PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Jumat, 16 November 2012

MEMURNIKAN TAUHID, MENJAUHI SYIRIK




MEMURNIKAN TAUHID,
MENJAUHI SYIRIK



I
nti ajaran Islam adalah tauhid. Yakni tidak menyembah kepada selain Allah. Dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Tauhid akan menentukan kemusliman seseorang.  Muslim adalah seorang yang bertauhid dan beriman kepada seluruh bagian dari aqidah Islam.  Tauhid pula yang akan menentukan apakah seseorang akan menjadi ahli surga atau ahli neraka. Dalam masalah tauhid hanya ada dua kemungkinan: iman atau kafir dan tauhid atau syirik. Tidak ada kemungkinan yang ketiga atau tengah-tengah diantara keduanya.

Memurnikan Tauhid
            Menjadi kewajiban setiap muslim untuk senantiasa memantapkan dan memurnikan tauhidnya dengan cara menjauhi syirik.

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu hanyalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberi rizki kepadamu, karena itu carilah rizki itu disisi Allah dan sembahlah Dia serta bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan” (al-Ankabut 17)

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari memperhatikan doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka” (al-Ahqaf 5 – 6)

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan serta yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Rabb yang lain? Amatlah sedikit kamu mengingat-Nya” (al-Naml 62)

Syirik
            Berbagai macam bentuk syirik pernah dilakukan oleh manusia di masa Rasulullah. Dalam bentuk sedikit berbeda, syirik juga dilakukan oleh orang-orang yang katanya modern sekarang ini. Seperti penggunaan benda-benda tertentu (keris, patung gajah, guci, bunga, kemenyan, batu akik, susuk, dan sebagainya) sebagai penolak bala atau pendatang keberuntungan dan rizki. Juga kepercayaan terhadap ramalan, termasuk ramalan bintang (astrologi); lalu kepercayaan terhadap hubungan antara bentuk, arah rumah, pintu, jendela, tanggal pembangunan rumah, bahkan warna cat dengan kebahagiaan, keselamatan dan kelapangan rizki. Ini yang dikenal dengan Hongsui. Ada juga kepercayaan terhadap hari baik dan hari sial. Perbuatan syirik semacam itu agaknya akan terus dilakukan oleh manusia hingga hari kiamat kendati bentuknya berbeda-beda dari waktu ke waktu.
            Dilihat dari intensitas kemusyirkannya, syirik dapat dibagi menjadi dua: syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar (al-syirku al-akbar) menurut As-Sa’adi dalam kitab al-Qaulu al-Sadid diartikan: menjadikan bagi Allah sekutu (niddan) yang dia berdoa kepadanya seperti berdoa kepada Allah, takut, harap dan cinta kepadanya seperti kepada Allah, atau melakukan satu bentuk ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah.  Syirik besar ada yang bersifat dzahirun jaliyun (tampak nyata) seperti menyembah berhala, matahari, bulan – bintang, benda-benda tertentu atau mempertuhankan Isa al-Masih dan sebagainya. Ada pula yang bersifat bathinun khafiyun (tersembunyi) seperti berdoa  kepada orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya, minta disembuhkan dari penyakit, dihindarkan dari bahaya dan sebagainya
            Sementara syirik kecil (al-syirku al-asghar) mencakup semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada kemusyrikan selain syirik besar.
            Syirik kecil bisa terus menerus dilakukan bisa menjerumuskan pelakunya kepada syirik besar. Diantara perbuatan yang termasuk syirik kecil adalah:

·         Bersumpah dengan selain Allah

“Barangsiapa bersumpah dengan selain nama Allah dia telah kufur atau syirik” (HR. Tirmizi)

·         Memakai jimat

“Barang  siapa menggantungkan diri kepada tangkal maka Allah tidak akan menyempurnakan (imannya), dan barangsiapa menggantungkan diri kepada azimat maka Allah tidak akan mempercayakan kepadanya” (HR. Ahmad)

“Bahwasanya Rasulullah pernah melihat seseorang memakai gelang kuningan di tangannya. Beliau bertanya, “Apakah ini?” “Penolak lemah”, jawab orang itu. Maka Nabi berkata, “Lepaskanlah, karena dia itu hanya kana menambah penyakit, dan kalau kamu mati dengan gelang itu masih melekat di tubuhmu, niscaya kamu tidak akan  bahagia selama-lamanya (masuk neraka)” (HR. Ahmad)

“Bahwasanya Rasulullah melihat seseorang memakai benang di tangannya guna menolak  sakit panas, maka benang itu diputuskannya seraya beliau membacakan firman Allah, “Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka itu hanyalah orang-orang musyrik (Yusuf 106)” (HR. Ahmad)


“Barangsiapa menggantungkan diri pada azimat maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya mantra, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik” (HR. Ibn Hibban)

·         Sihir

“Barangsiapa yang membuat satu simpul kemudian dia meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir.      Barang siapa menyihir,  sungguh ia telah berbuat syirik” (HR. Nasa’I)

·         Astrologi atau Ramalan

“Barangsiapa mempelajari salah satu cabang dari perbintangan, maka dia telah mempelajari sihir”(HR.  Abu Dawud)

“Allah telah menciptakan bintang ini untuk tiga keperluan, yakni hiasan langit, pelempar setan, dan tanda-tanda untuk penunjuk arah. Barangsiapa mentakwilkan bintang-bintang itu diluar ketiga hal itu, maka ia telah melakukan kesalahan, berbuat sia-sia dan telah menyia-nyiakan nasibnya serta telah memaksakan dirinya pada sesuatu tanpa dasar ilmu pengetahuan” (HR. Bukhari)

“Thiyarah (penentuan nasib dengan burung) itu adalah syirik, thiyarah itu adalah syirik” (HR. Tirmizi)

·         Bernazar kepada selain Allah      

“Barangsiapa yang bernazar untuk berbuat taat kepada Allah maka hendaklah dia laksanakan   nazarnya itu, dan barangsiapa bernazar untuk mendurhakai Allah, maka janganlah dia mendurhakai-Nya” (HR. Bukhari)

            Menyembelih binatang atau persembahan korban kepada selain Allah      

“Dari Ali, Rasulullah bersabda kepadaku dengan empat kalimat, yaitu Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang-tuanya, Allah melaknat orang yang melindungi penjahat, dan Allah melaknat orang yang mengubah batas tanah miliknya” (HR Muslim)

·         Riya’

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti terjadi pada kalian adalah al-syirku al-asghar (syirik kecil). Shahabat bertanya, apa syirik kecil itu, ya Rasululallah? Rasulullah menjawab, Riya”(HR. Ahmad)


Ikut-ikutan
            Syirik dalam berbagai bentuknya, jelas-jelas sangat ditentang Islam. Syirik adalah lawan dari tauhid. Islam ingin menegakkan tauhid seraya memerangi syirik. Tapi mengapa banyak orang yang melakukan syirik dan mempercayai segenap ramalan, sihir, kepercayaan tanpa dasar terhadap ulasan-ulasan semacam Hongsui dan Fengsui? Jawabnya selain miskinnya tauhid, juga karena ikut-ikutan. Hampir bisa dipastikan bahwa perbuatan yang tidak rasional itu berkembang dari mulut ke mulut, dari orang ke orang, lantas bila berkembang  semakin masif, kebiasaan itu berubah menjadi tradisi yang cenderung akan dipertahankan terus menerus secara turun menurun. Maka, ketika orang melakukan itu semua bukan lagi atas dasar pertimbangan  ilmu dan akal sehat, tapi semata tradisi. Kecenderungan semacam ini memang terjadi sejak dulu.

“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya” Berkata Ibrahim, “Apakah berhala-berhala itu mendengar (do’a)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya), atau dapatkah mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?” Mereka menjawab: “(bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami telah berbuat demikian” (al-Syu’ara 69 – 74)


Neraka Balasannya
            Jelas, syirik adalah dosa amat besar yang tidak terampunkan dosanya di sisi Allah. Karena siapa saja yang melakukan syirik, hakekatnya tidak ada lagi tauhid didalam dirinya.

“Barangsiapa yang datang kepada ‘Arraf (peramal) atau kepada Kahin (dukun) dan ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka berarti ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan  kepada Nabi Muhammad” (HR. Empat Sunan)

            Telah kafir terhadap wahyu, wahyu yang mana? Tentu semua wahyu yang terdapat dalam al-Qur’an maupun al-hadits. Beberapa diantaranya, adalah:

“…. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (al-A’raf 131)

“Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (al-Isra’ 30)

“Dan janganlah kamu menyembah apapun yang tidak memberi manfaat dan juga tidak memberi mudharat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu melakukan  hal demikian itu sesungguhnya  kamu termasuk orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada  yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Allah menghendaki  kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan  itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Yunus 106 – 107)

            Maka risiko syirik sangat berat, dari “yang paling ringan” tertolak ibadah shalatnya selama 40 hari dan semua amal baiknya, dihukum di dunia dengan cara dipenggal lehernya, hingga yang terberat divonis sebagai ahli neraka karena dosa yang terampuni tadi.

“Barangsiapa datang kepada tukang ramal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan  apa yang dikatakannya tidak akan diterima shalatnya selama 4 hari” (HR. Muslim)

“Akulah yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa yang melakukan amalan yang menyekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku berlepas diri darinya, maka amalannya itu untuk sekutu itu” (Hadits Qudsi Riwayat Muslim)

“Jauhilah tujuh perkara yang merusak”. Para shahabat bertanya, “Apakah ketujuh perkara itu, ya Rasulallah?” Rasulullah menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali secara hak, makan riba, makan harta anak yatim, meninggalkan medan perang, dan menuduh zina terhadap wanita yang suci” (HR. Bukhari Muslim)

“Hukuman buat tukang sihir adalah dipenggal lehernya”(HR. Tirmizi)

“Barangsiapa menghadap Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan –Nya dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga; dan barangsiapa menghadap Allah dalam keadaan mempersekutukan –Nya maka dia akan masuk neraka” (HR. Muslim)

“Tiga (macam) orang yang tidak akan masuk surga, yakni pemabuk, pemutus hubungan silaturahim dan orang yang membenarkan  (mempercayai) sihir” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (al-Nisa’ 4)

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka, tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong” (al-Maidah 72)


Yang Paling Baik
            Bila demikian, apa yang terbaik harus kita lakukan? Sesuai petunjuk al-Qur’an, yang terbaik adalah senantiasa memurnikan tauhid dan membersihkan dari syirik. Bila secara sengaja atau tidak sengaja, kita pernah melakukan syirik, segera tinggalkan perbuatan syirik itu dan  bertobat. Pintu tobat masih terbuka untuk semua bentuk kesalahan selama ajal belum menjelang. Dan Allah pasti akan menerima tobat dari siapapun yang sungguh-sungguh bertobat.

“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (al-Zumar 53)

            Sikap terbaik berikutnya adalah tawakal. Tawakal muncul dari keyakinan seorang muslim terhadap qudrah (kekuasaan) dan iradah (kehendak) Allah. Bahwa bila Allah berkehendak menimpakan kemudharatan, tak satupun yang dapat menghindarkannya selain Dia, dan bila Allah menghendaki karunia maka tak satupun juga yang dapat menolaknya. Di akhirat nanti, atas mudharat ataupun manfaat yang kita terima, tidak akan dimintai pertanggungjawaban.
            Selain itu, secara rasional kita berusaha menempuh jalan terbaik, disertai doa agara kita mendapat karunia dan dihindarkan dari bencana. Setelah itu, yang harus pula kita lakukan adalah optimis. Bahwa kita  mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini. Kalaulah sekali waktu mendapatkan mudharat, sepanjang kita menjalani hidup dengan landasan aqidah Islam dan ketaatan pada Allah, niscaya kebaikan akan diperoleh di akhirat secara kekal. Ingatlah kata Rasulullah,

“Yang paling baik adalah rasa optimis dan optimis itu tidak akan menggagalkan orang Islam. Maka jika seseorang diantara kamu melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, ucapkanlah: “Allahumma la ya’ti bi al-hasanati  illa anta, wa la yadfau al-sayyiati illa anta, wa la hawla wala quwwata illa bika” (Ya Allah, hanya Engkau Yang Maha mendatangkan  kebaikan-kebaikan dan hanya Engkau pula Yang Maha menolak segala ketidakbaikan. Tidak ada daya dan  tidak ada kekuatan kecuali hanya karena-Mu” (HR. Abu Dawud)

Wallahu’alam bi al-shawabl

Tidak ada komentar:

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ