PEUGAH YANG NA,. PEUBUET LAGEI NA,. PEUTROEK ATA NA,. BEKNA HABA PEUSUNA,. BEUNA TAINGAT WATEI NA,.

Sabtu, 15 Desember 2012

PEMBAHASAN


BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Protein Susu
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar protein susu pada pagi hari maupun sore hari. Pada pagi hari pemberian pakan formula A menghasilkan rata-rata kadar protein susu 1,806, tidak berbeda dengan rata-rata kadar protein susu yang dihasilkan pakan formula B yaitu 1,806. Tidak jauh berbeda dengan kadar protein susu pada sore hari. Pemberian pakan formula A menghasilkan rata-rata kadar protein susu 1,810, untuk formula B manghasilkan rata-rata kadar protein susu 1,793.
            Tidak berbeda nyata antara pakan formula A dengan formula B disebabkan karena kadar protein susu yang dihasilkan mempunyai nilai yang sama, meskipun secara kualitas kedua pakan yang diberikan tersebut berbeda. Sudrajat, 2001 menyatakan bahwa perubahan kadar protein susu lebih dipengaruhi oleh tingkat protein yang diperoleh dari pakan dan penyerapan asam amino oleh proses pencernaan, rendahnya kadar protein susu pada tingkat penyerapan protein yang tidak cukup merupakan refleksi dari rendahnya kadar asam amino esensial dan sumber nitrogen non-protein yang mencapai kelenjar ambing dan meskipun suplai asam amino yang diserap oleh usus kecil meningkat sebagaimana meningkatnya kadar protein dalam pakan, akan berakibat pengurangan jumlah jumlah asam lemak volatil dan glukosa yang diserap, sehingga akan terjadi perubahan dari keseimbangan prekursor yang mencapai kelenjar ambing. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pakan tidak begitu berpengaruh terhadap kadar protein susu, yang mempengaruhi kadar protein susu adalah jumlah pakan yang diberikan sehingga mampu meningkatkan jumlah protein yang akan diserap oleh sistem pencernaan.
5.2 Konversi Pakan
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan memberikan perbedaan yang nyata terhadap konversi pakan. Pemberian pakan formula B mengahasilkan konversi yang lebih rendah 3,925 dibandingkan dengan pemberian pakan formula A dengan rata-rata 5,065.
            Rendahnya konversi yang dihasilkan oleh pakan formula B disebabkan karena rata-rata konsumsi pakan yang rendah menghasilkan produksi susu yang rendah, sedangkan pakan formula A rata-rata konsumsi lebih tinggi dan menghasilkan produksi susu yang tinggi. Akan tetapi persentase konsumsi dengan hasil produksi diantara formula A dan formula B, lebih tinggi formula B, sehingga dapat dikatakan bahwa konversi pakan yang dihasilkan oleh pakan formula B dapat menurunkan konversi pakan secara nyata (p<0,05). Hasil konsumsi dan produksi dapat dilihat dilampiran 7.
            Peningkatan kualitas ransum diharapkan dapat meningkatkan kecernaan nutrien dan produksi susu. Broderick (2003) melaporkan bahwa dengan peningkatan kadar protein dalam pakan akan diikuti dengan kecernaan protein kasar yang lebih tinggi, sebagai akibat meningkatnya asupan protein yang dapat dicerna. Meningkatnya kecernaan diperkirakan memberi peluang adanya tambahan asupan nutrien yang akan digunakan untuk sintesis susu, sehingga produksi susu dapat ditingkatkan dengan pakan yang sedikit tetapi mengandung komposisi nutrisi yang baik.
            Masa laktasi dapat berpengaruh terhadap konversi pakan apabila ditinjau dari produksi susu dan konsumsi pakan. Pada hasil penelitian ini rata-rata konversi pada laktasi L1 4,121 lebih rendah dari pada laktasi L2 4,869. Hasil tersebut disebabkan karena produksi susu yang dihasilkan oleh sapi pada laktasi L1 lebih tinggi dibandingkan sapi laktasi L2,. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siregar, 1994, yang menyatakan bahwa masa laktasi berpengaruh terhadap produksi susu. Laktasi pertama dicapai umur 24 bulan dengan produksi susu rata-rata 77%, pada laktasi ke dua rata-rata 80%, pada laktasi ke tiga dan laktasi ke empat produksi susu mencapai 90% dan 95%. Sehingga pada laktasi ke lima dan seterusnya produksi susu mulai menurun, tetapi  konsumsi pakan relatif sama dari awal laktasi sampai dengan akhir laktasi. Oleh sebab itu, dengan konsumsi pakan yang relatif sama selama masa laktasi tetapi menghasilkan produksi susu yang semakin lama semakin menurun, akan mengakibatkan nilai konversi pakan semakin tinggi.

Read more: http://www.bloggerafif.com/2011/03/membuat-recent-comment-pada-blog.html#ixzz1M3tmAphZ