesungguhnya semua pilar karakter tersebut memang harus dikembangkan
secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di negeri ini.
Namun, secara spesifik memang juga ada pilar-pilar yang perlu
memperoleh penekanan. Sebagai contoh, pilar karakter kejujuran (honesty)
sudah pasti haruslah lebih mendapatkan penekanan, karena negeri ini
masih banyak tindak KKN dan korupsi. Demikian juga dengan pilar
keadilan (fairness) juga harus lebih memperoleh penekanan,
karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak pendukung
pemilukada yang kalah ternyata tidak mau secara legowo mengakui
kekalahannya. Selain itu, fenomena tawuran antarwarga, antarmahasiswa,
dan antaretnis, juga sangat memerlukan pilar karakter toleransi (tolerance), rasa hormat (respect), dan persamaan (equality).
Untuk tujuan khusus, misalnya membangkitkan semangat bagi para
olahragawan yang akan bertanding di tingkat internasional, maka pilar
rasa percaya diri (trustworthiness) dan keberanian (courage) juga harus mendapatkan penekanan tersendiri.
Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi
kecerdasan anak-anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan
karakternya, diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki
daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan
bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradab.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com
Jakarta, 10 Juni 2010.
2 komentar:
bereh tat pak dosen..semoga terus berkarya.
oya jang lupa singgah juga diblog sy ya...? salam kompak
http://www.informasi-syarif.blogspot.com/2014/06/inspektorat-aceh-ingin-adobsi-e-kinerja.html
mantap...http://www.informasi-syarif.blogspot.com/2014/06/inspektorat-aceh-ingin-adobsi-e-kinerja.html
Posting Komentar