PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Jumat, 16 November 2012

KEMU’JIZATAN AL QURAN



            Allah swt. mengistimewakan Nabi Muhammad saw. dengan bekal mu’jizat yang luar biasa, yaitu A1Qur’anul Karim. Al Quran itu merupakan nur ilahi dan wahyu samawy yang diletakkan ke dalam lubuk hati Nabi-Nya sebagai qur`anan ‘arobiyyan (bacaan berbahasa Arab) yang mulus dan lempang. Ia membacanya sepanjang malam dan siang. Melalui Al Quran dapat dihidupkan kembali semangat generasi dan bahaya kemusnahan, dan generasi yang sudah punah menjadi generasi yang hidup kembali dengan pancaran sinar Al Quran yang menunjukinya pada jalan yang teramat lurus serta membangkit­kannya kembali dari lembah kenistaan menjadi ummat yang terbaik yang ditampilkan untuk memimpin umatmanusia. Allah swt menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
Dan apakah orang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap-gudita yang sekali-kali ti­dak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. A1 An’am : 122)
       A1-Qur’an telah membangkitkan ummat memperbaharui ma­syarakat, dan menyusun generasi yang belum pernah tampil dalam sejarah. Ia menampilkan orang Arab dan kehidupan sebagai peng­gembala unta dan kambing menjadi pemimpin bangsa-bangsa yang dapat menguasai dunia bahkan sampai kepada negeri-negeri yang begitu jauh. Kesemuanya itu berkat Al-Qur~an sebagai mu’jizat (Muhammad) penutup para Nabi dan Rasul.
            Bila mu’jizat-mu’jizat Nabi dan Rasul terdahulu berupa mu’jizat materi yang bersifat indrawi maka mu’jizat Muhammad saw adalah berupa mu’jizat ruhiyah yang bersifat rasional (‘aqliyyah), sekalipun ada mu`jizat lain Rasulullah sawyang bersifat materil. Allah swt telah memberikan keistimewaan kepadanya berupa Al-Qur’an sebagai mu’jizat rasional yang kekal di sepanjang zaman agar dapat diper­hatikan oleh orang yang mempunyai hati dan pemikiran. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. ia bersabda: “Tiada seorang Nabi pun dari nabi-nabi yang terdahulu kecuali mereka hanya diberi mu’jizat yang sesuai, agar manusia mempercayainya, tetapi (mu’jizat) yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu (pengetahuan) yang disampaikan oleh Allah kepada­ku. Aku mengharapkan agar aku menjadi nabi yang paling banyak Pengikutnya”. (Riwayat Bukhari)

Arti Kemu`jizatan Al Quran

      I’jaz (kemu’jizatan) dalam bahasa Arab adalah menisbatkan le­mah kepada orang lain. Lafaz i`jaz dalam Al Quran, misalnya, terdapat dalam firman Allah SWT :
“Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti bu­rung gagak ini, kalau aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah : 31).
      Mu’jizat dinamakan mu’jizat (melemahkan) karena manusia lemah untuk mendatangkan sesamanya. Sebab mu’jizat berupa hal yang bertentangan dengan adat, keluar dari batas-batas faktor yang telah diketahui. I’jazul Quran (kemu’jizatan Al Quran) artinya: “Mene­tapkan kelemahan manusia baik secara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan semisalnya”.  Artinya, manusia tidak akan dapat menyamainya karena memang bukan berasal dari manusia.  Adapun tujuan adanya mu`jizat adalah untuk melahirkan kebenaran Nabi, menetapkan bahwa yang dibawanya adalah semata-mata wahyu dari Dzat Yang Maha Bijaksana, dan diturunkan dari Allah Dzat Yang Maha Kuasa. Mereka hanyalah menyampaikan risalah Allah. Melalui perantaraan mu’jizat ini seolah-olah Allah berfirman: “Benar hamba­Ku dalam hal yang ia sampaikan dari Aku dan Aku mengutusnya agar ia menyampaikan sesuatu kepadamu”.  Sedangkan dalil atas kebenarannya adalah dengan cara men­jalankan hal-hal yang bertentangan dengan adat pada tangan Rasul, di mana tak ada seorangpun di antara manusia yang bisa menda­tangkan sesamanya, dan sesuatu hal yang di luar kemampuan manusia untuk bisa menjalankannya dalam hal seaneh dan seluar biasa ini. Itulah arti mele­mahkan dan itu pula pengertian mu’jizat.  Secara sederhana namun tegas, Husain Abdullah dalam Dirasat fil Fikril Islam (1990) menyebutkan bahwa mu`jizat adalah itsbatul ‘ajzi, menunjukkan kelemahan manusia hingga membungkam dan meyakinkan manusia bahwa orang yang membawa mu`jizat itu adalah utusan Allah serta apa yang dikatakannya adalah wahyu.

Kapan Kemu’jizatan Itu Dibuktikan ?

      Sifat kemu’jizatan itu tidak bisa dibuktikan, kecuali apabila tiga faktor telah terpenuhi. Faktor dimaksud adalah :
a.  adanya tantangan (ajakan bertanding dan berlomba)
b.  faktor yang mendorong untuk menangkis tantangan itu masih ada
c.       perkara yang menghalang-halangi sudah tidak ada
Melihat semua itu kemu`jizatan Al Quran ditujukan bagi seluruh umat manusia dalam setiap masa.  Sebab, tantangan Al Quran sendiri berlaku bagi siapapun.  Berkaitan dengan perkara ini Allah SWT berfirman :
Atau patutkah mereka mengatakan ‘Muhammad membuat-buatnya’.  Katakanlah : ‘(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka coba datangkan sebuah surat dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar’  (QS. Yunus : 38).
Katakanlah : “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian lainnya (QS. Al Isra : 88).

Bentuk Mu`jizat Al Quran

            Sebagian Ulama berpendapat bahwa segi kemujizatan Al­ Qur’an adalah sesuatu yang terkandung dalam Al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing berbeda dengan susunan orang Arab dan prosanya, baik dalam permulaannya, suku kalimatnya maupun dalam komanya.  Ada pula sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemujizatan itu ada­lah terkandung dalam lafazh-Iafazhnya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah, karena Al-Quran sastra­nya termasuk tingkat yang tinggi yang tidak ada bandingannya.  Begitu juga, ada ulama lain berpendapat bahwa kemujizatan itu karena Al­ Quran terhindar dari adanya pertentangan, mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal ghaib di luar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya serta Al-Qur’an bersih dan selamat dan pertentangan dan perselisihan pendapat.  Dalam redaksi sedikit lain, ada lagi orang yang berpendapat bahwa segi kemujizatan Al­ Quran adalah karena adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang terkandung dalam Al-Quran baik dalam permulaan, tujuan maupun dalam menutup setiap surat. Sebenarnya, semua pendapat itu sama.  Mereka menyatakan bahwa bentuk kemujizatan Al Quran itu terletak pada bahasanya itu sendiri, yaitu jelas dalam lafazh atau bunyi, bersastra dalam arti dan bentuk susunan yang indah.
       Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kemujizatan Al Quran tidak terbatas pada bahasanya melainkan juga terdapatnya cerita-cerita masa lalu, berita masa datang, dan beberapa pengetahuan ilmiah yang sesuai dengan sains.  Namun, sebenarnya hal-hal tersebut bukanlah mujizat melainkan argumentasi tentang Maha luasnya ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, bukan merupakan bentuk mu`jizat (Dirasat Fil Fikril Islam, 1990).  Lebih tegas lagi, Taqiyyuddin dalam Asy Syaksiyyah Al Islamiyyah I (1994) menyatakan bahwa Al Quran itu merupakan lafaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.  Lafaz inilah yang menunjukkan pada makna yang dikandungnya.  Jadi, Al Quran merupakan lafaz sekaligus maknanya juga.  Oleh sebab itu, lanjutnya, Allah SWT mensipati Al Quran sebagai Arab dalam hal lafaznya bukan yang lainnya.  Firman Allah SWT :
       Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya (QS. Yusuf : 2).
       (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertaqwa (QS Az Zumar : 28).
Jadi, Arab merupakan sifat bagi lafaz Al Quran bukan maknanya sebab makna-maknanya merupakan makna manusiawi bukannya makna arabiy, makna tersebut bagi seluruh umat manusia bukan bagi orang Arab saja.  Berdasarkan hal ini pendapat bahwa mu`jizat Al Quran terletak hanya pada segi bahasanya (kefasihannnya, balaghahnya, keindahannya, dan ketinggian sastranya) tepat.
        Kemujizatan Al Quran nampak dalam gaya bahasanya.  Yaitu adanya susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan yang diketahuinya dalam bahasa Arab. Al Quranul Karim tidak bisa disamai oleh apapun dalam susunannya. Al-Qur’an bukan susunan syair dan bukan pula susunan prosa. Hal itu telah dibuktikan oleh tokoh-tokoh sastra dan gembong-gembong ahli pidato yang fasih dan gamblang seperti Walid bin Mughirah, Utbah bin Rabi’ah dan sastrawan lain yang terkenal.
        Beberapa contoh sejarah menunjukkan hal ini.  Misalnya, diceritakan bahwa Walid bin Mughirah datang kepada Nabi kemudian Nabi membacakan Al Quran di hadapannya, maka
Seolah-olah hati Walid menjadi lembut dengannya. Berita itu sampai pada Abu Jahal dan ía mendatanginya seraya berkata : “Wahai paman Walid sesungguhnya kaum engkau hendak mengumpulkan harta untuk diberikan kepadamu sedangkan engkau datang kepada Muhammad untuk mendapatkan anugerahnya”. Walid menjawab: “Orang-orang Ouraisy telah tahu betul bahwa saya adalah seorang yang paling ba­nyak hartanya”. Abu Jahal berkata: “Katakanlah salah satu ucapan yang akan kau sampaikan pada kaummu bahwa engkau memungkiri Muhammad”. Walid menjawab : apa yang kaukatakan ? Demi Allah ti­dak ada seorangpun di antara kamu yang lebih pandai dari aku tentang syair, tidak dalam bentuk prosa, tidak dalam bentuk qosidah, ti­dak pula dalam syair-syair jin. Demi Allah ucapannya itu manis dan indah, yang di atas berbuah dan yang di ba­wah subur. Sungguh Al Quran itu tinggi tidak ada yang melebihi­nya. Abu Jahal terlaknat berkata: “Demi Allah, kaummu tidak akan rela dengan engkau mengucapkan hal itu”. Walid menjawab : tinggal­kan aku sehingga aku bisa berfikir. Maka setelah berfikir Walid ben­kata:
Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang- orang yang terdahulu.  (QS. A1 Muddatstsir : 24)
Kemudian turunlah firman Allah dalam surat Al Muddatstsir ayat 11.
    Selain itu, kemujizatan Al Quran terdapat dalam kalimat uslub.  Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu balk dan indah, mengagumkan orang-orang Arab karena langgam dan keindahan, keasikan dan kemanisan susunannya.
            Al-Qur’anul Karim dalam uslubnya yang begitu menakjubkan dan berbeda dengan uslub/susunan ucapan manusia, itu mempunyai beberapa keistimewaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut (I`jazul Quran, Roth, hal. 261) :
1.  Kelembutan Al-Qur’an secara lafazhiah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasanya.
2.  Keserasian Al Quran baik untuk awam maupun kaum cendekia­wan dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan Al-Qur’an.
3.  Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana A1-Qur’an memberikan pelajaran pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindaban sekaligus.
4.  Keindahan sajian Al Quran serta susunan babasanya, seolah­-olah merupakan suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan serta perhatian.
5.  Keindahannya dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta ber­aneka-ragam dalam bentuknya, dalam arti bahwa satu makna diungkapkan dalam beberapa lafazh dan susunan yang bermacam­macam, yang semuanya indah dan halus.
6. A1-Our’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global dan bentuk yang terperinci (bayan).
7.  Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)
            Dalam topik “Beberapa Keistimewaan Uslub Al Quran” al­marhum Syekh Zarqoni mengatakan: “Dalam al-Qur’an itu terdapat kesan yang menarik serta mengagumkan yang nampak dalam susun­an suara dan keindahan bahasanya    Dan yang kami maksud de­ngan susunan AI-Qur’an dalam bentuk suara, adalah susunan rang­kaian Al-Qur’an dalam harakat, bacaan sukun, bacaan panjang dan ghunnah (dengung), pertautan satu bacaan dengan bacaan lain dan tanda-tanda berhenti (saktah) dengan susunan yang mengagumkan dan rangkaian yang indah serta menarik perhatian dan menawan hati dengan menggunakan suatu metode yang tidak bisa dicapai oleh kali­mat apapun, baik bentuk nazhom maupun bentuk prosa.  Dan yang kami maksud dengan keindahan Al-Qur’an dalam bentuk bahasa, adalah aspek yang mengagumkan, yang menjadi ciri keistimewaan Al-Qur’an dalam bentuk sifat-sifat huruf dan tertib su­sunan kata-katanya, dengan susunan yang berbeda dengan susunan­susunan yang dituangkan oleh setiap orang dalam pembicaraannya.
            Kcindahan bahasa ini telah mencapai puncak kemujizatan, di­mana kalau ada suatu ucapan manusia masuk ke dalam Al Quran, pasti perasaan keindahan Al Quran pada lidah-lidah pembaca itu rusak, dan susunan A1 Quran dalam telinga para pendengarnya akan menjadi kacau.
Dan keajaiban faktor keindahan bahasa dan susunan suara ini ialah dari satu segi merupakan dalil atas kemu’jizatan Al-Qur’an, dan ditinjau dan segi lain adalah merupakan benteng yang tangguh untuk memelihara Al-Qur’an. Hal itu mengandung rahasia bahwa dari bentuk keindahan bahasa dan susunan suara terdapat faktor yang mendorong terpeliharanya pendengaran, tergugahnya perhati­an, dan tergeraknya intuisi setiap manusia terhadap Al-Qur’an.

Karena itu, sepanjang masa Al-Qur’an tetap dominan pada li­dah dan telinga semua makhluk, dan esensi serta spesialisasinya di­kenal di kalangan mereka sehingga tidak seorangpun yang berani merubah dan mengganti Al Quran. Hal itu adalah sebagai realisasi daii firman Allah s w t.:
   Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguh­nya Kamilah benar-benar memeliharanya.  (QS. A1 Hijr : 9).
          Diantara keistimewaan uslub Al Quran yang lain adalah Al Quran bisa mengajari akal dan hati sekaligus serta meliputi hak dan keindahan sekaligus pula. Renungkanlah Al Quran, ia dalam keadaan sungguh~sungguh mendatangkan dalil rasionat untuk menghadapi orang-orang yang ingkar dan mendustakan adanya bangkit dari kubur. Bagaimana ca­ranya Al Quran membawakan dalil yang mengetuk hati dan meng­hibur perasaan dengan isi dalil-dalil yang memuaskan ini, dimana Al­lah s w t. berfirman dalam surat Fushshilat:
   
Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkanl air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Rabb yang menghi­dupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.      (QS. Fushshilat : 39).
Banyak lagi ayat-ayat seperti ini.
          Secara ringkas, bentuk kemujizatan Al Quran itu terdapat dalam :
a.     Lafaz dan susunannya.  Ayat-ayat Al Quran datang dengan gaya bahasa yang tepat dan bagus hingga betapapun fushahnya orang Arab tidak dapat mendatangkan yang semisalnya.  Mereka sudah berupaya, namun tidak mampu. Kekuatan ini nampak dalam kejelasan gaya bahasa dan ungkapan yang dipakai untuk menyampaikan suatu makna.
b.  Dalam susunan huruf dan kata-kata dalam ayat tak ditemukan dalam percakapan manusia maupun dalam syair.  Lafaz yang digunakan terang dan pas dengan apa yang dimaksud.
c.   Lafaz dan susunannya simple dan tepat namun mengandung makna yang serba mencakup.
          Berdasarkan hal itu, untuk dapat merasakan kemujizatan Al Quran penting untuk memahami bahasanya, yaitu bahasa Arab.

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ