I
|
nti
ajaran Islam adalah tauhid. Yakni tidak menyembah kepada selain Allah. Dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Tauhid akan menentukan kemusliman
seseorang. Muslim adalah seorang yang
bertauhid dan beriman kepada seluruh bagian dari aqidah Islam. Tauhid pula yang akan menentukan apakah
seseorang akan menjadi ahli surga atau ahli neraka. Dalam masalah tauhid hanya
ada dua kemungkinan: iman atau kafir dan tauhid atau syirik. Tidak ada
kemungkinan yang ketiga atau tengah-tengah diantara keduanya.
Memurnikan Tauhid
Menjadi kewajiban setiap muslim
untuk senantiasa memantapkan dan memurnikan tauhidnya dengan cara menjauhi
syirik.
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain
Allah itu hanyalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu
sembah selain Allah itu tidak mampu memberi rizki kepadamu, karena itu carilah
rizki itu disisi Allah dan sembahlah Dia serta bersyukurlah kepada-Nya. Hanya
kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan”
(al-Ankabut 17)
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat
memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari memperhatikan
doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya
sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan
mereka” (al-Ahqaf 5 – 6)
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa)
orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan serta yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah
disamping Allah ada Rabb yang lain? Amatlah sedikit kamu mengingat-Nya”
(al-Naml 62)
Syirik
Berbagai macam bentuk syirik pernah
dilakukan oleh manusia di masa Rasulullah. Dalam bentuk sedikit berbeda, syirik
juga dilakukan oleh orang-orang yang katanya modern sekarang ini. Seperti
penggunaan benda-benda tertentu (keris, patung gajah, guci, bunga, kemenyan,
batu akik, susuk, dan sebagainya) sebagai penolak bala atau pendatang
keberuntungan dan rizki. Juga kepercayaan terhadap ramalan, termasuk ramalan
bintang (astrologi); lalu kepercayaan terhadap hubungan antara bentuk, arah
rumah, pintu, jendela, tanggal pembangunan rumah, bahkan warna cat dengan
kebahagiaan, keselamatan dan kelapangan rizki. Ini yang dikenal dengan Hongsui.
Ada juga kepercayaan terhadap hari baik dan hari sial. Perbuatan syirik semacam
itu agaknya akan terus dilakukan oleh manusia hingga hari kiamat kendati
bentuknya berbeda-beda dari waktu ke waktu.
Dilihat dari intensitas
kemusyirkannya, syirik dapat dibagi menjadi dua: syirik besar dan syirik kecil.
Syirik besar (al-syirku al-akbar)
menurut As-Sa’adi dalam kitab al-Qaulu
al-Sadid diartikan: menjadikan bagi Allah sekutu (niddan) yang dia berdoa kepadanya seperti berdoa kepada Allah, takut,
harap dan cinta kepadanya seperti kepada Allah, atau melakukan satu bentuk
ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah.
Syirik besar ada yang bersifat dzahirun
jaliyun (tampak nyata) seperti menyembah berhala, matahari, bulan –
bintang, benda-benda tertentu atau mempertuhankan Isa al-Masih dan sebagainya.
Ada pula yang bersifat bathinun khafiyun
(tersembunyi) seperti berdoa kepada
orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya, minta disembuhkan
dari penyakit, dihindarkan dari bahaya dan sebagainya
Sementara syirik kecil (al-syirku al-asghar) mencakup semua
perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada kemusyrikan selain
syirik besar.
Syirik kecil bisa terus menerus
dilakukan bisa menjerumuskan pelakunya kepada syirik besar. Diantara perbuatan
yang termasuk syirik kecil adalah:
·
Bersumpah
dengan selain Allah
“Barangsiapa bersumpah dengan selain nama
Allah dia telah kufur atau syirik” (HR.
Tirmizi)
·
Memakai
jimat
“Barang
siapa menggantungkan diri kepada tangkal maka Allah tidak akan
menyempurnakan (imannya), dan barangsiapa menggantungkan diri kepada azimat
maka Allah tidak akan mempercayakan kepadanya”
(HR. Ahmad)
“Bahwasanya Rasulullah pernah melihat
seseorang memakai gelang kuningan di tangannya. Beliau bertanya, “Apakah ini?”
“Penolak lemah”, jawab orang itu. Maka Nabi berkata, “Lepaskanlah, karena dia
itu hanya kana menambah penyakit, dan kalau kamu mati dengan gelang itu masih
melekat di tubuhmu, niscaya kamu tidak akan
bahagia selama-lamanya (masuk neraka)”
(HR. Ahmad)
“Bahwasanya Rasulullah melihat seseorang
memakai benang di tangannya guna menolak
sakit panas, maka benang itu diputuskannya seraya beliau membacakan
firman Allah, “Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka
itu hanyalah orang-orang musyrik (Yusuf 106)”
(HR. Ahmad)
“Barangsiapa menggantungkan diri pada
azimat maka dia telah berbuat syirik”
(HR. Ahmad)
“Sesungguhnya mantra, azimat dan guna-guna
itu adalah perbuatan syirik” (HR. Ibn Hibban)
·
Sihir
“Barangsiapa yang membuat satu simpul
kemudian dia meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir. Barang siapa menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik”
(HR. Nasa’I)
·
Astrologi
atau Ramalan
“Barangsiapa mempelajari salah satu cabang
dari perbintangan, maka dia telah mempelajari sihir”(HR. Abu Dawud)
“Allah telah menciptakan bintang ini untuk
tiga keperluan, yakni hiasan langit, pelempar setan, dan tanda-tanda untuk
penunjuk arah. Barangsiapa mentakwilkan bintang-bintang itu diluar ketiga hal
itu, maka ia telah melakukan kesalahan, berbuat sia-sia dan telah
menyia-nyiakan nasibnya serta telah memaksakan dirinya pada sesuatu tanpa dasar
ilmu pengetahuan” (HR. Bukhari)
“Thiyarah (penentuan nasib dengan burung)
itu adalah syirik, thiyarah itu adalah syirik”
(HR. Tirmizi)
·
Bernazar
kepada selain Allah
“Barangsiapa yang bernazar untuk berbuat
taat kepada Allah maka hendaklah dia laksanakan nazarnya itu, dan barangsiapa bernazar untuk
mendurhakai Allah, maka janganlah dia mendurhakai-Nya”
(HR. Bukhari)
Menyembelih binatang atau
persembahan korban kepada selain Allah
“Dari Ali, Rasulullah bersabda kepadaku
dengan empat kalimat, yaitu Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain
Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang-tuanya, Allah melaknat
orang yang melindungi penjahat, dan Allah melaknat orang yang mengubah batas
tanah miliknya” (HR Muslim)
·
Riya’
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku
takuti terjadi pada kalian adalah al-syirku al-asghar (syirik kecil). Shahabat
bertanya, apa syirik kecil itu, ya Rasululallah? Rasulullah menjawab, Riya”(HR.
Ahmad)
Ikut-ikutan
Syirik dalam berbagai bentuknya,
jelas-jelas sangat ditentang Islam. Syirik adalah lawan dari tauhid. Islam
ingin menegakkan tauhid seraya memerangi syirik. Tapi mengapa banyak orang yang
melakukan syirik dan mempercayai segenap ramalan, sihir, kepercayaan tanpa
dasar terhadap ulasan-ulasan semacam Hongsui dan Fengsui? Jawabnya selain
miskinnya tauhid, juga karena ikut-ikutan. Hampir bisa dipastikan bahwa
perbuatan yang tidak rasional itu berkembang dari mulut ke mulut, dari orang ke
orang, lantas bila berkembang semakin
masif, kebiasaan itu berubah menjadi tradisi yang cenderung akan dipertahankan
terus menerus secara turun menurun. Maka, ketika orang melakukan itu semua
bukan lagi atas dasar pertimbangan ilmu
dan akal sehat, tapi semata tradisi. Kecenderungan semacam ini memang terjadi
sejak dulu.
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah
Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu
sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya” Berkata Ibrahim, “Apakah berhala-berhala itu mendengar (do’a)mu
sewaktu kamu berdoa (kepadanya), atau dapatkah mereka memberi manfaat kepadamu
atau memberi mudharat?” Mereka menjawab: “(bukan karena itu) sebenarnya kami
mendapati nenek moyang kami telah berbuat demikian”
(al-Syu’ara 69 – 74)
Neraka Balasannya
Jelas, syirik adalah dosa amat besar
yang tidak terampunkan dosanya di sisi Allah. Karena siapa saja yang melakukan
syirik, hakekatnya tidak ada lagi tauhid didalam dirinya.
“Barangsiapa yang datang kepada ‘Arraf
(peramal) atau kepada Kahin (dukun) dan ia membenarkan apa yang dikatakannya,
maka berarti ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad”
(HR. Empat Sunan)
Telah kafir terhadap wahyu, wahyu
yang mana? Tentu semua wahyu yang terdapat dalam al-Qur’an maupun al-hadits.
Beberapa diantaranya, adalah:
“…. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan
mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”
(al-A’raf 131)
“Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rizki
kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”
(al-Isra’ 30)
“Dan janganlah kamu menyembah apapun yang
tidak memberi manfaat dan juga tidak memberi mudharat kepadamu selain Allah.
Sebab jika kamu melakukan hal demikian
itu sesungguhnya kamu termasuk orang
yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya selain
Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan
bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan
kebaikan itu kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (Yunus 106 – 107)
Maka risiko syirik sangat berat,
dari “yang paling ringan” tertolak ibadah shalatnya selama 40 hari dan semua
amal baiknya, dihukum di dunia dengan cara dipenggal lehernya, hingga yang
terberat divonis sebagai ahli neraka karena dosa yang terampuni tadi.
“Barangsiapa datang kepada tukang ramal,
kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang dikatakannya tidak akan diterima
shalatnya selama 4 hari” (HR. Muslim)
“Akulah yang paling tidak memerlukan
sekutu, barangsiapa yang melakukan amalan yang menyekutukan Aku dengan yang
lain, maka Aku berlepas diri darinya, maka amalannya itu untuk sekutu itu”
(Hadits Qudsi Riwayat Muslim)
“Jauhilah tujuh perkara yang merusak”. Para
shahabat bertanya, “Apakah ketujuh perkara itu, ya Rasulallah?”
Rasulullah menjawab: “Menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali secara hak, makan riba,
makan harta anak yatim, meninggalkan medan perang, dan menuduh zina terhadap
wanita yang suci” (HR. Bukhari Muslim)
“Hukuman buat tukang sihir adalah dipenggal
lehernya”(HR. Tirmizi)
“Barangsiapa menghadap Allah dalam keadaan
tidak mempersekutukan –Nya dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga; dan
barangsiapa menghadap Allah dalam keadaan mempersekutukan –Nya maka dia akan
masuk neraka” (HR. Muslim)
“Tiga (macam) orang yang tidak akan masuk
surga, yakni pemabuk, pemutus hubungan silaturahim dan orang yang
membenarkan (mempercayai) sihir”
(HR. Ahmad)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar” (al-Nisa’ 4)
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya adalah neraka, tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong”
(al-Maidah 72)
Yang Paling Baik
Bila demikian, apa yang terbaik
harus kita lakukan? Sesuai petunjuk al-Qur’an, yang terbaik adalah senantiasa
memurnikan tauhid dan membersihkan dari syirik. Bila secara sengaja atau tidak
sengaja, kita pernah melakukan syirik, segera tinggalkan perbuatan syirik itu
dan bertobat. Pintu tobat masih terbuka
untuk semua bentuk kesalahan selama ajal belum menjelang. Dan Allah pasti akan
menerima tobat dari siapapun yang sungguh-sungguh bertobat.
“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(al-Zumar 53)
Sikap terbaik berikutnya adalah
tawakal. Tawakal muncul dari keyakinan seorang muslim terhadap qudrah
(kekuasaan) dan iradah (kehendak) Allah. Bahwa bila Allah berkehendak
menimpakan kemudharatan, tak satupun yang dapat menghindarkannya selain Dia,
dan bila Allah menghendaki karunia maka tak satupun juga yang dapat menolaknya.
Di akhirat nanti, atas mudharat ataupun manfaat yang kita terima, tidak akan
dimintai pertanggungjawaban.
Selain itu, secara rasional kita
berusaha menempuh jalan terbaik, disertai doa agara kita mendapat karunia dan
dihindarkan dari bencana. Setelah itu, yang harus pula kita lakukan adalah
optimis. Bahwa kita mendapatkan yang
terbaik dalam hidup ini. Kalaulah sekali waktu mendapatkan mudharat, sepanjang
kita menjalani hidup dengan landasan aqidah Islam dan ketaatan pada Allah,
niscaya kebaikan akan diperoleh di akhirat secara kekal. Ingatlah kata
Rasulullah,
“Yang paling baik adalah rasa optimis dan
optimis itu tidak akan menggagalkan orang Islam. Maka jika seseorang diantara
kamu melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, ucapkanlah: “Allahumma la ya’ti
bi al-hasanati illa anta, wa la yadfau
al-sayyiati illa anta, wa la hawla wala quwwata illa bika” (Ya Allah, hanya
Engkau Yang Maha mendatangkan
kebaikan-kebaikan dan hanya Engkau pula Yang Maha menolak segala
ketidakbaikan. Tidak ada daya dan tidak
ada kekuatan kecuali hanya karena-Mu”
(HR. Abu Dawud)
Wallahu’alam bi al-shawabl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar